BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker merupakan suatu
proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Diperkirakan
setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Ironisnya kejadian ini terjadi lebih cepat di
negara miskin dan berkembang.
Di Indonesia kejadian
kanker mencapai 4.3%. berdasarkan data demografi, wanita lebih banyak menderita
kanker yaitu sebanyak 5,7% sedangkan laki-laki hanya sekitar 2,9%, hal ini
sejalan dengan tingginya angka pasien kanker pada ibu rumah tangga yaitu
sekitar 8,2%. Berdasarkan tingkatan usia didapatkan semakin tinggi usia
seseorang maka semakin beresiko untuk mengalami kanker, terbukti dengan
kejadian kanker pada usia lebih dari 75 tahun berkisar antara 9,4%.
Seperti yang sudah
kita ketahui kanker berkembang dari suatu tumor , berdasarkan data-data dan
kajian-kajian di atas maka dirasa perlu tindakan untuk menghambat angka
terjadinya kanker yang membesar.
Petanda tumor dapat
menjadi salah satu diagnosis laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan-perkembangan sel tumor atau kelainan dalam jaringan. Petanda tumor
yangdapat diperiksa antara lain :
1. AFP:HCC
2.
Ca 225:ovarium Ca2
Endometrial
3.
Ca 15-3 breast Ca
4.
Ca 19-9 : gas stric of
pranceatica
5.
Cyfira 21-1 :
paru/lung Ca(SCC)
6.
PAP(Prostatic Acid
Phospatase)
7.
ACP(Acid Phospatase)
8.
Ca 72-4 : lambung atau gastric Ca
9.
Calotonin: Medulary
thyroid Ca
10.
HCG:
tropoblastic,CHORIO-Ca
11.
CEA : kolorectal
breast/Mng HCC
12.
NSE : Small ca of lung
13.
SCC : Serviks ca
14.
CEA, NSE, SCC
15.
HE4
16.
PSA : ca prostat
17.
Free PSA
18.
β-2 microglobulin
19.
Thyroog globulin:
papilary thyroid ca
20.
NMP22 : bulu-buli ca
21.
Ca 125
Berdasarkan
parameter-parameter petanda tumor tersebut kami akan membahas petanda-petanda
tumor tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan tumor ?
2.
Apa saja
parameter-parameter petanda tumor?
3.
Bagaimana cara
untuk mendeteksi petanda tumor tersebut?
1.3
Tujuan
1.
untuk
mengetahui pengertian tumor
2.
untuk
mengetahui parameter-parameter petanda tumor
3.
untuk
mengetahui cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Petanda Tumor
Pentanda tumor adalah substansi biologi
yang diproduksi oleh sel sel tumor,masuk dalam aliran darah,dan dapat dideteksi
jumlah/nilainya dengan pemerikaan. Petanda-petanda tumor, idealnya
mempunyai potensi untuk membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal
aktivitas penyakit dalam keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga
dengan demikian memberikan suatu metode skrining untuk penyakit preklinik,
memantau status tumor selama pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini.Karena
kemajuan dalam teknologi antibodi monoklonal, banyak petanda tumor sekarang
dapat terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin,
atau asites. Untuk dapat dipakai secara klinik maka petanda tumor harus
memiliki sensitivitas dan spesifitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada
pemakaian klinis suatu petanda tumor adalah spesifitas.
Dalam teori, petanda tumor yang “ideal” harus mempunyai beberapa
atribut:
1. Petanda tumor harus
dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada individu sehat atau pada
individu yang mengalami kelainan non neoplastik.
2.
Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah
banyak sehingga kadar dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah
relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker.Kadar petanda tumor akan seusuai
dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar serialnya secara akurat akan
mencerminkan perkembangan klinis penyakit dan regresi ke kadar normal akan
terkait dengan kesembuhan.
2.2 Klasifikasi Lain dari Petanda Tumor
2.2.1 Produk yang dihasilkn oleh sel
Tumor itu sendiri (tumor – derived product)
Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari
senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga
dihasilkan oleh sel normal yang ”undifferentiated” tetapi dalam jumlah yang
sangat kecil. Dan kadar senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada
penderita kanker. Contoh : Carcinoembryonic Antigen (CEA), Alfa – Fetoprotein
(AFP).
2.2.2 Produk yang menyertai proses keganasan (tumor – associated
product)
Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk
secara sekunder sebagai akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan
meningkat secara bermakna pada penderita kanker.Contoh :- Carbohydrate
Antigen 19 – 9 (CA 19 – 9)- Cancer Antigen 125 (CA 125)-Ferritin- B2MicroglobulinNILAI
“CUT - OFF values “ Penentuan batas (Cut – Off) pada penggunaan
petanda tumor, baik untuk diagnosis ujisaring, prognosis maupun pemantauan
terapi sangat mempengaruhi interpretasi hasil pemeriksaan. Karena penentuan
cut-off akan menentukan sensitivitas dan spesifisitas diagnosis yang kita
kehendaki.Sebagai contoh bila kita menggunakan nilai cut-off 35 U/ml pada
pemeriksaan CA 125 untuk kanker ovarium (35 U/ml = rata-rata wanita normal + 3
SD). Peningkatan kadar di atas 35 U/ml ini akan terlihat pada 82% penderita
dengan kanker ovarium, 1% pada wanita normal dan 6% pada penyakit yang bukan
keganasan.
2.3 Parameter-Parameter Petanda Tumor
2.3.1 AFP (Alpha
Fetoprotein)
Alpha
fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur
yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada
70 – 95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker
testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human
Chorionic Gonadotropin (hCG).
Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan
derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan
keganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan
hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 – 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini
selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban
untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau
kehamilan ganda.
AFP paa kehamilan protein ini mulai
terbentuk di plasma saat janin (fetus)
berusia empat minggu dan dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai
12-16 minggu. Setelah melahirkan, AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah.
Untuk membantu memperkirakan adanya kelainan pada janin, seperti sindrom down (kelainan genetik), sindrom turner, dan spina bifida, pemeriksaan AFP biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan
16-22 minggu. Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang
mengandung bayi kembar. Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan
pemeriksaan hormon estriol dan HCG, serta pemeriksaan USG (ultrasonografi).
AFP pada kanker, pada
penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker ovarium, dan
kanker saluran empedu, kadar AFP dalam tubuh pasien meningkat. Pemeriksaan AFP
tidak boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila
ada gejala untuk pmeriksaan lain menunjang ke arah kanker tertentu. Sebagai
petanda tumor, AFP bukan lah protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit
tertentu dan nilainya dapat berbeda apabila diukur dengan metedo yang berbeda
antar laboratoriu. Oleh karena itu diperlukan pendamapingan dokter dalam
menerjemahkan hasil AFP pasien.
Cara pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan CMIA (Chemiluminesecent Microparticle Immunoassay)
dengan menggunakan sampel uji berupa serum atau plasma dengan antikoaagulan
sodium heparin, litium heparin atau EDTA. Sampel uji berupa serum atau plasma
tersebut bertahan tujuh hari pada sushu 2-80C atau bisa lebih dari 7
hari apabila dibekukan pada suhu -200C atau lebih rendah. Sebelum
pemeriksaan tidak ada persiapan khusus untuk pasien.
Ha-hal yang dapat
mempeengaruhi hasil tes antara lain:
1.
Perokok.
2.
Gestational Diabetes.
3.
Jika pernah melakukan
tes medis yang menggunakan radioaktif dalam 2 minggu sebelumnya.
2.3.2
Carcinoembryonic
antigen (CEA)
Carcinoembryonic
antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran
cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa.
Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar,
khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang
tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker
usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan
oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis
hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma
pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada
perokok.
Petunjuk ASCO tidak
menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan, diagnosis, penentuan stadium,
atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker payudara setelah terapi awal,
juga tidak untuk memantau respon penyakit metastasis terhadap pengobatan.
Namun, peningkatan kadar CEA dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi apabila
tidak ada parameter penyakit yang lain(Sacher, 2004).
Pemeriksaan CEA
Deskripsi
|
:
|
Carcinoembryonic
Antigen (CEA)
merupakan penanda berbagai jenis kanker yang dikombinasikan dengan penanda
tumor lainnya.
|
Manfaat
Pemeriksaan
|
:
|
(1)
Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma saluran cerna (CA 19-9),
kanker payudara (CA 15-3),
kanker ovarium (CA 125),
kanker paru (NSE),
kanker pankreas, kanker usus halus, dan kanker lambung; (2) Prognosis dan
follow up kanker kolorektal; (3) Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan
prognosis kanker.
|
Persyaratan
& Jenis Sampel
|
:
|
0,5
(0,25) mL Serum
|
Stabilitas
Sampel
|
:
|
2-8
°C : 48 jam, <= -20 °C : > 48 jam
|
Prosedur
|
:
|
-Ambil
10 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah atau jingga
muda. Hindari hemolisis
-Heparin
sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan karena
mempengaruhi hasil
-Tidak
perlu pembatasan makan dan cairan
|
Nilai
Rujukan
|
:
|
Dewasa: tidak merokok: <2,5
ng/ml; Merokok: <3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut: 10
ng/dl; Neoplasma: 12 ng/dl
|
Catatan
|
:
|
Kriteria
penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Beku ulang : Mutlak. Sampel tidak
boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau partikel lain.
|
2.3.3 Cancer antigen 72-4
Cancer antigen
72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated
glycoprotein TAG 72 di dalam
serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis
hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara
dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan
Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ
tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti
diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai
nilai sensitifitas 28 – 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ;
sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 – 41%. Pemeriksaan petanda
tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus
digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga
dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relaps.
2.3.4 Cancer antigen 19-9
(Ca 19-9)
Cancer antigen
19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk
membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar,
lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas
dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat
dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang.
Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di
belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas
menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel endokrin pankreas menghasilkan
hormon insulin dan glukagon , yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas merupakan
penyebab kematian akibat kanker ke-4 paling umum. Aktor, Patrick Swayze dan
baru-baru ini, pendiri Apple, Steve Jobs, keduanya meninggal akibat kanker
pankreas. Di Singapura, terjadi peningkatan kanker pankreas selama 40 tahun
belakangan ini. Dari tahun 2003 hingga 2007, terdapat sekitar 1000 kasus dengan
diagnosa kanker pankreas. Walaupun kanker pankreas tidak termasuk di dalam
urutan 10 besar kanker yang paling umum di Singapura, kanker tersebut menjadi
penyebab ke-6 dan ke-7 kematian akibat kanker untuk pria dan wanita di
Singapura.
Yang menjadi penyebab kanker pankreas masih belum
jelas. Namun orang-orang dengan faktor resiko tertentu memiliki kemungkinan
besar untuk terkena kanker pankreas. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi:
©
Merokok: Merokok
tembakau adalah faktor resiko utama untuk kanker pankreas.
©
Diabetes: Mereka
dengan diabetes memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas.
©
Faktor genetik: memiliki anggota keluarga terdekat dengan
riwayat kanker pankreas, meningkatkan resiko terkena kanker.
©
Pancreatitis (radang/infeksi pada pankreas):Peradangan/infeksi pada pankreas
untuk waktu yang cukup lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker pankreas.
©
Obesitas: Mereka
yang memiliki kelebihan berat badan memiliki kemungkinan sedikit lebih banyak
daripada orang lain untuk terkena kanker pankreas.
Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena kanker
pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan. Scan MRI juga mungkin
dilakukan untuk membantu dokter melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga
dapat membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan
pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver.
Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya
dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini
menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung dan usus kecil di
mana terdapat saluran yang mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan
ke dalam saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya,
sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama prosedur
ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan biopsi.
Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS) yang
menggunakan alat ultrasound untuk mengambil gambar pankreas dari dalam perut.
Alat ultrasound dimasukkan melalui selang serat optik melalui kerongkongan ke
dalam perut untuk memperoleh gambar pankreas. Prosedur ini juga memungkinkan
untuk mengambil sample jaringan sel untuk keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah
satu-satunya cara yang pasti untuk dokter untuk mengetahui apakah kanker hadir.
Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa jaringan-jaringan dari pankreas.
Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi, yang
memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat jaringan adalah
dengan suatu jarum yang panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam pankreas.
Ini disebut suatu biopsi jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau
ultrasound untuk membimbing penempatan jarum. Tipe biopsi lain adalah suatu
biopsi sikat. Ini dilakukan sewaktu ERCP. Dokter memasukkan suatu sikat yang
sangat kecil melalui endoscope kedalam saluran empedu untuk menyeka sel-sel
untuk diperiksa dibawah sebuah mikroskop.
Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin
diperlukan. Selama operasi ini, dokter dapat memperhatikan organ-organ dalam
perut dan dapat mengangkat jaringan. Laparotomy membantu dokter menentukan
keadaan atau luasnya penyakit. Mengetahui keadaan membantu dokter merencanakan
perawatan. Contoh-contoh jaringan yang diperoleh dengan suatu macam biopsi
mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang jelas, dan biopsi mungkin perlu
diulang menggunakan suatu metode yang berbeda.
2.3.5 Cancer 12-5 (Ca-12-5)
Cancer antigen
125 (Ca 125 dipakai untuk
indikator kanker ovarium epitel non-mucinous.
Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk
mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemotrapi. Diagnosa
·
Pemeriksaan
fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda umum dari kesehatan. Dokter Anda mungkin
menekan perut Anda untuk memeriksa tumor atau penumpukan abnormal cairan
(asites). Sebuah sampel cairan dapat diambil untuk mencari sel-sel kanker
ovarium.
·
Pemeriksaan
panggul: Dokter Anda merasa ovarium dan organ terdekat untuk benjolan atau
perubahan lain dalam bentuk atau ukuran. Tes Pap ini merupakan bagian dari
pemeriksaan panggul normal, tetapi tidak digunakan untuk mengumpulkan sel-sel
ovarium. Tes Pap dapat mendeteksi kanker serviks. Tes Pap tidak digunakan untuk
mendiagnosa kanker ovarium.
·
Tes
darah: Dokter Anda mungkin agar tes darah. Lab mungkin memeriksa tingkat zat,
termasuk CA-125. CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker
ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa
menjadi tanda kanker atau kondisi lain. CA-125 tes tidak digunakan sendiri
untuk mendiagnosa kanker ovarium. Tes ini disetujui oleh Administrasi Makanan
dan Obat untuk pemantauan respon wanita untuk pengobatan kanker ovarium dan untuk
mendeteksi kembali setelah pengobatan.
·
Ultrasound:
Perangkat USG menggunakan gelombang suara yang orang tidak dapat mendengar.
Perangkat bertujuan gelombang suara pada organ-organ di dalam panggul.
Gelombang memantul dari organ. Sebuah komputer menciptakan gambar dari gema.
Gambar dapat menunjukkan tumor ovarium. Untuk tampilan yang lebih baik dari
indung telur, perangkat mungkin akan dimasukkan ke dalam vagina (USG
transvaginal).
·
Biopsi:
Biopsi adalah pengangkatan dari jaringan atau cairan untuk mencari sel-sel
kanker.
Pembedahan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis kanker
ovarium. CA-125, kanker antigen-125, adalah protein yang ditemukan pada tingkat
sel-sel kanker ovarium yang paling tinggi dibandingkan dengan sel normal.
CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan dalam aliran darah. CA 125
adalah penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga kanker rahim,
karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan
rahim, dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan
laboratorium.
Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap
Kanker ovarium (indung telur) memiliki keterbatasan.
·
Untuk
spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat
ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung
telur, paru, payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan
endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan di sekitar organ
produksi.
·
Untuk
sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium
tidak terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap
awal mengalami peningkatan CA-125.
·
Namun
tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami
peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya.
Nilai
normal CA-125 : 0 – 35 U / mL.
2.3.6 Cancer
antigen 15-3 (Ca 15-3)
Cancer antigen
15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan
monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif
bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara,
ovarium, paru, pankreas dan prostat.
Petanda tumor CA 15-3
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal penyakit dan
akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit. Berbagai
penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium I
hanya sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar
40% pasien, dan 75% pasien pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial
selama masa pemantauan pasca terapi memberikan informasi prognostik yang lebih
baik. Peningkatan CA 15-3 juga ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan
Autoimun dan kelainan kelenjar ovarium.
Pada kanker payudara,
peranan serum marker belum banyak dibuktikan. Serum marker yang paling banyak
dipakai adalah Ca 15-3 dan Carcinoembryonic Antigen (CEA), sementara marker
lain yang belum begitu banyak dipakai antara lain BR 29.29 (Ca 27.29), Tissue
Polypeptide Antigen (TPA), Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) dan Her-2.
Tujuan review ini adalah untuk mengevaluasi kegunaan klinis serum tumor marker
pada kanker payudara, yaitu dalam diagnosis dini, prognosis, respon terhadap
terapi, pengawasan setelah pengobatan primer, dan monitor respon pada penyakit
tahap lanjut. Review terutama akan difokuskan pada Ca 15-3 karena Ca 15-3
merupakan yang paling luas dipakai pada kanker payudara. Fungsi pemeriksaan CA
15-3 :
1.
Membantu Diagnosis
Dini
Di antara semua serum marker yang ada, tidak ada satupun
yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik untuk diagnosis
dini kanker payudara. Ca 15-3 misalnya meningkat pada 10 pasien kanker payudara
stadium I, 20 % pasien stadium II, 40 % pasien stadium III, dan 75 % pasien
stadium IV. Selain sensitivitasnya yang kurang baik, Ca 15-3 juga kurang
spesifik, dan dapat ditemukan pada orang normal (~5%), pada beberapa penyakit
non-keganasan seperti penyakit hati, dan pada adenocarcinoma lain. Oleh sebab
itu, diagnosis dini kanker payudara masih akan banyak bergantung pada
mammography dan histopathology.
2. Menentukan Prognosis
Kebanyakan faktor
prognosis yang telah ada (mis. ukuran tumor, status lymph node, dll) memerlukan
jaringan tumor dengan operasi atau biopsi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
marker prognosis dalam darah. Beberapa serum marker yang telah dipelajari
antara lain Ca 15-3, serum Her-2, dan CEA. Berbagai studi telah menunjukkan
bahwa kadar Ca 15-3 pada awal penyakit yang tinggi (dengan cut off berkisar
antara 25-40 KiloUnit/L) dapat memprediksikan outcome yang buruk. Kadar Ca 15-3
selama follow up juga dapat memberikan informasi prognosis.
Tampellini, et al.
melaporkan bahwa pasien dengan Ca 15-3 < 30 KU/L pada saat kekambuhan
pertama, akan memiliki masa bertahan hidup lebih panjang daripada pasien dengan
kadar yang lebih tinggi. Penemuan-penemuan ini menyatakan bahwa Ca 15-3
merupakan faktor prognosis yang baik.
Selain Ca 15-3, Her-2
dan CEA juga dapat dijadikan faktor prognosis. Konsentrasi Her-2 yang tinggi
dapat memprediksi outcome yang buruk (seperti: waktu pengembangan penyakit yang
lebih cepat, masa bebas penyakit yang lebih pendek dan kesembuhan keseluruhan
yang rendah). Walaupun belum banyak dipelajari, kadar CEA pre/post operasi juga
dikaitkan dengan prognosis kanker payudara yang buruk.
3. Prediksi Respon terhadap Terapi
Seperti faktor-faktor prognosis, marker-marker prediksi
keberhasilan terapi yang telah ada juga memerlukan jaringan tumor untuk dianalisis.
Beberapa penemuan awal menunjukkan bahwa serum Her-2 yang tinggi dapat
dikaitkan dengan respon yang buruk terhadap terapi endokrin dan kemoterapi
berbasis cyclophosphamide-methotrexate-5-fluorourocil, tapi dapat memprediksi
hasil yang baik dengan terapi kombinasi trastuzumab (herceptin) dan kemoterapi.
Ca 15-3 dan marker terkait MUC-1 lainnya juga dapat
dijadikan faktor prediksi respon terapi. Overekspresi MUC-1 (antigen yang
dideteksi oleh assay Ca 15-3 dan BR29.79) pada tikus menunjukkan resistensi
terhadap cis-platinum. Studi lebih lanjut masih harus dilakukan untuk
menentukan apakah kadar marker terkait MUC-1 dapat memprediksi
respon/resistensi pada pasien yang menjalani terapi berbasis platinum.
4. Pengawasan setelah Pengobatan Primer
Pengawasan pasien
setelah pengobatan primer dengan pemeriksaan klinis, radiologi, dan tes
biokimia sekarang umum dilakukan, berdasarkan asumsi bahwa deteksi awal
kekambuhan atau metastasis panyakit akan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.
Meskipun sebenarnya, data-data yang ada saat ini tidak menunjukkan bahwa follow
up intensif menggunakan tes biokimia standar dan radiologi setelah pengobatan
primer dapat bermanfaat. Sebaliknya, keberhasilan follow up akan sangat
bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas tes diagnosis yang digunakan.
Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk melihat apakah penggunaan Ca 15-3 sebagai dasar memulai
pengobatan awal setelah pembedahan dapat meningkatkan kesembuhan atau kualitas
hidup pasien. Studi oleh Jager dilakukan pada pasien dengan kadar Ca 15-3 atau
CEA yang meningkat, tapi tanpa adanya bukti metastasis penyakit. Sebagian
pasien (n=21) diberikan pengobatan medroxyprogesterone acetate, sementara
sebagian lain (n = 26) tidak. Untuk pasien yang tidak diobati, interval waktu hingga
metastasis terdeteksi adalah 4 bulan, sementara untuk kelompok pasien yang
diobati, interval waktu mencapai > 36 bulan.
Dua studi lain juga
menunjukkan bahwa pengobatan awal yang hanya didasarkan pada peningkatan nilai
marker (Ca 15-3, CEA, atau mammary cancer antigen), meskipun pada pasien
asimtomatis, dapat memberikan outcome yang lebih baik, daripada jika pengobatan
didasarkan pada radiologi atau yang lain.
Ketiga studi, walaupun
menunjukkan hasil yang bagus, hanya dilakukan pada pasien yang relatif sedikit,
sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan suatu perubahan dalam praktek klinis,
misalnya untuk merekomendasikan pasien asimtomatis dengan tumor marker
meningkat untuk memulai suatu terapi baru.
5. Monitor Respon terhadap Terapi pada Pasien Tahap Lanjut
Kriteria yang telah
dipakai untuk mengukur respon terhadap terapi pada kanker payudara tahap lanjut
adalah International Union against Cancer Criteria (UICC) yang mencakup
pemeriksaan fisik, pengukuran luka, radiologi dan isotope scanning. Beberapa
studi telah dilakukan untuk mempelajari penggunaan serum marker dalam hal ini.
Penggunaan serum marker memiliki beberapa keuntungan termasuk sensitivitas yang
lebih baik, pengukuran yang lebih objektif dan kenyamanan bagi pasien.
Dari 11 studi yang
dilakukan, didapatkan bahwa 66 % dari pasien membaik setelah kemoterapi,
menunjukkan penurunan konsentrasi marker, 73 % dari pasien dengan penyakit yang
stabil tidak menunjukkan perubahan konsentrasi marker yang signifikan, dan 80 %
dari pasien dengan penyakit yang bertambah parah menunjukkan peningkatan
konsentrasi marker. Dalam sebagian besar studi-studi ini, yang dimaksud
perubahan konsentrasi adalah perubahan kadar Ca 15-3 > 25 %.
Hasil penelitian CEA
menunjukkan hasil serupa. 82 % dari pasien memiliki konsentrasi CEA yang
menurun dan respon penyakit, sedangkan 74 % memiliki konsentrasi yang tinggi
dan penyakit yang memburuk.
Walaupun data-data
yang telah ada menunjukkan korelasi yang baik antara tumor marker dengan respon
terapi pada penyakit tahap lanjut, ASCO (American Society of Clinincal
Oncology) tidak menganjurkan penggunaan rutin Ca 15-3 atau CEA dalam hal ini.
ASCO hanya menyarankan pengunaan keduanya pada kondisi khusus, dimana evaluasi
klinis sulit dilakukan, dan baik Ca 15-3 maupun CEA tidak dapat berdiri sendiri
dalam menentukan respon terapi pada keadaan apapun.
Selain Ca 15-3 dan
CEA, serum Her-2 juga dapat digunakan untuk memonitor respon pada terapi,
terutama pada berbasis trastuzumab. Dalam suatu studi dengan 99 pasien tahap
lanjut yang diberi terapi berbasis trastuzumab, didapatkan bahwa korelasi
antara status klinis dengan serum Her-2 adalah 0.793, sementara dengan Ca 15-3
adalah 0.627. Jika kedua marker dikombinasi, didapatkan korelasinya dengan
status klinis adalah 0.83.
2.3.7 Prostat Spesific Antigen (PSA)
Prostat Spesific
Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala
pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan
colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran
kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker
prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi
prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat
setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk
pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA) terdiri
dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan
persen (%) PSA bebas.
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah
kandung kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan
ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya
sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan
atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi
peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat
juga disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA)
dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Pada
BPH (pembesaran prostate yang jinak ) konsentrasi free PSA lebih dominan
sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang lebih dominan.
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang
kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak
terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya. Pada pria berusia lanjut > 60 tahun hasil PSA bisa
membuat rancu apakah pembesaran prostate jinak/ BPH yang sering terjadi pada
pria berusia lanjut atau keganasan .Untuk membedakan apakah peningkatan kadar
PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat maka dianjurkan pemeriksaan rasio
free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama bagi mereka yang kadar
PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
Penyebab kanker
prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu :
·
Usia
Risiko
kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun.
·
Ras/Etnis
Orang
berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan
orang berkulit putih.
·
Riwayat Keluarga
Jika
Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda
akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda
memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.
·
Diet
Diet
tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.
Tes PSA (Prostate-Specific Antigen - Antigen Khusus
Prostat). Tes ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker prostat pada prostat . Bila
hasil pemeriksaan PSA sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
free-PSA untuk menentukan nilai rasio free-PSA/PSA total. Manfaat Tes PSA :
a.
Untuk skrining (PSA total).
b.
Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau
rasio c-PSA/PSA total).
c.
Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta
pemantauan setelah pengangkatan
prostat.
Macam – macam tes PSA
:
1.
Pemeriksaan colok dubur (Digital
Rectal Examination/DRE)
Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi
pelumas, dokter akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan.
Prosedur pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak
sedikit, namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.
|
|
2.
Tes PSA (Prostate-Specific
Antigen/antigen khusus prostat)
Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker
prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh
pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat.
Diagnosis kanker prostat dipastikan setelah dilakukan beberapa
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu :
- Riwayat keluarga dan pemeriksaan
fisik (termasuk DRE)
- Pemeriksaan darah yaitu PSA total,
dan bila perlu ditambahkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total (atau
c-PSA(2)/PSA total) untuk membedakan kanker prostat dan BPH terutama bagi
pasien dengan hasil PSA total antara 2.6-10 ng/ml
- Biopsi yang dipandu dengan TRUS (
Transrectal ultrasonography) untuk mendapatkan jaringan prostat.
Selanjutnya, jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada
tidaknya sel kanker.
2.3.8 Neuron Specific Enolase (NSE)
Neuron Specific
Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan
penyakit keganasansmall cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan
seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi
memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan
ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada
otak.
NSE
merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di
lintasan glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat
ditemukan di kultur sel neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait.
Deskripsi
|
:
|
Neuron Spesific
Enolase merupakan isoenzim glikolitik enolase yang memiliki tiga sub unit
yaitu alfa, beta dan gamma.
|
Manfaat Pemeriksaan
|
:
|
(1) Diagnosis dan
pemantauan terapi Small Cell Lung Carcinoma (SCLC); (2) Diagnosis dan
pemantauan neuroblastoma.
|
Persyaratan &
Jenis Sampel
|
:
|
0.5 (0.3) mL serum
|
Stabilitas Sampel
|
:
|
15-25 °C : 6 jam,
2-8 °C : 24 jam, -20 °C : 3 bulan
|
Persiapan Pasien
|
:
|
-
|
Hari Kerja
|
:
|
Kamis (08.00,
13.00, 15.00)
|
Metode
|
:
|
ECLIA
|
Nilai Rujukan
|
:
|
< 16.3 ng/mL
|
Tempat Rujukan
|
:
|
Prodia Jakarta
Kramat
|
Catatan
|
:
|
Kriteria penolakan
sampel : Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak Mutlak; Beku ulang : Mutlak.
|
Neuron Spesific Enolase subunit γ terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel
neuron, sel neuroendokrin dan tumor neurogenik. Selain itu,juga terdapat pada
jaringan otot polos, trombosit, sel epitel Henle, sel macula densa ginjal, sel
epitel bronkhus dan pneumocyte tipe 2. Peningkatan kadar NSE dalam serum
ditemukan pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus NSCLC. Pemantauan kadar NSE serum
secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat memberikan gambaran perkembangan
kanker atau kekambuhan.
Konsentrasi
NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah
cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain,
hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan.
Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke iskemik memiliki korelasi dengan
nilai pada skala stroke NIH.
2.3.9 Squamous cell carcinoma (SCC)
Squamous cell
carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa
dari serviks putri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis,
kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel
squamosa seperti faring, laring, palatum lidah dan leher.
Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC) pertama kali
dilaporkan oleh Kato dan Torigoe pada tahun 1977 yang merupakan sub fraksi dari
tumor antigen TA-4 yang diambil dari 4 tahap pemurnian antigen tumor ini dari
karsinoma sel skuamous pada serviks uteri dengan berat molekul 48.000 dalton
yang berlokasi pada sitoplasma epitel skuamous.
Pada karsinoma serviks antigen SCC digunakan untuk :
1.
Diagnosis : dengan nilai batas normal 2 ng/ml, maka
sensitivitas diagnosisnya 51%
2.
Meramalkan prognosis : Kadar yang tinggi pada saat diagnosis
menunjukkan prognosis yang kurang baik. Pemeriksaan sebelum terapi bermanfaat
untuk menentukan pasien yang berisiko tinggi untuk kambuh sehingga dapat
pemantauan / terapi yang intensif.
Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial terhadap kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.
Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial terhadap kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.
3.
Deteksi kekambuhan : sensitivitasnya 83%
4.
Keparahan penyakit : Jumlah kasus dengan kadar antigen SCC
di atas normal tergantung stadium. Makin tinggi stadium makin banyak jumlah
kasus dengan antigen SCC yang positif. Pada stadium I : 20,4%, Stadium II :
73,1%, Stadium III : 96% dan Stadium IV : 100% (Penelitian Kato).
Kadar antigen SCC meningkat pada hampir
semua karsinoma serviks stadium lanjut. Akan tetapi sebaliknya petanda tumor
tidak bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pra kanker / karsinoma in situ atau
karsinoma pra invasif.
2.3.10 Cyfra 21-1
Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan
paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma,
dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal.
Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma.
makasih teh yossi, sangat bermanfaat :D
BalasHapusApakah kegunaan CA 15-3 pasca kemoterapi ? Berapakah nilai yang normalnya pasca kemoterapi untuk kanker payudara ?
BalasHapus