Minggu, 24 Januari 2016

Petanda Tumor

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Diperkirakan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Ironisnya kejadian ini terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang.
Di Indonesia kejadian kanker mencapai 4.3%. berdasarkan data demografi, wanita lebih banyak menderita kanker yaitu sebanyak 5,7% sedangkan laki-laki hanya sekitar 2,9%, hal ini sejalan dengan tingginya angka pasien kanker pada ibu rumah tangga yaitu sekitar 8,2%. Berdasarkan tingkatan usia didapatkan semakin tinggi usia seseorang maka semakin beresiko untuk mengalami kanker, terbukti dengan kejadian kanker pada usia lebih dari 75 tahun berkisar antara 9,4%.
Seperti yang sudah kita ketahui kanker berkembang dari suatu tumor , berdasarkan data-data dan kajian-kajian di atas maka dirasa perlu tindakan untuk menghambat angka terjadinya kanker yang membesar.
Petanda tumor dapat menjadi salah satu diagnosis laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan sel tumor atau kelainan dalam jaringan. Petanda tumor yangdapat diperiksa antara lain :
1.      AFP:HCC
2.      Ca 225:ovarium Ca2 Endometrial
3.      Ca 15-3 breast Ca
4.      Ca 19-9 : gas stric of pranceatica
5.      Cyfira 21-1 : paru/lung Ca(SCC)
6.      PAP(Prostatic Acid Phospatase)
7.      ACP(Acid Phospatase)
8.       Ca 72-4 : lambung atau gastric Ca
9.      Calotonin: Medulary thyroid Ca
10.  HCG: tropoblastic,CHORIO-Ca
11.  CEA : kolorectal breast/Mng HCC
12.  NSE : Small ca of lung
13.  SCC : Serviks ca
14.  CEA, NSE, SCC
15.  HE4
16.  PSA : ca prostat
17.  Free PSA
18.  β-2 microglobulin
19.  Thyroog globulin: papilary thyroid ca
20.  NMP22 : bulu-buli ca
21.  Ca 125
Berdasarkan parameter-parameter petanda tumor tersebut kami akan membahas petanda-petanda tumor tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
1.                  Apa yang dimaksud dengan tumor ?
2.                  Apa saja parameter-parameter petanda tumor?
3.                  Bagaimana cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut?

1.3  Tujuan
1.                  untuk mengetahui pengertian tumor
2.                  untuk mengetahui parameter-parameter petanda tumor
3.                  untuk mengetahui cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Petanda Tumor
Pentanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel sel tumor,masuk dalam aliran darah,dan dapat dideteksi jumlah/nilainya dengan pemerikaan. Petanda-petanda tumor, idealnya mempunyai potensi untuk membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal aktivitas penyakit dalam keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian memberikan suatu metode skrining untuk penyakit preklinik, memantau status tumor selama pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini.Karena kemajuan dalam teknologi antibodi monoklonal, banyak petanda tumor sekarang dapat terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin, atau asites. Untuk dapat dipakai secara klinik maka petanda tumor harus memiliki sensitivitas dan spesifitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada pemakaian klinis suatu petanda tumor adalah spesifitas.
Dalam teori, petanda tumor yang “ideal” harus mempunyai beberapa atribut:
1.      Petanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada individu sehat atau pada individu yang mengalami kelainan non neoplastik.
2.      Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak sehingga kadar dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker.Kadar petanda tumor akan seusuai dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar serialnya secara akurat akan mencerminkan perkembangan klinis penyakit dan regresi ke kadar normal akan terkait dengan kesembuhan.

2.2 Klasifikasi Lain dari Petanda Tumor
2.2.1 Produk yang dihasilkn oleh sel Tumor itu sendiri (tumor – derived product)   
Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh sel normal yang ”undifferentiated” tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Dan kadar senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker. Contoh : Carcinoembryonic Antigen (CEA), Alfa – Fetoprotein (AFP).

2.2.2 Produk yang menyertai proses keganasan (tumor – associated product)
Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker.Contoh :-  Carbohydrate Antigen 19 – 9 (CA 19 – 9)-  Cancer Antigen 125 (CA 125)-Ferritin-  B2MicroglobulinNILAI “CUT - OFF values “ Penentuan batas (Cut – Off) pada penggunaan petanda tumor, baik untuk diagnosis ujisaring, prognosis maupun pemantauan terapi sangat mempengaruhi interpretasi hasil pemeriksaan. Karena penentuan cut-off akan menentukan sensitivitas dan spesifisitas diagnosis yang kita kehendaki.Sebagai contoh bila kita menggunakan nilai cut-off 35 U/ml pada pemeriksaan CA 125 untuk kanker ovarium (35 U/ml = rata-rata wanita normal + 3 SD). Peningkatan kadar di atas 35 U/ml ini akan terlihat pada 82% penderita dengan kanker ovarium, 1% pada wanita normal dan 6% pada penyakit yang bukan keganasan.  

2.3 Parameter-Parameter Petanda Tumor
2.3.1 AFP (Alpha Fetoprotein)
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 – 95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 – 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda.
AFP paa kehamilan protein ini mulai terbentuk di plasma saat janin (fetus) berusia empat minggu dan dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai 12-16 minggu. Setelah melahirkan, AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah. Untuk membantu memperkirakan adanya kelainan pada janin, seperti sindrom down (kelainan genetik), sindrom turner, dan spina bifida, pemeriksaan AFP biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan 16-22 minggu. Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang mengandung bayi kembar. Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan pemeriksaan hormon estriol dan HCG, serta pemeriksaan USG (ultrasonografi).
AFP pada kanker, pada penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker ovarium, dan kanker saluran empedu, kadar AFP dalam tubuh pasien meningkat. Pemeriksaan AFP tidak boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila ada gejala untuk pmeriksaan lain menunjang ke arah kanker tertentu. Sebagai petanda tumor, AFP bukan lah protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilainya dapat berbeda apabila diukur dengan metedo yang berbeda antar laboratoriu. Oleh karena itu diperlukan pendamapingan dokter dalam menerjemahkan hasil AFP pasien.
Cara pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan CMIA (Chemiluminesecent Microparticle Immunoassay) dengan menggunakan sampel uji berupa serum atau plasma dengan antikoaagulan sodium heparin, litium heparin atau EDTA. Sampel uji berupa serum atau plasma tersebut bertahan tujuh hari pada sushu 2-80C atau bisa lebih dari 7 hari apabila dibekukan pada suhu -200C atau lebih rendah. Sebelum pemeriksaan tidak ada persiapan khusus untuk pasien.
Ha-hal yang dapat mempeengaruhi hasil tes antara lain:
1.   Perokok.
2.   Gestational Diabetes.
3.   Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radioaktif dalam 2 minggu sebelumnya.

2.3.2 Carcinoembryonic antigen (CEA)
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.
Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan, diagnosis, penentuan stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker payudara setelah terapi awal, juga tidak untuk memantau respon penyakit metastasis terhadap pengobatan. Namun, peningkatan kadar CEA dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada parameter penyakit yang lain(Sacher, 2004).
Pemeriksaan CEA
Deskripsi
:
Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan penanda berbagai jenis kanker yang dikombinasikan dengan penanda tumor lainnya.
Manfaat Pemeriksaan
:
(1) Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma saluran cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker ovarium (CA 125), kanker paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan kanker lambung; (2) Prognosis dan follow up kanker kolorektal; (3) Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan prognosis kanker.
Persyaratan & Jenis Sampel
:
0,5 (0,25) mL Serum   
Stabilitas Sampel
:
2-8 °C : 48 jam, <= -20 °C : > 48 jam
Prosedur
:
-Ambil 10 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah atau jingga muda. Hindari hemolisis
-Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan karena mempengaruhi hasil
-Tidak perlu pembatasan makan dan cairan
Nilai Rujukan
:
Dewasa: tidak merokok: <2,5 ng/ml; Merokok: <3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut: 10 ng/dl; Neoplasma: 12 ng/dl
Catatan
:
Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Beku ulang : Mutlak. Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau partikel lain.


2.3.3 Cancer antigen 72-4 
Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 – 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 – 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relaps.

2.3.4 Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9)
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang.
Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon , yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas merupakan penyebab kematian akibat kanker ke-4 paling umum. Aktor, Patrick Swayze dan baru-baru ini, pendiri Apple, Steve Jobs, keduanya meninggal akibat kanker pankreas. Di Singapura, terjadi peningkatan kanker pankreas selama 40 tahun belakangan ini. Dari tahun 2003 hingga 2007, terdapat sekitar 1000 kasus dengan diagnosa kanker pankreas. Walaupun kanker pankreas tidak termasuk di dalam urutan 10 besar kanker yang paling umum di Singapura, kanker tersebut menjadi penyebab ke-6 dan ke-7 kematian akibat kanker untuk pria dan wanita di Singapura.
Yang menjadi penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Namun orang-orang dengan faktor resiko tertentu memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi:
©      Merokok: Merokok tembakau adalah faktor resiko utama untuk kanker pankreas.
©      Diabetes: Mereka dengan diabetes memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas.
©      Faktor genetik: memiliki anggota keluarga terdekat dengan riwayat kanker pankreas, meningkatkan resiko terkena kanker.
©      Pancreatitis (radang/infeksi pada pankreas):Peradangan/infeksi pada pankreas untuk waktu yang cukup lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker pankreas.
©      Obesitas: Mereka yang memiliki kelebihan berat badan memiliki kemungkinan sedikit lebih banyak daripada orang lain untuk terkena kanker pankreas.
Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena kanker pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan. Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga dapat membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver.
Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran yang mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan biopsi.
Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS) yang menggunakan alat ultrasound untuk mengambil gambar pankreas dari dalam perut. Alat ultrasound dimasukkan melalui selang serat optik melalui kerongkongan ke dalam perut untuk memperoleh gambar pankreas. Prosedur ini juga memungkinkan untuk mengambil sample jaringan sel untuk keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk dokter untuk mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa jaringan-jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi, yang memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat jaringan adalah dengan suatu jarum yang panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam pankreas. Ini disebut suatu biopsi jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau ultrasound untuk membimbing penempatan jarum. Tipe biopsi lain adalah suatu biopsi sikat. Ini dilakukan sewaktu ERCP. Dokter memasukkan suatu sikat yang sangat kecil melalui endoscope kedalam saluran empedu untuk menyeka sel-sel untuk diperiksa dibawah sebuah mikroskop.
Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin diperlukan. Selama operasi ini, dokter dapat memperhatikan organ-organ dalam perut dan dapat mengangkat jaringan. Laparotomy membantu dokter menentukan keadaan atau luasnya penyakit. Mengetahui keadaan membantu dokter merencanakan perawatan. Contoh-contoh jaringan yang diperoleh dengan suatu macam biopsi mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang jelas, dan biopsi mungkin perlu diulang menggunakan suatu metode yang berbeda.



2.3.5 Cancer 12-5 (Ca-12-5)
Cancer antigen 125 (Ca 125 dipakai  untuk  indikator  kanker  ovarium  epitel  non-mucinous.  Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemotrapi. Diagnosa
·        Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda umum dari kesehatan. Dokter Anda mungkin menekan perut Anda untuk memeriksa tumor atau penumpukan abnormal cairan (asites). Sebuah sampel cairan dapat diambil untuk mencari sel-sel kanker ovarium.
·        Pemeriksaan panggul: Dokter Anda merasa ovarium dan organ terdekat untuk benjolan atau perubahan lain dalam bentuk atau ukuran. Tes Pap ini merupakan bagian dari pemeriksaan panggul normal, tetapi tidak digunakan untuk mengumpulkan sel-sel ovarium. Tes Pap dapat mendeteksi kanker serviks. Tes Pap tidak digunakan untuk mendiagnosa kanker ovarium.
·        Tes darah: Dokter Anda mungkin agar tes darah. Lab mungkin memeriksa tingkat zat, termasuk CA-125. CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain. CA-125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker ovarium. Tes ini disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat untuk pemantauan respon wanita untuk pengobatan kanker ovarium dan untuk mendeteksi kembali setelah pengobatan.
·        Ultrasound: Perangkat USG menggunakan gelombang suara yang orang tidak dapat mendengar. Perangkat bertujuan gelombang suara pada organ-organ di dalam panggul. Gelombang memantul dari organ. Sebuah komputer menciptakan gambar dari gema. Gambar dapat menunjukkan tumor ovarium. Untuk tampilan yang lebih baik dari indung telur, perangkat mungkin akan dimasukkan ke dalam vagina (USG transvaginal).
·        Biopsi: Biopsi adalah pengangkatan dari jaringan atau cairan untuk mencari sel-sel kanker.
Pembedahan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis kanker ovarium. CA-125, kanker antigen-125, adalah protein yang ditemukan pada tingkat sel-sel kanker ovarium yang paling tinggi dibandingkan dengan sel normal. CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan dalam aliran darah. CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga kanker rahim, karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim, dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan laboratorium.
Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap Kanker ovarium (indung telur) memiliki keterbatasan.
·        Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung telur, paru, payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan di sekitar organ produksi.
·        Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal mengalami peningkatan CA-125.
·        Namun tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya.
Nilai normal CA-125 : 0 – 35 U / mL.

2.3.6 Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)
Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.
Petanda tumor CA 15-3 mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal penyakit dan akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium I hanya sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar 40% pasien, dan 75% pasien pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial selama masa pemantauan pasca terapi memberikan informasi prognostik yang lebih baik. Peningkatan CA 15-3 juga ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan Autoimun dan kelainan kelenjar ovarium.
Pada kanker payudara, peranan serum marker belum banyak dibuktikan. Serum marker yang paling banyak dipakai adalah Ca 15-3 dan Carcinoembryonic Antigen (CEA), sementara marker lain yang belum begitu banyak dipakai antara lain BR 29.29 (Ca 27.29), Tissue Polypeptide Antigen (TPA), Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) dan Her-2. Tujuan review ini adalah untuk mengevaluasi kegunaan klinis serum tumor marker pada kanker payudara, yaitu dalam diagnosis dini, prognosis, respon terhadap terapi, pengawasan setelah pengobatan primer, dan monitor respon pada penyakit tahap lanjut. Review terutama akan difokuskan pada Ca 15-3 karena Ca 15-3 merupakan yang paling luas dipakai pada kanker payudara. Fungsi pemeriksaan CA 15-3 :
1.      Membantu Diagnosis Dini
Di antara semua serum marker yang ada, tidak ada satupun yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik untuk diagnosis dini kanker payudara. Ca 15-3 misalnya meningkat pada 10 pasien kanker payudara stadium I, 20 % pasien stadium II, 40 % pasien stadium III, dan 75 % pasien stadium IV. Selain sensitivitasnya yang kurang baik, Ca 15-3 juga kurang spesifik, dan dapat ditemukan pada orang normal (~5%), pada beberapa penyakit non-keganasan seperti penyakit hati, dan pada adenocarcinoma lain. Oleh sebab itu, diagnosis dini kanker payudara masih akan banyak bergantung pada mammography dan histopathology.
2.      Menentukan Prognosis
Kebanyakan faktor prognosis yang telah ada (mis. ukuran tumor, status lymph node, dll) memerlukan jaringan tumor dengan operasi atau biopsi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu marker prognosis dalam darah. Beberapa serum marker yang telah dipelajari antara lain Ca 15-3, serum Her-2, dan CEA. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kadar Ca 15-3 pada awal penyakit yang tinggi (dengan cut off berkisar antara 25-40 KiloUnit/L) dapat memprediksikan outcome yang buruk. Kadar Ca 15-3 selama follow up juga dapat memberikan informasi prognosis.
Tampellini, et al. melaporkan bahwa pasien dengan Ca 15-3 < 30 KU/L pada saat kekambuhan pertama, akan memiliki masa bertahan hidup lebih panjang daripada pasien dengan kadar yang lebih tinggi. Penemuan-penemuan ini menyatakan bahwa Ca 15-3 merupakan faktor prognosis yang baik.
Selain Ca 15-3, Her-2 dan CEA juga dapat dijadikan faktor prognosis. Konsentrasi Her-2 yang tinggi dapat memprediksi outcome yang buruk (seperti: waktu pengembangan penyakit yang lebih cepat, masa bebas penyakit yang lebih pendek dan kesembuhan keseluruhan yang rendah). Walaupun belum banyak dipelajari, kadar CEA pre/post operasi juga dikaitkan dengan prognosis kanker payudara yang buruk.
3.      Prediksi Respon terhadap Terapi
Seperti faktor-faktor prognosis, marker-marker prediksi keberhasilan terapi yang telah ada juga memerlukan jaringan tumor untuk dianalisis. Beberapa penemuan awal menunjukkan bahwa serum Her-2 yang tinggi dapat dikaitkan dengan respon yang buruk terhadap terapi endokrin dan kemoterapi berbasis cyclophosphamide-methotrexate-5-fluorourocil, tapi dapat memprediksi hasil yang baik dengan terapi kombinasi trastuzumab (herceptin) dan kemoterapi.
Ca 15-3 dan marker terkait MUC-1 lainnya juga dapat dijadikan faktor prediksi respon terapi. Overekspresi MUC-1 (antigen yang dideteksi oleh assay Ca 15-3 dan BR29.79) pada tikus menunjukkan resistensi terhadap cis-platinum. Studi lebih lanjut masih harus dilakukan untuk menentukan apakah kadar marker terkait MUC-1 dapat memprediksi respon/resistensi pada pasien yang menjalani terapi berbasis platinum.
4.      Pengawasan setelah Pengobatan Primer
Pengawasan pasien setelah pengobatan primer dengan pemeriksaan klinis, radiologi, dan tes biokimia sekarang umum dilakukan, berdasarkan asumsi bahwa deteksi awal kekambuhan atau metastasis panyakit akan meningkatkan kesempatan untuk sembuh. Meskipun sebenarnya, data-data yang ada saat ini tidak menunjukkan bahwa follow up intensif menggunakan tes biokimia standar dan radiologi setelah pengobatan primer dapat bermanfaat. Sebaliknya, keberhasilan follow up akan sangat bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas tes diagnosis yang digunakan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah penggunaan Ca 15-3 sebagai dasar memulai pengobatan awal setelah pembedahan dapat meningkatkan kesembuhan atau kualitas hidup pasien. Studi oleh Jager dilakukan pada pasien dengan kadar Ca 15-3 atau CEA yang meningkat, tapi tanpa adanya bukti metastasis penyakit. Sebagian pasien (n=21) diberikan pengobatan medroxyprogesterone acetate, sementara sebagian lain (n = 26) tidak. Untuk pasien yang tidak diobati, interval waktu hingga metastasis terdeteksi adalah 4 bulan, sementara untuk kelompok pasien yang diobati, interval waktu mencapai > 36 bulan.
Dua studi lain juga menunjukkan bahwa pengobatan awal yang hanya didasarkan pada peningkatan nilai marker (Ca 15-3, CEA, atau mammary cancer antigen), meskipun pada pasien asimtomatis, dapat memberikan outcome yang lebih baik, daripada jika pengobatan didasarkan pada radiologi atau yang lain.
Ketiga studi, walaupun menunjukkan hasil yang bagus, hanya dilakukan pada pasien yang relatif sedikit, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan suatu perubahan dalam praktek klinis, misalnya untuk merekomendasikan pasien asimtomatis dengan tumor marker meningkat untuk memulai suatu terapi baru.
5.      Monitor Respon terhadap Terapi pada Pasien Tahap Lanjut
Kriteria yang telah dipakai untuk mengukur respon terhadap terapi pada kanker payudara tahap lanjut adalah International Union against Cancer Criteria (UICC) yang mencakup pemeriksaan fisik, pengukuran luka, radiologi dan isotope scanning. Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari penggunaan serum marker dalam hal ini. Penggunaan serum marker memiliki beberapa keuntungan termasuk sensitivitas yang lebih baik, pengukuran yang lebih objektif dan kenyamanan bagi pasien.
Dari 11 studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 66 % dari pasien membaik setelah kemoterapi, menunjukkan penurunan konsentrasi marker, 73 % dari pasien dengan penyakit yang stabil tidak menunjukkan perubahan konsentrasi marker yang signifikan, dan 80 % dari pasien dengan penyakit yang bertambah parah menunjukkan peningkatan konsentrasi marker. Dalam sebagian besar studi-studi ini, yang dimaksud perubahan konsentrasi adalah perubahan kadar Ca 15-3 > 25 %.
Hasil penelitian CEA menunjukkan hasil serupa. 82 % dari pasien memiliki konsentrasi CEA yang menurun dan respon penyakit, sedangkan 74 % memiliki konsentrasi yang tinggi dan penyakit yang memburuk.
Walaupun data-data yang telah ada menunjukkan korelasi yang baik antara tumor marker dengan respon terapi pada penyakit tahap lanjut, ASCO (American Society of Clinincal Oncology) tidak menganjurkan penggunaan rutin Ca 15-3 atau CEA dalam hal ini. ASCO hanya menyarankan pengunaan keduanya pada kondisi khusus, dimana evaluasi klinis sulit dilakukan, dan baik Ca 15-3 maupun CEA tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan respon terapi pada keadaan apapun.
Selain Ca 15-3 dan CEA, serum Her-2 juga dapat digunakan untuk memonitor respon pada terapi, terutama pada berbasis trastuzumab. Dalam suatu studi dengan 99 pasien tahap lanjut yang diberi terapi berbasis trastuzumab, didapatkan bahwa korelasi antara status klinis dengan serum Her-2 adalah 0.793, sementara dengan Ca 15-3 adalah 0.627. Jika kedua marker dikombinasi, didapatkan korelasinya dengan status klinis adalah 0.83.

2.3.7 Prostat Spesific Antigen (PSA)
Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas.
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Pada BPH (pembesaran prostate yang jinak ) konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang lebih dominan.
 Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya. Pada pria berusia lanjut > 60 tahun hasil PSA bisa membuat rancu apakah pembesaran prostate jinak/ BPH yang sering terjadi pada pria berusia lanjut atau keganasan .Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu :
·         Usia
Risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun.
·         Ras/Etnis
Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan orang berkulit putih.
·         Riwayat Keluarga
Jika Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.
·         Diet
Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.
Tes PSA (Prostate-Specific Antigen - Antigen Khusus Prostat).  Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker prostat pada prostat . Bila hasil pemeriksaan PSA sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan free-PSA untuk menentukan nilai rasio free-PSA/PSA total. Manfaat Tes PSA :
a.       Untuk skrining (PSA total).
b.      Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total).
c.       Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta pemantauan setelah    pengangkatan prostat.
Macam – macam tes PSA :
1.       Pemeriksaan colok dubur (Digital Rectal Examination/DRE)
Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan. Prosedur pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak sedikit, namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.
                                             
 
2.       Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)
Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat.
  Diagnosis kanker prostat dipastikan setelah dilakukan beberapa pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu :
  • Riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik (termasuk DRE)
  • Pemeriksaan darah yaitu PSA total, dan bila perlu ditambahkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total (atau c-PSA(2)/PSA total) untuk membedakan kanker prostat dan BPH terutama bagi pasien dengan hasil PSA total antara 2.6-10 ng/ml
  • Biopsi yang dipandu dengan TRUS ( Transrectal ultrasonography) untuk mendapatkan jaringan prostat. Selanjutnya, jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker.
                              
2.3.8 Neuron Specific Enolase (NSE)
Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasansmall cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak.
NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di lintasan glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait.
Deskripsi
:
Neuron Spesific Enolase merupakan isoenzim glikolitik enolase yang memiliki tiga sub unit yaitu alfa, beta dan gamma.
Manfaat Pemeriksaan
:
(1) Diagnosis dan pemantauan terapi Small Cell Lung Carcinoma (SCLC); (2) Diagnosis dan pemantauan neuroblastoma.
Persyaratan & Jenis Sampel
:
0.5 (0.3) mL serum
Stabilitas Sampel
:
15-25 °C : 6 jam, 2-8 °C : 24 jam, -20 °C : 3 bulan
Persiapan Pasien
:
-
Hari Kerja
:
Kamis (08.00, 13.00, 15.00)
Metode
:
ECLIA
Nilai Rujukan
:
< 16.3 ng/mL
Tempat Rujukan
:
Prodia Jakarta Kramat
Catatan
:
Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak Mutlak; Beku ulang : Mutlak.

Neuron Spesific Enolase subunit γ terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel neuron, sel neuroendokrin dan tumor neurogenik. Selain itu,juga terdapat pada jaringan otot polos, trombosit, sel epitel Henle, sel macula densa ginjal, sel epitel bronkhus dan pneumocyte tipe 2. Peningkatan kadar NSE dalam serum ditemukan pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus NSCLC. Pemantauan kadar NSE serum secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat memberikan gambaran perkembangan kanker atau kekambuhan.
Konsentrasi NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain, hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.


2.3.9 Squamous cell carcinoma (SCC)
Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks putri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum lidah dan leher.
Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC) pertama kali dilaporkan oleh Kato dan Torigoe pada tahun 1977 yang merupakan sub fraksi dari tumor antigen TA-4 yang diambil dari 4 tahap pemurnian antigen tumor ini dari karsinoma sel skuamous pada serviks uteri dengan berat molekul 48.000 dalton yang berlokasi pada sitoplasma epitel skuamous.
Pada karsinoma serviks antigen SCC digunakan untuk :
1.      Diagnosis : dengan nilai batas normal 2 ng/ml, maka sensitivitas diagnosisnya 51%
2.      Meramalkan prognosis : Kadar yang tinggi pada saat diagnosis menunjukkan prognosis yang kurang baik. Pemeriksaan sebelum terapi bermanfaat untuk menentukan pasien yang berisiko tinggi untuk kambuh sehingga dapat pemantauan / terapi yang intensif.
Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial terhadap kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.
3.      Deteksi kekambuhan : sensitivitasnya 83%
4.      Keparahan penyakit : Jumlah kasus dengan kadar antigen SCC di atas normal tergantung stadium. Makin tinggi stadium makin banyak jumlah kasus dengan antigen SCC yang positif. Pada stadium I : 20,4%, Stadium II : 73,1%, Stadium III : 96% dan Stadium IV : 100% (Penelitian Kato).
Kadar antigen SCC meningkat pada hampir semua karsinoma serviks stadium lanjut. Akan tetapi sebaliknya petanda tumor tidak bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pra kanker / karsinoma in situ atau karsinoma pra invasif.


2.3.10 Cyfra 21-1 
Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma.



2 komentar:

  1. makasih teh yossi, sangat bermanfaat :D

    BalasHapus
  2. Apakah kegunaan CA 15-3 pasca kemoterapi ? Berapakah nilai yang normalnya pasca kemoterapi untuk kanker payudara ?

    BalasHapus