Minggu, 24 Januari 2016

Faal Ginjal

BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Penyakit merupakan hal terburuk bagi tubuh kita . Kebanyakan dari kita menganggap remeh sebuah gejala yang terjadi dalam tubuh dan di biarkan begitu saja, padahal tanpa kita sadari gejala tersebut akan berubah menjadi penyakit yang akan menggerogoti tubuh kita . Hal ini di karenakan kurangnya pengetahuan kita akan gejala yang terjadi pada tubuh kita sendiri. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen .
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein. NPN = senyawa-senyawa mengandung N, bukan protein. Hasil metabolisme protein di dalam darah, dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Terdiri atas  : Ureum/Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, asam urat, asam amino, amonia. Pengukuran beberapa analit membantu evaluasi fungsi ginjal.
Adapun beberapa peeriksaan faal ginjal :
1. Ureum
2. Creatinine
3. Asam urat, clearance creatinine
4. GFR, eGFR
B.     Rumusan masalah
Permasalahan yang diangkat dalam menulis makalah ini adalah :
1.      Definisi test ginjal
2.      Parameter pemeriksaan faal ginjal
3.      Jenis-jenis pemeriksaan faal ginjal

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mempelajari apa saja parameter pemeriksaan ginjal
2.      Untuk mempelajari bagaimana cara kinerja ginjal Untuk menambah wawasan tentang ginjal secara keseluruhan baik anatomi, fungsi, dan kesehatan ginjal
3.      Untuk memenuhi tugas makalah parameter pemeriksaan ginjal yang telah diberikan ?








BAB 2
PEMBAHASAN
A.     Definisi Ginjal
Tes fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan untuk skrining penyakit ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan penyebab penyakit ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini berusaha untuk menentukan keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes ini, fungsi renal yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau ekskresi akan diuji.
Banyak kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk melakukan-fungsi vital mereka. Beberapa mengarah pada penurunan fungsi ginjal, yang cepat (akut) yang lainnya menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap (kronis). Keduanya mengakibatkan penumpukan zat limbah beracun dalam darah. Sejumlah tes laboratorium klinis yang mengukur tingkat zat diatur secara normal oleh ginjal dapat membantu menentukan penyebab dan luasnya disfungsi ginjal. Tes ini dilakukan pada sampel urin, serta pada sampel darah.




B.     Struktur Ginjal
Description: C:\Users\USER\Documents\bagian-bagian-ginjal-dalam-bahasa-in.jpg


C.     Fungsi ginjal
1.      Penyaringan (Filtrasi)
Darah yang banyak mengandung zat sisa metabolisme masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh arteri ginjal (arteri renalis). Cairan tubuh keluar dari pembuluh arteri dan masuk ke dalam badan malpighi. Membran glomerulus dan kapsul Bowman bersifat permeabel terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil sehingga dapat menyaring molekul-molekul besar. Hasil saringan (filtrat) dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat glomerulusatau urin primer. Dalam urin primer masih terdapat air, glukosa, asam amino, dan garam mineral.


2.      Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)
Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal. Hampir semua gula, vitamin, asam amino, ion, dan air diserap kembali. Zat-zat yang masih berguna tadi dimasukkan kembali ke dalam pembuluh darah yang terdapat di sekitar tubulus. Hasil reabsorpsi berupa filtrat tubulus atau urin sekunder. Urin sekunder mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang memberi warna dan bau pada urin.
3.      Augmentasi
Di tubulus kontortus distal, beberapa zat sisa seperti asam urat, ion hidrogen, amonia, kreatin, dan beberapa obat ditambahkan ke dalam urin sekunder sehingga tubuh terbebas dari zat-zat berbahaya. Urin sekunder yang telah ditambahkan dengan berbagai zat tersebut disebut urin. Kemudian, urin disalurkan melalui tubulus kolektivus ke rongga ginjal. Dari rongga ginjal, urin menuju ke kantung kemih melalui saluran ginjal (ureter).
4.      Proses Pengeluaran Urin
Jika kandung kemih penuh dengan urin, dinding kantong kemih akan tertekan. Kemudian dinging otot kantong kemih meregang sehingga timbul rasa ingin buang ir kecil. Selanjutnya, urin keluar melalui saluran kencing (uretra). Pengeluaran air melalui urin ada hubungannya dengan pengeluaran air melalui keringat pada kulit. Pada waktu dara dingin, badan kita tidak berkeringat.
Pengeluaran air dari dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui urin sehingga kita sering buang air kecil. Sebaliknya, pada waktu udara panas, badan kita banyak mengeluarkan keringat dan jarang buang air kecil.
Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar teidiri atas (95%) air dan zat yang terlarut, yaitu urea, asam urat, dan amonia. yang merupakan sisa-sisa perombakan protein: bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat warna empedu yang menyebabkan warna kuning pada urin, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti vitamin B, C, obat-obatan, dan hormon.
Urin tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein, berarti terjadi gangguan atau kerusakan ginjal pada glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada tubulus ginjal, tetapi dapat pula disebabkan oleh tingginya kadar gula di dalam darah sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula darah yang tinggi disebabkan oleh terhambatnya proses pengubahan gula menjadi glikogen, akibatnya produksi hormon insulin terhambat. Kelainan ini dikenal sebagai penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Dilihat dari segi banyaknya zat yang terkandung di urin, dapat disimpulkan bahwa ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, mengeluarkan sisa metabolisme, membuang zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, dan mengatur keseimbangan air dan garam di dalam darah.

D.    Fungsi ginjal
Fungsi ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah, menghasilkan hormon, menjaga keseimbanganasam basa, dan sebagainya. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira 11x7x6 cm ini dapat terganggu oleh berbagai hal yang akan memicu penyakit ginjal  mulai dari infeksi hingga pada tidak berfungsinya ginjal atau yang biasa kita sebut gagal ginjal. Beberapa orang yang lahir dengan 1 ginjal, masih bisa hidup seperti layaknya orang normal. Namun, jika kedua fungsi ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula, terapi seperti hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru bagi penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik / gagal ginjal. ginjal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain
1.    urea, asam urat, amoniak, creatinin
2.    garam anorganik
3.    bacteri dan juga obat-obatanMengekskresikan gula kelebihan gula dalam darahMembantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mem-pertahankan tekanan osmotik ektraselulerMengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseim-bangan asam basa darah.Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.Nah tuh teman, dangat penting kan ginjal bagi kesehatan tubuh kita, bayangkan jika tidak ada ginjal. Walapun begitu ada juga manusia yang ginjalnya tidak berfungsi. kalau masih satu yang berfungsi sebenarnya masih aman, tapi kalau kedua ginjal nggak berfungsi, nah itu udah bahaya. Biasanya solusinya dilakukan transplantasi ginjal, atau pencangkokkan ginjal.

E.     Parameter pemeriksaan faal ginjal
Ada berbagai tes urine dan darah yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:
1.      Urinalisis Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes yang seringkali pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai.
a.       Pra Analitik
Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau setelah bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang ada. Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara bersih. Porsi tengah urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses miksi. Secara bersih yaitu didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin ditampung tanpa mengenai bagian badan atau penampung lain. Pada perempuan disarankan penampungan urin dengan membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah menggunakan penampungan yang bersih, kering, bermulut lebar, ditutup dengan rapat, disposable dan  memakai label.
Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat pengeluaran agar unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur selular. Apabila perlu jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka diusahakan dengan menempatkan penampung urin dalam pendingin atau menggunakan pengawet seperti toluene, formalin 40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar pada sentrifuge 1500-2000 rpm selama 5’. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur dengan sedimen.
b.      Analitik
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan berat jenis), mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal, bakteri, dan parasit), seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat ini kebanyakan dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup (test strip). Jika terdapat hasil yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi menggunakan metode gold standar.
c.       Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai rujukan, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
d.      Nilai Normal
Test                             Reference Range
Color                           Straw - Dark yellow
Appearance                  Clear – Hazy
Specific Gravity            1.003-1.029
pH                               4.5-7.8
Protein                         Negative
Glucose                        Negative
Ketones                       Negative
Bilirubin                        Negative
Occult blood                Negative
Leukocyte Esterase      Negative
Nitrite                           Negative
Urobilinogen                 0.1-1.0 EU/dL
WBCs                          0-4/hpf
RBCs                           male: 0-3/hpf
                                    female: 0-5/hpf
Casts                            0-4/lpf
Bacteria                        Negative
EU = Ehrlich Units (ca. 1 mg)   hpf = High Power Field (400x)   lpf = Low Power Field (100X)
e.       Interference Factor
Parameter – parameter pemeriksaan dalam urin dipengaruhi oleh cara pengambilan specimen yang tidak bersih/steril, persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang dikonsumsi sebelumnya, waktu penyimpanan sampel, suhu, cahaya matahari, kontaminasi udara, temperatur dan pH.
2.      Creatinine Serum dan Creatinine Clearance Test
Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari metabolisme energi otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding dengan massa otot individu . Karena tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah waktu tertentu diekskresikan ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat spesifik untuk fungsi ginjal.


a.       Pra Analitik
pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30 menit sebelum percobaan dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai habis. Dilakukan pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24 jam untuk penderita yang dirawat dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat dengan menit serta volume urin yang ditampung. Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk penetapan kreatinin darah. Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Tinggi dan berat badan juga diukur.
b.      Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction (fixed time).  Lalu dilakukan perhitungan klirens kreatinin dengan rumus:
Kreatinin klirens = U x V x f  bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f  bila diuresis < 2 mL/menit
                                   B                                                            B

Dengan:
U = kadar kreatinin urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar kreatinin serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.
c.       Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
d.      Nilai Normal:
Kreatinin serum;
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin.
Kreatinin klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.
e.       Interference Factor:
Uji klirens kreatinin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kehamilan, massa otot atau berat badan, diet atau asupan makanan, konsumsi obat dan proses pengumpulan urin 12 jam atau 24 jam. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, pengolahan sampel dan kondisi sampel seperti: hemolysis, bilirubin dan lipemik yang dapat menyebabkan false negative. Asam askorbat, glukosa, dan beberapa antibiotik juga mempengaruhi hasil. Jika kadar kreatinin melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.
3.      Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang diciptakan oleh metabolisme protein dan diekskresikan dalam urin. Urea Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui glomeruli itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis. Tes urea ini memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah dan dua spesimen urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang disaring, atau dibersihkan, oleh ginjal ke dalam urin.
a.       Pra Anallitik
Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL sampai habis. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal pukul P dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian diambil darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita mengosongkan kandung kecingnya lagi untuk disimpan dan catat  tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat badan. Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam ditentukan volumenya.
b.      Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar ureum pada serum dan urin dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot).  Lalu dilakukan perhitungan urea clearance dengan rumus:
= U x V x f  bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f  bila diuresis < 2 mL/menit
       B                                                           B
Dengan:
U = kadar ureum urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar ureum serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas. Satuan urea clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75 ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
c.       Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
d.      Nilai Normal:
Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah 26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan tinggi badan.
e.       Interference Factor
Uji urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme protein, kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel. Jika kadar ureum melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.
4.      Tes Osmolalitas
Tes Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin, ini adalah pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika asupan cairan menurun, ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih pekat.
a.       Pra Analitik
Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan hal pertama di pagi hari, pada beberapa sampel waktunya, atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama dua puluh empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet tinggi protein selama beberapa hari sebelum tes dan diminta untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.
b.      Analitik
Dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode yang tepat.


c.       Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
5.      Uji Protein Urin
Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin. Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan indikator penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam yang lebih tepat mengukur kuantitas protein.
a.       Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin yang telah disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein secara manual.
b.      Analitik
Dilakukan pemeriksaan urin metode Bang.
c.       Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.


d.      Nilai normal
Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan  Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
e.       Interference Factor
Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan globulin. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
6.      Blood Urea Nitrogen
Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal.


a.       Pra Analitik
Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu dilakukan pengolahan sampel untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium. Urea stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8C, 2-3 bulan jika dibekukan.
b.      Analitik
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
c.       Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
d.      Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lansia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
e.       Interference Factor:
Uji urea clearance dipengaruhi oleh asupan protein, fungsi hati, katabolisme protein, kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan, dehidrasi, konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel.








7.      Inulin dan Cystatin C
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut, sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena klirens inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari.
Prosedur pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus.



Hasil tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6WOYfJXLbNby2Gvm7p5C52ZccRzmPaBCoQsHYtvdJyJo0uXgh2Euznhg_lBeo8X4m4OdblH5LgGdxlRXmipB_ARgpXyAIZXDQcyKbKw4T2qlLMELOUNmP60NHb2bBps-qZkdGeMm3VZs/s320/ggk.png














BAB 3
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Ginjal berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh, pembuangan zat-zat toksik dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. Fungsi ginjal akan menurun seiring dengan makin tuanya usia seseorang dan juga karena adanya penyakit. Kemunduran fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat dapat diketahui dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar dideteksi. Kelainan dapat terjadi pada seluruh atau sebagian fungsi ginjal. Karena itu pemeriksaan laboratorium uji fungsi ginjal termasuk dalam uji penentu kesehatan seseorang dan juga penting dalam membantu menegakan diagnosis, memantau pengobatan dan perjalanan penyakit.
Tes fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan untuk skrining penyakit ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan penyebab penyakit ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini berusaha untuk menentukan keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes ini, fungsi renal yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau ekskresi akan diuji. Adapun Parameter pemeriksaan faal ginjal yaitu : Ureum, Creatinine, Asam urat, Clearance creatinine, GFR, eGFR.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar