BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit
merupakan hal terburuk bagi tubuh kita . Kebanyakan dari kita menganggap remeh
sebuah gejala yang terjadi dalam tubuh dan di biarkan begitu saja, padahal tanpa kita sadari gejala
tersebut akan berubah menjadi penyakit yang akan menggerogoti tubuh kita . Hal ini di
karenakan kurangnya pengetahuan kita akan gejala yang terjadi pada tubuh kita
sendiri. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen .
Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian
atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Secara umum prognosa tergantung derajat
dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta,
seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein. NPN = senyawa-senyawa
mengandung N, bukan protein. Hasil metabolisme protein di dalam darah,
dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Terdiri atas : Ureum/Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin,
asam urat, asam amino, amonia. Pengukuran beberapa analit membantu evaluasi
fungsi ginjal.
Adapun beberapa peeriksaan faal ginjal
:
1. Ureum
2. Creatinine
3. Asam urat, clearance creatinine
4. GFR, eGFR
B.
Rumusan masalah
Permasalahan yang diangkat dalam menulis makalah ini adalah
:
1.
Definisi test ginjal
2.
Parameter pemeriksaan faal ginjal
3.
Jenis-jenis pemeriksaan faal ginjal
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1.
Untuk mempelajari apa saja parameter pemeriksaan ginjal
2.
Untuk mempelajari bagaimana cara kinerja ginjal Untuk
menambah wawasan tentang ginjal secara keseluruhan baik anatomi, fungsi, dan
kesehatan ginjal
3.
Untuk memenuhi tugas makalah parameter pemeriksaan ginjal
yang telah diberikan ?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Ginjal
Tes fungsi
ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa dilakukan
untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan untuk
skrining penyakit ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan
penyebab penyakit ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini
berusaha untuk menentukan keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes
ini, fungsi renal yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau ekskresi akan diuji.
Banyak kondisi yang dapat
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk melakukan-fungsi vital mereka. Beberapa
mengarah pada penurunan fungsi ginjal, yang cepat (akut) yang lainnya
menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap (kronis). Keduanya
mengakibatkan penumpukan zat limbah beracun dalam darah. Sejumlah tes
laboratorium klinis yang mengukur tingkat zat diatur secara normal oleh ginjal
dapat membantu menentukan penyebab dan luasnya disfungsi ginjal. Tes ini
dilakukan pada sampel urin, serta pada sampel darah.
B. Struktur Ginjal
C. Fungsi ginjal
1. Penyaringan
(Filtrasi)
Darah yang banyak mengandung zat
sisa metabolisme masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh arteri ginjal (arteri
renalis). Cairan tubuh keluar dari pembuluh arteri dan masuk ke dalam badan
malpighi. Membran glomerulus dan kapsul Bowman bersifat permeabel terhadap air
dan zat terlarut berukuran kecil sehingga dapat menyaring molekul-molekul besar. Hasil saringan (filtrat) dari
glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat glomerulusatau urin primer. Dalam
urin primer masih terdapat air, glukosa, asam amino, dan garam mineral.
2. Penyerapan
Kembali (Reabsorpsi)
Reabsorpsi terjadi di tubulus
kontortus proksimal. Hampir semua gula, vitamin, asam amino, ion, dan air
diserap kembali. Zat-zat yang masih berguna tadi dimasukkan kembali ke dalam
pembuluh darah yang terdapat di sekitar tubulus. Hasil reabsorpsi berupa
filtrat tubulus atau urin sekunder. Urin sekunder mengandung air, garam, urea,
dan pigmen empedu yang memberi warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi
Di tubulus kontortus distal, beberapa zat sisa seperti asam
urat, ion hidrogen, amonia, kreatin, dan beberapa obat ditambahkan ke dalam
urin sekunder sehingga tubuh terbebas dari zat-zat berbahaya. Urin sekunder
yang telah ditambahkan dengan berbagai zat tersebut disebut urin. Kemudian,
urin disalurkan melalui tubulus kolektivus ke rongga ginjal. Dari rongga
ginjal, urin menuju ke kantung kemih melalui saluran ginjal (ureter).
4. Proses
Pengeluaran Urin
Jika kandung kemih penuh dengan urin, dinding kantong kemih
akan tertekan. Kemudian dinging otot kantong kemih meregang sehingga timbul
rasa ingin buang ir kecil. Selanjutnya, urin keluar melalui saluran kencing
(uretra). Pengeluaran air melalui urin ada hubungannya dengan pengeluaran air
melalui keringat pada kulit. Pada waktu dara dingin, badan kita tidak
berkeringat.
Pengeluaran air dari dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui
urin sehingga kita sering buang air kecil. Sebaliknya, pada waktu udara panas,
badan kita banyak mengeluarkan keringat dan jarang buang air kecil.
Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar teidiri
atas (95%) air dan zat yang terlarut, yaitu urea, asam urat, dan amonia. yang
merupakan sisa-sisa perombakan protein: bermacam-macam garam terutama garam
dapur (NaCl), zat warna empedu yang menyebabkan warna kuning pada urin, dan
zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti vitamin B, C, obat-obatan, dan
hormon.
Urin tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin
mengandung protein, berarti terjadi gangguan atau kerusakan ginjal pada
glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap
kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan
pada tubulus ginjal, tetapi dapat pula disebabkan oleh tingginya kadar gula di
dalam darah sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula
yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula darah yang tinggi disebabkan oleh
terhambatnya proses pengubahan gula menjadi glikogen, akibatnya produksi hormon
insulin terhambat. Kelainan ini dikenal sebagai penyakit kencing manis
(diabetes mellitus). Dilihat dari segi banyaknya zat yang terkandung di
urin, dapat disimpulkan bahwa ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi
tubuh. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, mengeluarkan sisa metabolisme,
membuang zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, dan mengatur keseimbangan air dan
garam di dalam darah.
D. Fungsi ginjal
Fungsi
ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah, menghasilkan
hormon, menjaga keseimbanganasam basa, dan sebagainya. Kerja organ yang
berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira 11x7x6 cm ini dapat
terganggu oleh berbagai hal yang akan memicu penyakit ginjal
mulai dari infeksi hingga pada tidak berfungsinya ginjal atau yang biasa kita sebut gagal
ginjal. Beberapa orang yang lahir dengan 1
ginjal, masih bisa hidup seperti layaknya orang normal. Namun, jika kedua fungsi
ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula, terapi
seperti hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru bagi
penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik / gagal ginjal. ginjal mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut:Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain
1.
urea, asam urat, amoniak, creatinin
2.
garam anorganik
3.
bacteri dan juga obat-obatanMengekskresikan gula
kelebihan gula dalam darahMembantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu
mem-pertahankan tekanan osmotik ektraselulerMengatur konsentrasi garam dalam
darah dan keseim-bangan asam basa darah.Ginjal mempertahankan pH plasma darah
pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya,
urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.Nah
tuh teman, dangat penting kan ginjal bagi kesehatan tubuh kita, bayangkan jika
tidak ada ginjal. Walapun begitu ada juga manusia yang ginjalnya tidak
berfungsi. kalau masih satu yang berfungsi sebenarnya masih aman, tapi kalau
kedua ginjal nggak berfungsi, nah itu udah bahaya. Biasanya solusinya dilakukan
transplantasi ginjal, atau pencangkokkan ginjal.
E. Parameter pemeriksaan faal ginjal
Ada berbagai tes urine dan darah
yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:
1. Urinalisis Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin,
merupakan tes yang seringkali pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai.
a. Pra Analitik
Pada tahapan ini yang perlu
diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang
dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan sampel,
pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau setelah
bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang
ada. Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara
bersih. Porsi tengah urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses
miksi. Secara bersih yaitu didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin
ditampung tanpa mengenai bagian badan atau penampung lain. Pada perempuan
disarankan penampungan urin dengan membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah
menggunakan penampungan yang bersih, kering, bermulut lebar, ditutup dengan
rapat, disposable dan memakai label.
Urin tersebut harus
diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat pengeluaran agar
unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur selular. Apabila
perlu jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka diusahakan dengan
menempatkan penampung urin dalam pendingin atau menggunakan pengawet seperti
toluene, formalin 40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin untuk pemeriksaan
sedimen dengan cara diputar pada sentrifuge 1500-2000 rpm selama 5’. Supernatan
dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur dengan sedimen.
b.
Analitik
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan makroskopis (warna,
bau, kejernihan/kekeruhan, dan berat jenis), mikroskopis atau sedimen urin
(eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal, bakteri, dan parasit),
seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat
ini kebanyakan dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup
(test strip). Jika terdapat hasil yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi
menggunakan metode gold standar.
c.
Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan
dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai rujukan, verifikasi dan validasi
hasil pemeriksaan.
d.
Nilai Normal
Test Reference Range
Color Straw -
Dark yellow
Appearance
Clear –
Hazy
Specific
Gravity 1.003-1.029
pH
4.5-7.8
Protein
Negative
Glucose
Negative
Ketones
Negative
Bilirubin
Negative
Occult
blood Negative
Leukocyte
Esterase Negative
Nitrite
Negative
Urobilinogen
0.1-1.0
EU/dL
WBCs
0-4/hpf
RBCs
male:
0-3/hpf
female:
0-5/hpf
Casts
0-4/lpf
Bacteria
Negative
EU = Ehrlich Units (ca. 1
mg) hpf = High Power Field (400x) lpf = Low Power Field
(100X)
e. Interference Factor
Parameter – parameter pemeriksaan
dalam urin dipengaruhi oleh cara pengambilan
specimen yang tidak bersih/steril, persiapan pasien seperti makanan, minuman
atau obat yang dikonsumsi sebelumnya, waktu penyimpanan sampel, suhu, cahaya
matahari, kontaminasi udara, temperatur dan pH.
2. Creatinine Serum dan Creatinine
Clearance Test
Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal
membersihkan zat yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk
limbah dari metabolisme energi otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang
sebanding dengan massa otot individu . Karena tubuh tidak mendaur ulangnya,
sehingga semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah waktu tertentu
diekskresikan ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat
spesifik untuk fungsi ginjal.
a.
Pra Analitik
pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30
menit sebelum percobaan dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL
sampai habis. Dilakukan pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24
jam untuk penderita yang dirawat dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat
waktunya tepat dengan menit serta volume urin yang ditampung. Pada waktu porsi
urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk penetapan kreatinin
darah. Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube)
atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan
serum/plasma-nya. Tinggi dan berat badan juga diukur.
b.
Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit,
dilakukan pemeriksaan kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction
(fixed time). Lalu dilakukan perhitungan klirens kreatinin dengan rumus:
Kreatinin
klirens = U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x
f bila diuresis < 2 mL/menit
B
B
Dengan:
U = kadar kreatinin urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar kreatinin serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat
badan dan tinggi badan
hasil
juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.
c.
Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan
dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan
validasi hasil pemeriksaan.
d. Nilai Normal:
Kreatinin serum;
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang
lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4
mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih
tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang
akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin.
Kreatinin
klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk
orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.
e. Interference Factor:
Uji klirens kreatinin dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, kehamilan, massa otot atau berat badan, diet atau
asupan makanan, konsumsi obat dan proses pengumpulan urin 12 jam atau 24 jam.
Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, pengolahan
sampel dan kondisi sampel seperti: hemolysis, bilirubin dan lipemik yang dapat
menyebabkan false negative. Asam askorbat, glukosa, dan beberapa antibiotik
juga mempengaruhi hasil. Jika kadar kreatinin melebihi batas linearitas, maka
harus diencerkan.
3. Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang
diciptakan oleh metabolisme protein dan diekskresikan dalam urin. Urea
Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui glomeruli
itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular
filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi
kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh
diuresis. Tes urea ini memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam
aliran darah dan dua spesimen urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk
menentukan jumlah urea yang disaring, atau dibersihkan, oleh ginjal ke dalam
urin.
a.
Pra Anallitik
Kira-kira setengah jam sebelum
percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL sampai habis.
Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal pukul P dicatat
waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian diambil
darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita
mengosongkan kandung kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan
menit. Ukur tinggi dan berat badan. Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam
ditentukan volumenya.
b.
Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin
dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar ureum pada serum dan urin
dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu dilakukan
perhitungan urea clearance dengan rumus:
=
U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f
bila diuresis < 2 mL/menit
B
B
Dengan:
U = kadar ureum urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar ureum serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat
badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi
batas linearitas. Satuan urea clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih
lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila didapatkan diuresis 2 ml/menit atau
lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75 ml/menit yang dianggap
100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance dibandingkan
dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan
dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan
validasi hasil pemeriksaan.
d.
Nilai Normal:
Kadar ureum normal umunya adalah 10-
40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah 26-43 g/24 jam. Nilai normal
urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu sebenarnya
diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2.
Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan
koreksi atas berat badan dan tinggi badan.
e.
Interference Factor
Uji urea clearance dipengaruhi oleh
usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme protein, kebakaran, infark
miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan Selain itu
juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel.
Jika kadar ureum melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.
4. Tes Osmolalitas
Tes Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel
terlarut dalam urin, ini adalah pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis
untuk mengevaluasi kemampuan ginjal untuk berkonsentrasi atau encer urin.
Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin
sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika asupan cairan menurun,
ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih pekat.
a.
Pra Analitik
Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan
hal pertama di pagi hari, pada beberapa sampel waktunya, atau pada sampel
kumulatif yang dikumpulkan selama dua puluh empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet
tinggi protein selama beberapa hari sebelum tes dan diminta untuk tidak minum
cairan malam sebelum ujian.
b.
Analitik
Dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah
dikumpulkan dengan metode yang tepat.
c.
Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
5. Uji Protein Urin
Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah
dan kemudian menyerap kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya
sedikit jumlah protein, ke dalam urin. Kehadiran terus-menerus dari sejumlah
besar protein dalam urin, maka merupakan indikator penting dari penyakit
ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine rutin
) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24
- jam yang lebih tepat mengukur kuantitas protein.
a.
Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam.
Supernatan urin yang telah disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk
pemeriksaan protein secara manual.
b.
Analitik
Dilakukan pemeriksaan urin metode Bang.
c.
Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
d.
Nilai normal
Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam :
25 – 150 mg/24 jam.
e.
Interference Factor
Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan
globulin. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya
substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat
pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih
kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu
dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah
3)
6. Blood Urea Nitrogen
Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk
sampingan dari metabolisme protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati ,
kemudian disaring dari darah dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN
tes mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang
tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen urea
darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya
dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik
fungsi ginjal.
a.
Pra Analitik
Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu
dilakukan pengolahan sampel untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur
kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah
vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari
hemolisis. Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa.
Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan
sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium. Urea
stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8◦C, 2-3
bulan jika dibekukan.
b.
Analitik
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi
enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat
spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan
nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun
di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total.
Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea
dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
c.
Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan,
pencantuman nilai rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
d.
Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lansia : kadar sedikit lebih
tinggi daripada dewasa.
e.
Interference Factor:
Uji urea clearance dipengaruhi oleh
asupan protein, fungsi hati, katabolisme protein, kebakaran, infark miokard, asupan
makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan, dehidrasi, konsumsi
obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau
riwayat pasien, dan pengolahan sampel.
7. Inulin dan Cystatin C
Inulin
merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut,
sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik
pada dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya
dipakai dalam riset, karena klirens inulin sulit dilakukan dalam praktek
sehari-hari.
Prosedur
pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar
yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir
ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi
glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C
adalah protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh
semua sel berinti. Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik
dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu
molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak bergantung umur, jenis
kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih
baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi
glomerulus.
Hasil
tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut:
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ginjal
berperan penting sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh, pembuangan zat-zat
toksik dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. Fungsi ginjal akan menurun
seiring dengan makin tuanya usia seseorang dan juga karena adanya penyakit.
Kemunduran fungsi ginjal tersebut dapat bersifat akut maupun kronis. Kelainan
yang berat dapat diketahui dengan mudah tetapi kelainan yang ringan sukar
dideteksi. Kelainan dapat terjadi pada seluruh atau sebagian fungsi ginjal.
Karena itu pemeriksaan laboratorium
uji fungsi ginjal termasuk dalam uji penentu kesehatan seseorang dan juga
penting dalam membantu menegakan diagnosis, memantau pengobatan dan perjalanan
penyakit.
Tes
fungsi ginjal adalah istilah kolektif untuk berbagai tes individu yang bisa
dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal berfungsi. Tes ini digunakan
untuk skrining penyakit ginjal, monitoring kondisi kesehatan ginjal, membedakan
penyebab penyakit ginjal, dan menentukan tingkat disfungsi ginjal. Tes ini
berusaha untuk menentukan keadaan klinis disfungsi ginjal. Dalam melakukan tes
ini, fungsi renal yaitu: filtrasi, reabsorpsi atau ekskresi akan diuji. Adapun
Parameter pemeriksaan faal ginjal yaitu : Ureum, Creatinine, Asam urat, Clearance creatinine, GFR, eGFR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar