Minggu, 24 Januari 2016

Faal Jantung

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya hidrofobik: tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, dan fraksional kolesterol menjadi fraksi HDL dengan kalkulasi fraksi LDL kolesterol.
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80 % kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Bila kolesterol LDL (High Density Lipoprotein) jumlahnya berlebih,di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah, sedangkan kolesterol HDL, mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Selain itu ada Trigliserida yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak dan juga berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi.
(Siswono, 2006)

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini , yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan faal jantung ?
2.      Apa saja parameter pemeriksaan dari faal jantung ?
3.      Bagaimana cara pemeriksaan dari faal jantung tersebut ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini , yaitu :
1.      Agar mahasiswa mengerti mengenai faal jantung
2.      Agar mahasiswa mengetahui apa saja parameter pemeriksaan dari faal jantung
3.      Agar mahasiswa mengetahui prosedur pemeriksaannya


BAB II
PEMBAHASAN


A.                Profil Lipid
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya hidrofobik: tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Golongan-golongan yang secara biologis penting adalah lemak netral, lipid terkonjugasi, dan sterol. Lemak netral terdiri dari asam lemak (terutama oleat, linoleat, stearat, arakidonat, dan palmitat) dalam bentuk trigliserida (yaitu, tiga molekul asam lemak teresterifikasi menjadi satu molekul gliserol). Jaringan adipose memiliki simpanan trigliserida yang berfungsi sebagai gudang lemak yang segera dapat digunakan. Lipid terkonjugasi terbentuk dari pengikatan gugus fosfat atau gula ke molekul lemak. Fosfolipid dan glikolipid ini merupakan konstituen integral struktur dinding sel. Sterol juga berfungsi sebagai building blocksstructural di sel dan membrane serta sebagai konstituen hormone dan metabolit lain. Kolesterol adalah sterol yang sangat penting secara biologis.
Karena tidak larut dalam air, lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam darah. Asam lemak bebas hanya terdapat dalam jumlah kecil didalam darah dan umumnya berikatan secara longgar dengan albumin. Komponen-komponen lipid utama yang dijumpai dalam plasma adalah trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid. Ketiganya terdapat dan diangkut dalam darah sebagai lipoprotein, suatu kompleks makromolekul yang sangat besar dari lipid dan protein khusus (apolipoporotein) yang membantu pengemasan, kelarutan, dan metabolism lemak.
Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, dan fraksional kolesterol menjadi fraksi HDL dengan kalkulasi fraksi LDL kolesterol. Selain itu, laboratorium klinik sekarang memiliki kemampuan untuk mengukur apolipoprotein AI (apoAI) dan apolipopreotein B (apoB) dalam sampel serum. Asam lemak bebas (FFA), yang juga disebut asam lemak nonesterifikasi (NEFA) dan fosfolipid biasanya tidak diukur dalam serum kecuali pada kasus-kasus penyakit metabolic tertentu.
Pengukuran kolesterol total dahulu dilakukan dengan metode kimiawi kolorimetrik yang memperlihatkan adanya interferensi dari zat-zat lain. Saat ini sebagian besar metode kimiawi kolorimetrik yang memperlihatkan adanya interferensi dari zat-zat lain. Saat ini sebagian besar metode kolesterol menggunakan enzim kolesterol oksidase dan bersifat jauh lebih spesifik. Masalah teknis utama dalam memastikan standardisasi antara berbagai pengukuran kolesterol adalah ketidaklarutan relative kolesterol, yang membatasi ketersediaan zat ini untuk reagen-reagen enzimatik selama periode analisis. Saat ini terdapat penekanan untuk menciptakan standar kolesterol nasional yang disepakati oleh semua laboratorium.
Trigliserida diukur melalui pengeluaran asam-asam lemak secara hidrolitis diikuti oleh kuantifikasi gliserol yang dibebaskan. Karena trigliserida dapat mengandung berbagai asam lemak dalam campuran yang sulit diperkirakan (mungkin bergantng pada makanan), penentuan trigliserida harus distandardisasi terhadap terhadap suatu bahan tertentu yang mungkin berbeda komposisi rata-ratanya dari sampel yang sedang dianalisis. Karena itu, perbandingan didasarkan pada kandungan gliserol.
Fraksional kolesterol semula didasarkan pada pemisahan secara ultrasentrifugasi berbagai lipoprotein sesuai densitas masing-masing. Lemak murni memiliki densitas yang lebih rendah daripada air; densitas lemak lebih rendah daripada protein; dan densitas trigliserida lebih rendah daripada fosfolipid dan kolesterol. Lipoprotein yang densitasnya paling rendah adalah lipoprotein dengan kandungan trigliserida yang tertinggi. Kilomikron adalah lipoprotein sengan kandungan trigliserida yang sangat tinggi dan berat jenis lebih rendah daripada plasma. Kilomikron akan mengapung di bagian paling atas pada plasma di bawah kondisi yang memungkinkan pemisahan lemak dari air (missal, pendinginan semalam). Golongan lipoprotein paling padat berikutnya adalah VLDL, diikuti oleh LDL dan HDL. Komposisi kategori-kategori lipoprotein utama disajikan dalam table dibawah :

Trigliserida (%)
Kolesterol (%)
Fosfolipid (%)
Protein (%)
Mobilitas Elektroforetik
Kilomikron
85-95
3-5
5-10
1-2
Tetap ditempat
Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL)
60-70
10-15
10-15
10
Lipoprotein-α
Lipoprotein-pre-β
Lipoprotein densitas rendah (LDL)
5-10
45
20-30
15-25
Lipoprotein-β
Lipoprotein densitas tinggi (HDL)
Sangat sedikit
20
30
60
Lipoprotein-α1

Penampakan serum setelah pendinginan selama 12 sampai 16 jam memberikan informasi cepat dan bermanfaat mengenai kandungan kilomikron dan VLDL serum dengan trigliserida berlebihan. Hal ini ini terlihat di gambar dibawah. Serum hiperlipemik yang baru dipisahkan tampak seperti susu atau opalesen. Pada serum yang didinginkan, kilomikron yang berlebihan akan mengapung di bagian atas, dan tampak seperti suatu lapisan krim. Kekeruhan merata pada serum yang didinginkan mengisyaratkan peningkatan kandungan VLDL. Dapat dijumpai beberapa pola yang berbeda; kekeruhan uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang signifikan; “krim” diatas suatu specimen yang keruh berarti peningkatan kilomikron dan VLDL; dan “krim” di atas specimen yang jernih berarti kilomikronemia tanpa kelebihan VLDL.
Karena ultrasentrifugasi bukan merupakan cara praktis untuk pemakaian laboratorium klinik, diciptakan teknik-teknik alternative untuk memeriksa fraksionasi kolesterol. Salah satu dari teknik tersebut adalah elektroforesis, yang melakukan pemisahan sebagai berikut: kilomikron di tempat, LDL sebagai beta, VLDL sebagai prabeta, dan HDL sebagai alfa. (Sacher, dan Richard, 2004)
Pemeriksaan kolesterol, ada 4 jenis kolesterol yang sering diperiksa, yakni kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida. Tes kolesterol darah tidak dilakukan untuk mendiagnosis atau memantau penyakit. Kadar kolesterol tinggi biasanya bukan pertanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu, tetapi mengindikasikan bahwa sesorang berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit-penyakit kardiovaskuler. Tingkat kolesterol yang tinggi berkaitan dengan risiko aterosklerosis, yang berisiko menyebabkan penyempitan atau penyumbatan arteri di seluruh tubuh, sehingga memicu penyakit jantung, stroke dan penyakit arteri perifer. Tes kolesterol adalah bagian dari upaya untuk mencegah masalah-masalah tersebut, karena dengan mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh kita, memberikan sebuah new pressure untuk memperbaiki life style dan modifikasi lainnya.
            Kolesterol diperoleh dari makanan dan disintesis di dalam sebagian besar sel tubub. Kolesterol adalah komponen membran sel dan precursor hormon steroid serta garam-garam empedu yang digunakan untuk menyerap lemak. Konsentrasi kolesterol dalam darah yang tinggi, terutama koleterol dalam partikel lipoprotein yang disebut lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein, LDL), berperan menyebabkan terbentuknya plak aterosklerotik. Plak-plak ini (endapan lemak pada dinding arteri) dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke. Kadar lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cenderung meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah dan berperan menyebabkan terbentuknya aterosklerosis. (Marks, 2000)
Identifikasi kolesterol dapat dilakukan menurut cara Salkowski dan cara Liebermann-Burchard. Pada cara Salkowski, larutan kolesterol dalam kloroform digojok dengan asam sulfat bervolume sama. Setelah lapisan kloroform yang berwarna kemerah-merahan memisah, lapisan asam sulfat menunjukkan fluoresensi hijau.
Pada cara Liebermann-Burchard, sedikit kolesterol dalam 2 mL kloroform ditambah 10 tetes anhidrida asam asetat dan 2 tetes asam sulfat pekat. Warna merah mawar yang terbentuk segera berubah menjadi biru dan kemudian hijau. Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada jumlah kolesterol yang diperiksa. Berdasarkan fakta ini, cara Liebermann-Burchard dapat dipakai untuk penentuan kadar kolesterol secara kuantitatif.
Sifat-sifat kimia kolesterol berkaitan dengan gugus hidroksil yang terikat pada atom C 3 (atom karbon sekunder) dan ikatan rangkap antara atom C 5 dan C 6.
Oksidasi kolesterol dalam kondisi yang pantas akan membentuk kolestenon. Reaksi dengan asam-asam lemak akan membentuk ester. Ester-ester semacam ini, banyak terdapat dalam darah dan jaringan.
Hidrogenasi dapat menghilangkan ikatan rangkap antara atom C 5 – C 6 sehingga membentuk dihidrokolesterol. Selain itu, ikatan rangkap dapat menangkap halogen, misalnya iodium, sehingga membentuk diiodokolesterol. Selain bersifat amfipatik, larutan kolesterol dapat diendapkan dengan larutan digitonin.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa akumulasi kolesterol dalam pembuluh darah akan bereaksi dengan lemak dan protein membentuk zat baru bermolekul besar. Zat baru ini sukar keluar dari pembuluh darah dan melekat pada dinding kapiler darah. Akibatnya, pembuluh darah tidak elastic lagi. Keadaan ini disebut aterosklerosis. (Sumardjo, 2008)
Makanan yang kita makan setiap harinya dapat memengaruhi profil lipid darah. Profil lipid yang baik ditunjukkan dengan kadar trigliserida yang rendah, serta HDL yang tinggi. Meningkatnya kadar kolesterol darah akan memperburuk profil lipid darah seseorang dan dapat meningkatkan faktor risiko munculnya penyakit jantung. Individu yang banyak mengonsumsi gandum utuh, buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian seperti yang dilakukan oleh vegetarian akan memiliki kemungkinan profil lipid darah yang lebih baik.
Asam lemak jenuh dalam diet seorang vegetarian juga cenderung lebih rendah. Sangatlah penting untuk membatasi asupan lemak jenuh. Sebab semkin banyak mengonsumsi lemak jenuh, maka kadar kolesterol dalam darah praktis akan meningkat.
Buah dan sayuran (terutama sayuran berdaun hijau) menyimpan banyak vitamin dan mineral seperti asam folat, magnesium, dan cooper. Asam folat mampu menurunkan kadar homosistein dalam darah. Homosistein adalah sejenis asam amino yang diproduksi tubuh. Menjaga kadar homosistein dalam darah tetap rendah adalah hal yang penting karena kadar homosistein yang tinggi dapat meningkatkan risiko sesorang menderita penyakit jantung. Sementara, mineral seperti cooper/tembaga dan magnesium yang banyak terdapat dalam bahan makanan nabati dapat mencegah penyakit kardiovaskuler. Kedua mineral tersebut banyak terutama pada makanan nabati yang utuh dan tidak diproses (misalnya roti gandum utuh atau whole-grain bread). (Muhammad dan Prima, 2010) .

B.     JENIS PEMERIKSAAN
1.      Pemeriksaan Kadar Kolesterol dalam Darah
            Pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah mutlak dilakukan, terutama bagi penggemar makanan siap saji, memiliki berat badan berlebih, dan merupakan seorang perokok. Dalam pemeriksaan kolesterol, ada 4 jenis kolesterol yang sering diperiksa, yakni kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.

a)      Kolesterol total dan HDL
HDL merupakan jenis kolesterol yang berfungsi membawa seluruh kolesterol ke ‘pabrik’ pengolahan yakni hati. HDL juga berfungsi membawa kolesterol yang telah diolah untuk didistribusikan ke otak, jantung, dan seluruh organ tubuh yang lain. Oleh karena itu, HDL dikatakan sebagai ‘kolesterol baik’. Jika mengonsumsi daging kambing atau telur (mengandung kolesterol tinggi) maka setelah makanan itu tiba di usus dan diserao oleh pembuluh darah, HDL akan bertugas mengikat zat-zat makanan tersebut ke hati untuk diolah. Jika kadar HDL rendah maka akan banyak kolesterol yang menempel pada pembuluh darah. Kejadian ini adalah cikal bakal terjadinya tekanan darah tinggi karena banyak penyumbatan pada pembuluh darah.

Total kolesterol menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Jika kadar total kolesterol melebihi 240 mg/dL (6,21 mmol/L), pasien harus waspada terhadap resiko penyakit jantung.
Dalam melihat hasil pemeriksaan kolesterol, nilai dari masing-masing jenis kolesterol perlu diperhatikan karena kadar kolesterol yang tinggi tidak otomatis menandakan adanya bahaya kolesterol karena bisa saja yang tinggi adalah HDL kolesterol (kolesterol baik) yang justru bermanfaat bagi kesehatan.
Kadar HDL  menunjukkan seberapa besar kolesterol baik yang terdapat dalam darah karena HDL berperan dalam tubuh untuk membawa kolesterol dalam darah menuju hati untuk diproses lebih lanjut guna menghindari terjadinya penumpukan kolesterol pada saluran darah.
Kolesterol HDL
.< 40 mg/dL (1,04 mmol/L)
Rendah
>60 mg/dL (1,56 mmol/L)
Tinggi

Semakin tinggi kadar HDL dalam darah maka akan semakin baik. Jika sebaliknya, maka patut diwaspadai adanya resiko penyakit jantung.
b)     Kolesterol LDL
LDL merupakan kolesterol yang dapat menyebabkan terjadinya penimbunan plak di dalam saluran pembuluh darah. LDL mempunyai tugas yang berlawanan dengan HDL. Jika kadar LDL meninggi maka diperkirakan banyak kolesterol yang berasal dari makanan yang tidak terangkut ke hati. Hal ini disebabkan ulah LDL yang menahan kolesterol.

Kadar LDL menunjukkan berapa banyak kolesterol yang kurang baik yang terdapat dalam darah. Bila jumlahnya ditemukan berlebih dalam darah, maka akan menumpuk pada saluran pembuluh darah dan dapat membahayakan tubuh.
Kolesterol LDL
<100 mg/dL (2,6 mmol/L)
Optimal
100-129 mg/dL (2,6-3,34 mmol/L)
Mendekati optimal
130-159 mg/dL (3,34-4,13 mmol/L)
Batas normal tertinggi
160-189 mg/dL (4,14-4,90 mmol/L)
Tinggi
> 190 mg/dL (4,91 mmol/L)
Sangat tinggi

Semakin tinggi kadar kolesterol LDL dalam tubuh seseorang maka akan semakin tinggi pula resiko yang dimiliki seseorang terkena penyakit jantung. Bila seseorang memiliki penyakit jantung dan kolesterol, sebaiknya kolesterol LDL selalu dijaga dalam batas 100 mg/dL.
c)      Kolesterol trigliserida
Ini adalah kolesterol yang mengikat trigliserida. Kadarnya yang tinggi menunjukkan banyak kolesterol jenis trigliserida didalam darah.
Ketiga kolesterol ini sering dinyatakan sebagai Kolesterol Total. Jika mempunyai penyakit hipertensi dan kencing manis, aabila disetai dengan kenaikan salah satu atau keseluruhan kolesterol maka akan beresiko untuk terjadinya penyumbatan di dalam pembuluh darah. Penyakit yang akan timbul jika terjadi sumbatan akibat kenaikan kolesterol adalah stroke. (Bastiansyah, 2008)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kolesterol pada usia remaja sering kali dapat dipakai untuk meramalkan (prediktor) tingkat kolesterol pada waktu dewasa. Hal ini tidaklah mengejutkan, bila dibandingkan dengan kasus seperti kegemukan dan lain-lain. Kegemukan dan lain-lain. Kegemukan yang terjadi pada anak yang masih kecil merupakan pertanda bahwa dia akan menjadi gemuk pada usia dewasa nanti. Kebiasaan merokok biasanya dimulai pada waktu sekolah menengah. Kebiasaan hidup seperti ini memberi pengaruh yang jelek pada profil lemak, diantaranya konsentrasi tinggi akan total kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL yang rendah.
Bila pola hidup yang salah tersebut dikombinasikan dengan faktor-faktor genetik yang bisa menyebabkan persoalan kolesterol, maka proses terbentuknya atherosclerosissepertinya dipercepat dan meningkatkan terjadinya kardiovaskuler pada usia dewasa. Dengan mengetahui bahwa banyak dari sebab-sebab penyakit pada masa dewasa dapat dideteksi pada usia anak-anak atau remaja, sehingga dapat memperbaikinya dengan memilih diit dan nutrisi yang paling baik untuk anak-anak.
Makanan yang kita makan setiap harinya dapat mempengaruhi profil lipid darah kita. Profil lipid yang baik ditunjukkan dengan kadar trigliserida yang rendah, kolesterol yang rendah, LDL yang rendah, serta HDL yang tinggi. Meningkatnya kadar kolesterol darah akan memperburuk profil lipid seseorang dan dapat meningkatkan faktor resiko munculnya penyakit jantung. Individu yang banyak mengkonsumsi gandum utuh, buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-biji seperti yang dilakukan oleh seorang vegetarian akan memiliki kemungkinan profil lipid darah yang lebih baik. (Muhammad dan Prima, 2010)

Kadar trigliserida dalam darah juga dapat menggambarkan resiko seseorang terhadap penyakit jantung.
Trigliserida
< 150 mg/dL (1,69 mmol/L)
Normal
150-199 mg/dL (1,69-2,25 mmol/L)
Batas normal tertinggi
200-499 mg/dL (2,26-2,65 mmol/L)
Tinggi
>500 mg/dL (5,64 mmol/L)
Sangat tinggi

Meskipun kadar kolesterol berlebih tidak baik bagi kesehatan, kadar kolesterol yang rendah ternyata tidak selalu berarti baik bagi tubuh. Kadar kolesterol yang rendah dapat menjadi salah satu petunjuk adanya kelainan dalam tubuh seperti adanya gangguan kekurangan energi yang berat, radang hati, infeksi hati, gangguan fungsi ginjal.
d.) Kreatin kinase (CK)
Kreatin kinase (CK) atau juga dikenal dengan nama kreatin fosfokinase (CPK) merupakan enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka, dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak.
CK adalah suatu molekul dimerik yang terdiri dari sepasang monomer berbeda yang disebut M (berkaitan dengan otot), dan B (berkaitan dengan otak), sehingga terdapat tiga isoenzim yang dapat terbentuk : CK1 (BB), CK2 (MB), dan CK3 (MM). Isoenaim-isoenzim tersebut dibedakan dengan proses elektroforesis, kromatografi pertukaran ion, dan presipitasi imunokimia.
Distribusi isoenzim CK relatif spesifik jaringan. Sumber jaringan utama CK adalah otak dan otot polos (BB), otot jantung (MB dan MM), dan otot rangka (MM; otot rangka normal juga memiliki sejumlah kecul MB,kurang dari 1%). Pemakaian utama CK untuk kepentingan klinis adalah untuk mendeteksi infark miokardium akut (MCI). Distribusi CK dalam miokardium adalah sekitar 80% MM dan 20 % MB, sedangkan isoenzim di otot rangka hampir seluruhnya adalah MM. Dengan demikian kemunculan mendadak CK-MB dalam serum mengisyaratkan asal dari miokardium, terutama pada situasi klinis yang pasiennya mengalami nyeri dada dan perubahan elektrokardiogram. CK dan CK-MB serum meningkat dalam 4 – 6 jam setelah MCI akut, mencapai puncaknya dalam 18 – 24 jam (> 6 kali kadar normalnya) dan kembali normal dalam 3 – 4 hari, kecuali jika terjadi perluasan infark atau reinfark.
Sensitivitas CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifisitas agak rendah. Peningkatan CK-MB isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung. CK-MB juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary obstructive myocardial necrosis, seperti peradangan, trauma, degenerasi. Untuk meningkatkan ketelitian penentuan diagnosis MCI dapat digunakan rasio antara CK-MB dengan CK total. Apabila kadar CK-MB dalm serum melebihi 6 – 10 % dari CK total, dan tes-tes tersebut diperiksa selama 36 jam pertama setelah onset penyakit, maka diagnosis MCI dapat dianggap hampir pasti.                    

Spesimen
Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma heparin dari darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan injeksi intra muscular (IM). Sampel serum atau plasma harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah pencemaran oleh adenilat kinase) dan disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa. Serum atau plasma dapat digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu kamar selama beberap jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera dilakukan untuk menghasilkan informasi yang signifikan secara klinis.

Nilai Rujukan

DEWASA
Pria : 5 – 35 µg/ml, 30 – 180 IU/l, 55 – 170 U/l pada suhu 37oC (satuan SI)
Wanita : 5 – 25 µg/ml, 25 – 150 IU/l, 30 – 135 U/l pada suhu 37oC (satuan SI)

ANAK
Neonatus : 65 – 580 IU/l pada suhu 30oC,
Anak laki-laki : 0 – 70 IU/l pada suhu 30oC,
Anak perempuan : 0 – 50 IU/l pada suhu 30oC

Catatan : nilai rujukan tergantung metode yang digunakan, konsultasikan dengan laboratorium yang bersangkutan.
Masalah Klinis
Keadaan yang mempengaruhi peningkatan kadar kreatin kinase :

- PENINGKATAN BESAR (Lebih dari 5 kali Normal) : Distrofi otot Duchenne, polimiositis, dermatomiositis, infark miokardium akut (MCI akut)

- PENINGKATAN RINGAN – SEDANG (2-4 kali Normal) : Infark miokardium akut (MCI akut), cedera iskemik berat; olah raga berat, taruma, cedera serebrovaskuler (CVA), tindakan bedah; delirium tremens, miopatik alkoholik; infark paru; edema paru (beberapa pasien); hipotiroidisme; psikosis agitatif akut. Pengaruh obat : Injeksi IM, deksametason (Decadron), furosemid (lasix), aspirin (dosis tinggi), ampisilin, karbenisilin, klofibrat.

CK isoenzim :
  • CK-MM : Distrofi muskular, delirium tremens, cedera/trauma remuk, status bedah dan pasca bedah, aktifitas berat, injeksi IM, hipokalemia, hemofilia, hipotiroidisme.
  • CK-MB : MCI akut, angina pektoris berat, bedah jantung, iskemia jantung, miokarditis, hipokalemia, defibrilasi jantung.
  • CK-BB : CVA, perdarahan subaraknoid, kanker pada otak, cedera otak akut, sindrom Reye, embolisme dan infark paru, kejang.

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Injeksi IM dapat menyebabkan peningkatan kadar CK/CPK total.
- Hemolisis pada sampel
- Aktifitas berat dapat menyebabkan peningkatan kadar.
- Trauma dan tindakan bedah dapat meningkatkan kadar.

C . Prosedur Pemeriksaan
Alat dan Bahan


1.    Alat
a)         Centrifuge
b)         Tabung reaksi
c)         Rak tabung reaksi
d)        Mikropipet 10 µL
e)         Mikropipet 1000 µL
f)          Fotometer
g)         Spuit injeksi
h)         Inkubator

2.    Bahan
a)    Plasma darah 10 µL
     Reagen warna kolesterol 1mL
b)   Plasma darah 500 µL
     Reagen HDL 1 mL
     Reagen kolesterol 1 mL
c)    Plasma darah 10 µL
     Reagen trigliserida 1 mL

Cara Kerja
a.    Penentuan kadar kolesterol darah
·        Pipet plasma sebanyak 10 µl ( 0,01 ml) masukkan ke tabung reaksi

·        Tambahkan dengan memipet 1000 µl ( 1 ml ) reagen warna kolesterol

·        Inkubasi 10 menit dengan temperatur 37 0C

·        Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm, f = 840

Nilai normal : < 132 mg/dL           = rendah
                              132 – 200 mg/dL            = normal
                              >200 mg/dL       = tinggi

b.    Pemeriksaan HDL dan LDL darah
·        Pipet 0,5 ml plasma darah dan masukkan ke dalam tabung reaksi

·        Tambahkan 1 ml reagen HDL

·        Centrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm

·        Supernatan ( hasil reaktan yang disentrifuge ) dipipet sebanyak 10 µl masukkan dalam tabung reaksi lain

·        Tambahkan 1 ml reagen kolesterol

·        Inkubasi selama 5 menit dengan suhu 37 0C

·        Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan f = 840

LDL dapat dihitung dengan formula Friedwald, dengan syarat bahwa kadar trigliserida serum tidak lebih dari 400 mg/dL

Formula Friedwald :

LDL = Kolesterol Total – Trigliserida – HDL
          5

   Nilai normal kadar kolesterol HDL :
 < 40 mg/dL ( 1,04 mmol/L )                    = rendah
             40 – 60 mg/dL                                 = normal
            >60 mg/dL ( 1,56 mmol/L)           = tinggi
        LDL = kolesterol – HDL
   Nilai normal kadar kolesterol LDL:
< 100 mg/dL                   = optimal
100 – 129 mg/dL             = mendekati optimal
130 – 159 mg/dL             = batas normal tertinggi
160 – 189 mg/dl              = tinggi
>190 mg/dl                      = sangat tinggi         
c.    Pemeriksaan trigliserida darah
·        Pipet plasma sebanyak 10 µl ( 0,01 ml ) masukkan ke tabung reaksi

·        Tambahkan dengan memipet reagen warna trigliserida 1000 µl ( 1 ml )

·        Inkubasi 10 menit dengan temperatur 37 0C
·        Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan f = 1040
   Nilai kadar normal :     < 150 mg/dL                        = normal
150 – 199 mg/dL      = batas normal tinggi
200 – 499 mg/dL      = tinggi
>500 mg/dL             = sangat tinggi

      
d. CKMB
Metoda        :  Kinetik optimasi
Prinsip          :  CK-MB terdiri dari 2 sub unit CK–M dan CK–B, dimana sub unit CK–M dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya aktivitas sub unit CK-B yang setara dengan setengah aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan cara  kinetik enzimatik. Creatin phosphat dan ADP dengan adanaya enzim creatin kinase akan berubah menjadi creatin dan ATP, dimana ATP ini bersama glukosa oleh enzim heksokinase diubah menjadi glukosa-6-phosphat dan ADP. Glukosa-6-phosphat bersama NADP oleh enzim G-6-P-DH akan diubah menjadi gluconat-6-phosphat dan NADPH. Aktivitas CK-B sebanding dengan perubahan NADP. Hasil yang terukur kemudian dikonversikan dengan CKMB.
Cara Kerja       :

Blanko
Standar
Sampel
Aquadest
100 uL
-
-
Standar
-
100 uL
-
Serum
-
-
100 uL
Pereaksi
1000 uL
1000 uL
1000 uL

Campur sampai homogen dan inkubasi selama 30 detik, baca Absorban, standar dan sampel (A1)
terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm. Tepat 2 menit kemudian baca kembali absorban standar dan sampel (A2)
Nilai Normal :  <  24 U/L

D . FAKTOR dan PENYAKIT YANG TIMBUL
1.      Ateriosklerosis dan Aterosklerosis
Ateriosklerosis adalah penyakit arteri yang paling umum. Kondisi ini merupakan proses yang sama dimana serat-serat otot dan lapisan endothelial dari dinding arteri yang kecil serta arteriole menjadi meneba. Meskipun proses patologi dari ateriosklerosis dan aterosklerosis berbeda, sangat jarang terjadi satu kondisi tanpa terjadi kondisi lainnya. Istilahnya digunakan silih berganti. Aterosklerosis terutama mengenai arteri yang besar diseluruh percabangan arteri dalam berbagai tingkatan. Lesi besar, ateroma, adalah setempat dari bercak lemak dalam fibrosa yang melapisi lumen pembuluh yang tersumbat secara perlahan. Bercak ini terutama ditemukan pada aorta abdominalis, koroner, popliteal, dan arteri karotis internal.
  Faktor-Faktor Risiko
Tidak ada faktor risiko tunggal sebagai penunjang utama; makin banyak jumlah faktor risiko, makin besar kemungkinan berkembangnya penyakit.
1.      Diit tinggi lemak sangat besar pengaruhnya
2.      Hipertensi
3.      Diabetes
4.      Merokok adalah salah satu faktor risiko yang paling besar
5.      Obesitas, stress, dan kurang olahraga
  Manifestasi Klinis
            Tergantung pada jaringan atau organ yang terkena, missal : jantung, otak, pembuluh perifer.
  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tradisional dan ateriosklerosis tergantung pada modifikasi faktor risiko, pemberian obat, dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan penyakit yang diakibatkan. Beberapa teknik radiologi telah menunjukkan pentingnya hubungan terapeutik dengan prosedur pembedahan, seperti angioplasti dan aterektomi rotasional.
Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik ditemukan pada 80% populasi diatas usia 65tahun, dan merupakan kondisi yang paling umum dari sistem arterial pada lansia.

2.      Aterosklerosis Koronar
            Aterosklerosis koronaria (suatu bentuk ateriosklerosis) ditandai dengan penumpukan substansi lemak dan jaringan fibrosa abnormal pada dinding pembuluh. Penumpukan ini mengarah pada perubahan dalam struktur dan fungsi, dan penurunan aliran darah ke miokardium. Penyebab kemungkinana termasuk perubahan adalam metabolism lemak, koagulasi darah, dan sifat biofisik dan biokimia dinding arteri. Aterosklerosis merupakan penyakit yang bersifat progesif. Sifat progresif tersebut dapat memulih dan pada beberapa kasus dapat memburuk.
  Manifestasi Klinis
Diakibatkan oleh penyempitan lumen arteri dan obstruksi darak ke miokardium.
1.      Nyeri dada
2.      Angina pektoris
3.      Infark miokardium
4.      Perubahan gambaran EKG, aneurisme ventricular
5.      Disritmia, kematian mendadak
  Faktor-Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
1.      Perokok kretek
2.      Tekanan darah tinggi
3.      Kolesterol darah tinggi (hiperlipidemia)
4.      Hiperglikemia (diabetes mellitus)
5.      Obesitas
6.      Ketidakaktifan fisik
7.      Penggunaan kontrasepsi oral
8.      Pola perilaku (stress, keagresifan, bermusuhan)
9.      Geografi: insiden lebih tinggi pada region industrialisasi
  Faktor-Faktor Risiko yang Tidak Dapat dimodifikasi
1.      Riwayat keluarga positif
2.      Peningkatan usia
3.      Jenis kelamin : terjadi tiga kali lebih sering pada pria ketimbang wanita
4.      Ras (suku bangsa): insiden lebih tinggi pada orang kulit hitam ketimbang kulit putih
  Pertimbangan Gerontologi
Proses penuaan menyebabkan perubahan dalam integritas lapisan dinding arteri (ateriosklerosis), mengganggu aliran darah, dan nutrisi jaringan. Perubahan ini seringkali sudah mencukupi untuk mengurangi oksigenasi dan meningkatkan konsumsi oksigen (MVO2) miokardium. Akibatnya dapat mencetuskan angina pectoris dan akhirnya terjadi gagal jantung kongestif. (Baughman dan JoAnn, 2000)

Dari hasil penelitian telah diketahui kaitan yang erat antara komponen dalam makanan, yakni kolesterol, lemak, asam lemak, karbohidrat, dan protein dengan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Komponen lipida, terutama kolesterol dan trigliserida, mendapat perhatian yang paling banyak.
Kolesterol adalah lipida structural (pembentukan struktur sel) yang tidak diperlukan di dalam diet karena banyak disintesis di dalam tubuh. Lipida ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol digunakan oleh banyak organism sebagai unsure structural dalam menbran dan sebagai bahan baku untuk menyintesis garam empedu dan hormon-hormon steroida seperti aldosteron, estrogen, testosterone, dan vitamin D. Karena ada kaitan yang erat antara kolesterol darah dengan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner, ada tanggapan bahwa kolesterol adalah zat yang harus dihindari atau berbahaya. Padahal, tanpa kolesterol manusia akan mati.
Tumbuhan tidak mengandung kolesterol, tetapi menyintesis senyawa yang mirip kolesterol, seperti sitosterol, ergosterol, dan digitalis. Sejumlah kecil kolesterol diperoleh dari makanan. Kolesterol dalam diet diserap dengan baik (60-80%), tetapi sterol nabati hanya sedikit diserap (<5%).
Kadar kolesterol dalam darah tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan jumlah kolesterol dalam diet. Pada keadaan normal, kadar kolesterol dalam darah sekitar 200 mg per 100mL. diet dengan kadar kolesterol yang lebih rendah dari normal tidak akan memengaruhi jumlah kolesterol dalam darah, mengingat tubuh dapat menyintesisi kolesterol. Bahkan, tidak adanya kolesterol dalam makanan akan merangsang biosintesis di dalam tubuh. Sebaliknya, jumlah kolesterol yang tinggi dalam makanan mungkin tidak akan meningkatkan absorpsinya (jumlah maksimum dapat diserap adalah 1g/hari). Tambahan lagi, kandungan kolesterol yang tinggi dalam diet akan menghambat aktivitas enzim hydroxymethylglutaryl CoA reductase (HMG-CoA reductase) untuk menyintesis kolesterol dalam hati dan usus.
Pada keadaan normal, jumlah kolesterol yang terikat dalam LDL 2-3 kali lipat kolesterol yang terikat dalam bentuk HDL. Maka, kadar LDL dalam darah menjadi focus perhatian dan merupakan indikator yang lebih baik bagi risiko penyakit jantung koroner dibandingkan dengan kadar kolesterol dalam darah. Kadar normal LDL dalam darah sekitar 120mg/100 mL serum. (Silalahi, 2006)

Terdapat beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali menyebabkan kerusakan sel endotel, yang kemudian mencetuskan rangkaian proses kerusakan sel endotel. Dapat dikatakan bahwa beberapa proses pencetus yang terlibat berbeda-beda pada masing-masing individu.
1.      Kolesterol serum tinggi
2.      Tekanan darah tinggi
3.      Infeksi
4.      Kadar besi darah tinggi
5.      Kadar homosistein darah
Aterosklerosis terjadi akibat disfungsi sel endotel yang melapisi arteri. Aterosklerosis mengakibatkan reaksi inflamasi dan pada banyak kasus, menghasilkan radikal bebas. Kerusakan dapat terjadi akibat cedera fisik, seperti hipertensi, atau cedera kimia, seperti peningkatan LDL, pajanan logam berat, atau pajanan kimia. (Corwin, 2009)

3.      Dislipidemia dan Aterosklerosis
  Definisi
     Dislipidemia meliputi perubahan-perubahan dalam profil lipid yang berhubungan dengan peningkatan resiko aterosklerosis:
Diharapkan
Resiko batas
Resiko tinggi
Kolesterol Total (mg/dL)
<200
200-239
≥240
Kolesterol LDL (mg/dL)
<130
130-159
≥160
Kolesterol HDL (mg/dL)
≥50
39-49
35
Rasio LDL/HDL
>1,3
Trigliserida (TG, mg/dL)
>250 (puasa) dianggap sebagai resiko kemungkinan
              Aterosklerosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan pengerasan dinding arteri. Lesi mengandung deposit lipid dan mengalami klasifikasi, mengakibatkan obstruksi pembuluh darah, agregasi trombosit, dan vasokontriksi abnormal.
  Epidemiologi
         Hiperlipidemia
- Perkiraan seluruh insident dislipidemia di Amerika Serikat berkisar dari 38% sampai 50%.
- Dislipidemia relatif dengan perubahan dalam dinding vaskular biasa terjadi pada anak-anak di Amerika Serikat.
- 1/500 orang menderita hiperkolesterolemia familial yang diketahui heterozigotik maupun homozigotik.
- Terdapat insidensi tinggi dislipidemia pada penderita diabetes, hipertensi, dan pada orang Amerika keturunan Afrika.
- Penyebab dislipidemia meliputi:
1.      Hiperkolesterolemia biasa (poligenik)
2.      Hiperkolesterolemia familial
3.      Diet tinggi lemak jenuh dan/atau kolesterol
4.      Diabetes
5.      Gagal ginjal
6.      Obat-obatan
7.      Merokok
8.      Hipotiroidisme
   Pencegahan
- Semakin banyak bukti bahwa aterosklerosis dimulai sejak masa kanak-kanak. Kebiasaan diet yang baik dan olahraga serta pengontrolan berat badan harus dimulai sejak dini dan dilanjutkan seumur hidup.
- Berhenti merokok dan berolahraga berhubungan dengan peningkatan HDL.
- Pencarian agresif dan penatalaksanaan faktor resiko seperti dislipidemia familial, obesitas, hipertensi, dan diabetes sangat penting.
- Keputusan untuk melaksanakan terapi diet atau dalam kombinasi dengan terapi farmakologis didasarkan pada kadar dislipidemia dan ada atau tidaknya faktor resiko lain. (Valentina L. Brashers., 2003)

4.      Hiperkolesterolemia
Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia penelitian MONICA I (1988) sebesar 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat pedesaan, mencapai 200-248 mg/dL atau mencapai 10,9 persen dari total populasi pada tahun 2004,. Penderita pada generasi muda, yakni usia 25-34 tahun, mencapai 9,3 persen. Wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 persen, atau hampir dua kali lipat kelompok laki-laki.
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. (perkeni 2004). Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL di dalam darah. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di atas nilai normal serta penurunan kolesterol HDL.

Klasifikasi dislipidemia menurut WHO
Fredrickson
Klasifikasi dislipidemia
Peningkatan lipoprotein
I
Kilomikron
IIa
Hiperkolesterolemia
LDL
IIb
Dislipidemia kombinasi
LDL + VLDL
III
Dislipidemia remnant
VLDL remnant + kilomikron
IV
Dislipidemia endogen
VLDL
V
Dislipidemia campuran
VLDL + kilomikron
Keterangan LDL = Low Density Lipoprotein
VLDL = Very Low Density Lipoprotein(Trigliserida)
  Penyebab Hiperkolesterolemia
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan hiperkoleterolemia poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari penyakit lain seperti diabetes mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan diet lemak jenuh (saturated fat), kegemukan dan kurang olahraga.
  Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak disertai dengan xantoma.
  Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada reseptor LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai 1000 mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat infark miokard.
  Kebiasaan Diet lemak Jenuh, Kurang olahraga dan Kegemukan
Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak teroksidasi dan disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk ke dalam sel kemudian dimetabolime di hepar untuk menjadi asam empedu dan diekskresikan keluar. Pada proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh makrofag dan kemudian menjadi sel busa dan menumpuk di dalam tubuh, tidak diekskresi dan apabila menumpuk didalam pembuluh darah menimbulkan plak aterome dan lama-kelamaan menjadi aterosklerosis.
Penelitian pada binatang yang ditingkatkan kadar serumnya menunjukkan LDL memicu atrogenesis. Ada bentuk kelainan gen pada manusia yang menyebabkan peningkatan LDL secara berat yang menimbulkan penyakit kardiovaskuler pada usia muda. LDL menimbulkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri. LDL juga menyebabkan rangsangan inflamasi dani inflamasi pada lesi aterogenik. Peningkatan LDL berhubungan dengan semua tingkatan aterogenik yaitu disfungsi endotel, pembentukan dan pertumbuhan plak, ketidakstabilan plak dan thrombosis.Peningkatan LDL plasma menyebabkan retensi partikel LDL pada dinding arteri meningkat, oksidasi LDL dan pengeluaran zat-zat mediator inflamasi. Terapi terhadap peningkatan LDL menunjukkan fungsi endotel koroner menjadi normal.
            Proses terjadinya aterosklerosis. Dimulai dari cedera pada endotel pembuluh darah oleh karena faktor hipertensi, merokok, makan makanan yang mengandung banyak lemak, oksidasi LDL, diabetes mellitus, zat vasoaktif dan sitokin.

  Akibat Penyakit Lain
Berikut ini dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit lain :
Tabel 2. Penyebab Hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh penyakit
Penyakit penyebab
Kelainan lipid
Diabetes mellitus (DM)
TG   dan HDL 
Gagal ginjal kronis
TG 
Sindrom nefrotik
Kolesterol total 
Hipotiroidisme
Koleterol total 
Penyalahgunaan alcohol
TG 
Kholestasis
Kolesterol total 
Kehamilan
TG 
Obat-obatan (kontrasepsi oral, diuretic, beta bloker, kortikosteroid)
TG  dan atau Kolesterol total   ,
HDL 
Keterangan : TG = Trigliserida, HDL = High Density Lipoprotein,  = meningkat,  = menurun
Peningkatan prevalensi Diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, tinggi lemak, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain. Prevalensi faktor risiko DM dari 2001-2004 yaitu : obesitas dari 12,7% menjadi 18,3%. Hiperglikemia dari 7,9% menjadi 11,3% dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9%. Diabetes berpotensi menyebabkan hiperkolesterolemia dengan meningkatkan kadar kolesterol LDL.
Sindrom nefrotik adalah sindroma klinis yang ditandai dengan adanya proteinuria, hipoalbunemia, edema dan hiperkolesterolemia. Patogenesis terjadinya hiperkolesterolemia adalah kebocoran pada membrane basalis glomerulus menyebabkan proteinuria sehingga terjadi hipoalbiminemia. Hipoalbuminemia dikompensasi oleh hepar dengan memprodusksi kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Terjadi hipoalbuminemia yang selanjutnya merangsang hepar untuk memprodusksi kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolemi

5.      Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang heterogen, baik secara genetis maupun klinis dengan gejala berupa kurangnya daya kesanggupan (toleransi) karbohidrat.
Penggolongan (Klasifikasi) DM menurut WHO yaitu DM tipe 1, tipe 2, diabetes gestasional, diabetes tipe khusus lain. Diabetes tipe 2 juga dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe non independen insulin. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kecenderungan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 meningkat di berbagai penjuru dunia. World HealthOrganization (WHO) meramalkan peningkatan jumlah penderita DM pada tahun mendatang, khususnya di Indonesia. WHO meramalkan kenaikan jumlah penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi ± 21,3 juta pada tahun 2003. Patogenesis DM tipe 2 didasari atas gangguan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan gangguan kerja insulin akibat ketidakpekaan (insensitifitas) jaringan sasaran (target) terhadap insulin.
Penyebab utama kematian pada DM tipe 2 ialah penyakit jantung koroner atau PJK (± 80%).4–6 Angka kematian akibat PJK di penderita DM tipe 2 dapat meningkat 2 sampai 4 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang non-diabetes karena lesi aterosklerosis pada penderita DM tipe 2 proses perkembangannya lebih cepat. Salah satu faktor risiko terjadinya PJK pada DM tipe 2 yaitu dislipidemi, yaitu gangguan metabolisme lipid berupa peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida (TG), low density lipoprotein (LDL), dan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL). Gambaran dislipidemi pada DM tipe 2 yang paling sering ditemukan adalah peningkatan kadar TG dan penurunan kadar HDL. Walaupun kadar LDL tidak selalu meningkat, tetapi partikel LDL akan mengalami penyesuaian perubahan (modifikasi) menjadi bentuk kecil dan padat yang bersifat aterogenik. (Josten et al, 2006)
            Penebalan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar dapat di sebabkan oleh diabetes mellitus, penebalan ini akan berakibat terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah serebral dengan akibat terjadinya iskemia dan infark. Tingginya gula darah sangat erat hubungannya dengan obesitas,hipertensi, dan dislipid, gula darah yang meninggi akan mengakibatkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah yang berlangsung secara cepat dan progresif.
Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes, namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (small dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih bersifat aterogenik daripada partikel-partikel LDL yang lebih besar. Selanjutnya, karena ukurannya yang lebih kecil, kandungan didalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebih meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini dikenal dengan istilah “dislipidemia diabetik”.
Adanya dislipidemia diabetik, meningkatkan risiko Penyakit Kardiovaskular dan keadaan ini ekivalen dengan kadar LDL kolesterol antara 150-220 mg/dl.Untuk memahami patofisiologi dislipidemia pada diabetes, perlu diketahui perubahan perubahan komposisi lipoprotein yang dapat meningkatkan sifat terogenisitasnya. Dalam pengamatan the Multiple Risk Factor Intervention Trial mendapatkan bahwa mortalitas akibat Penyakit Kardiovaskular diantara pasien diabetes mencapai 4 kali lebih tinggi daripada individu non DM dengan kadar kolesterol serum yang sama. Selanjutnya, pasien diabetes dengan kadar kolesterol serum terendah, mempunyai angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok individu non DM yang mempunyai kadar kolesterol tertinggi. Meningkatnya sifat aterogenisitas ini disebabkan karena adanya pengaruh proses glikosilasi, oksidasi dan tingginya kandungan trigliserida didalam lipoprotein. Glikosilasi LDL akan meningkatkan waktu paruhnya, sehingga bentuknya menjadi lebih kecil dan padat serta lebih bersifat aterogenik. Bentuk ini lebih mudah mengalami oksidasi serta lebih mudah diambil oleh makrofag untuk membentuk sel-sel busa (foam cells). Glikosilasi HDL akan memperpendek waktu paruhnya dan membentuk lebih banyak varian HDL3 yang kurang bersifat protektif dibandingkan varian HDL2. Kemampuan HDL untuk mengangkut kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hati mengalami penurunan bila HDL banyak mengandung trigliserida. Perbaikan kendali glukosa darah melalui perubahan gaya hidup atau dengan terapi insulin dan OHO dapat menurunkan kadar trigliseridaa, meningkatkan kadar HDL, mengurangi glikosilasi lipoprotein dan menurunkan kandungan trigliseridaa didalam lipoprotein. (Soebroto, 2010)







BAB III
PENUTUP


A . KESIMPULAN
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya hidrofobik: tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, dan fraksional kolesterol menjadi fraksi HDL dengan kalkulasi fraksi LDL kolesterol. Jantung atau Cor merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi untuk memompa darah agar dapat tersuplai ke seluruh tubuh. Jantung terdiri atas 2 pompa yang terpisah, yakni jantung kanan (Cor Dextra) dan jantung kiri (Cor Sinistra). Jantung kanan bertugas untuk memompa darah ke paru atau pulmo, sedangkan jantung kiri bertugas untuk memompa darah ke organ-organ perifer atau ke seluruh tubuh. Setiap bagian jantung tersebut memiliki satu atrium dan satu ventrikel. Atrium berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi ventrikel. Sedangkan ventrikel menyediakan tenaga utama untuk memompa darah keluar jantung, baik ke sirkulasi pulmonal maupun sirkulasi perifer.
Dan pemeriksaan yang dilakukan pada fal jantng ini , meliputi pemeriksaan kolesterol darah , HDL , LDL , CKMB , dan Trigliserida


B . SARAN
            Semoga makalah yang dibuat oleh kami dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang membacanya dan dapat dijadikan sebagai refrensi tambahan dalam pembelajaran pada mata kuliah tersebut  .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar