BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar belakang
Sintesa hormon steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan
diatur oleh dua jenis hormon gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise.
Folliclestimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofise
membawa pengaruh baik pada ovarium maupun testis. FSH terutama bertanggung
jawab pada pengaturan perkembangan sel germinal pada kedua jenis kelamin dan
sintesis estrogen ovarium wanita. LH dan hCG merangsang sintesis steroid seks
androgenik baik pada testis maupun ovarium, dan produksi progesterone oleh
korpus luteum. LH, FSH, dan hCG tidak mempunyai aktifitas klinis penting diluar
traktus reproduksi. Steroid seks dianggap sebagai satu-satunya pengatur
produksi hormon gonadotropin. Akhir-akhir ini, peptida gonad mempunyai sifat
pengatur penting sekresi FSH. Inhibin dan follistatin menekan pelepasan FSH,
dan aktivin merangsang pelepasan FSH.
Sintesis dan fungsi hormon reproduksi berbeda, tetapi saling
berhubungan dan mempengaruhi.
Berikut akan dibahas sintesis dan fungsi dari masing-masing hormon
reproduksi ini.
1. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating
Hormone
dan Lutheineizing Hormone (LH)
Hipothamalus mengeluarkan GnRH dengan proses sekresinya setl ap
90-120 menit melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofise anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotrop dan merangsang pengeluaran
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone).
Waktu paruh LH kurang lebih 30 menit sedangkan FSH sekitar 3 jam.
FSH dan LH berikatan dengan reseptor yang terdapat pada ovarium dan testis,
serta mempengaruhi fungsi gonad dengan berperan dalam produksi hormon seks
steroid dan gametogenesis .
Pada wanita selama masa ovulasi GnRH akan merangsang LH untuk
menstimulus produksi estrogen dan progesteron. Peranan LH pada siklus
pertengahan (midcycle) adalah ovulasi dan merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan progesteron. FSH berperan akan merangsang perbesaran folikel
ovarium dan bersama-sama LH akan merangsang sekresi estrogen dan ovarium .
Selama siklus menstruasi yang normal, konsentrast FSH dan LH akan
mulai meningkat pada hari-hari pertama. Kadar FSH akan lebih cepat meningkan
dibandingkan LH dan akan mencapai puncak pada fase folikular, tetapi akan
menurun sampai kadar yang yang terendah pada fase preovulasi karena pengaruh
peningkatan kadar estrogen lalu akan meningkat kembali pada fase ovulasi.
Regulasi LH selama siklus menstruasi, kadarnya akan meninggi di fase folikular
dengan puncaknya pada midcycle, bertahan selama 1-3 hari, dan
menurun pada
fase luteal . Sekresi
LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat kontrol untuk basal gonadotropin, masa ovulasi dan onset pubertas pada
masing-masing individu. Proses sekresi basal gonadotropin ini dipengaruhi oleh
beberapa macam proses:
a. Episode sekresi (Episodic secretadon)
Pada pria dan wanita, proses sekresi LH dan FSH bersifat periodik,
dimana terjadinya secara bertahap dan pengeluarannya dikontrol oleh
GnRH .
b. Umpan balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen memberikan umpan
balik positif pada kadar GnRH untuk mensekresi LH dan FSH dan peningkatan kadar
estrogen selama fase folikular merupakan stimulus dari LH dan FSH setelah
pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi ovulasi. Ovulasi
terjadi hari ke 10-12 pada siklus ovulasi setelah puncak kadar LH dan 24-36 jam
setelah puncak estradiol. Setelah hari ke-14 korpus luteurn akan mengalami involusi
karena disebabkan oleh penurunan estradiol dan progesteron sehingga terjadi
proses menstruasi.
c. Umpan balik negatif (Negative Feedback)
Proses umpanbalik ini memberi dampak pada sekresi gonadotropin.
Pada wanita terjadinya kegagalan pernbentukan gonad primer dan proses menopause
disebabkan karena peningkatan kadar LH dan FSH yang dapat ditekan oleh terapi
estrogen dalam jangka waktu yang lama.
Tujuan pemeriksaan FSH dan LH adalah untuk melihat fungsi sekresi
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan mekanisme fisiologis umpan balik
dari organ target yaitu testis dan ovarium. Kadar FSH akan meningkat pada
hipogonadism, pubertas prekoks, menopause, kegagalan diferensiasi testis,
orchitis, seminoma, acromegall, sidroma Turner. Serta menurun pada keadaan
insufisiensi hipotalamus, disfungsi gonad, anovulasi, insufisiensi hipofise,
dan
tumor ovanium. Faktor yang mempengaruhi kadarnya adalah
obat-obatan seperti steroid, kontrasepsi oral, progesteron, estrogen, dan
testoteron.
Harga normal LH dan FSH bervariasi tergantung dari usia, jenis
kelamin dan siklus ovulasi pada pasien wanita. Kadarnya akan rendah sebelum
pubertas dan jika sesudahnya akan meningkat.
Berikut harga normal kadar hormon FSH dan LH pada pria dan wamita
berdasarkan usia dan keadaan.
Tabel 1. Nilai normal kadar FSH
FSH ng/L Wanita
< 8 thn
8 - 12 thn
12 - 14 thn
14 - 18 thn
|
0,6-0,8
1,2-2,4
1,7-2,8
2,2-3,0
|
Dewasa
kehamilan
Premenopause
Pasca monopause
|
2,6-24
Tak terdeteksi
1,1 - 5,3
11,0 - 66
|
2. HORMON SEKS STEROID
Hormonsteroid disintesis dari kolesterol yang berasal dari
sintesis asetat, dari kolesterol ester pada janingan steroidogenik, dan sumber
makanan. Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk sintesis hormon seks steroid .
Pada wanita, ovum yang matang akan mensintesis dan mensekresi hormon steroid
aktif. Ovarium yang normal merupakan sumber utama dari pembentukan Pada wanita
menopause dan kelainan ovarium estrogen dihasilkan dari prekursor androgen pada
jaringan lain. Selain itu ovariurn juga memproduksi progesteron selama fase
luteal pada siklus menstruasi, testoteron dan androgen dalam jumlah sedikit.
Korteks adrenal juga memproduksi hormon testoteron dan androgen dalam jumlah
yang sedikit yang digunakan bukan hanya untuk prekursor estrogen tetapi
langsung dikeluarkan ke jaringan perifer .
2. 1 Estrogen
Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu
estron, estradiol, dan estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi
oleh folikel selama proses ovulasi dan korpus luteum selama keharmilan. Pada
saat keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein plasma.
Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks
hormone binding globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin,
sedangkan estrone berikatan kuat dengan albumin. Sirkulasi estradiol secara
cepat diubah menjadi estron di hepar dengan bantuan 17 -hidroksisteroid
dehidrogenase. Sebagian estrone masuk kernball ke sirkulasi, dan sebagian lagi
dimetabolisme menjadi hidroksiestrone yang dikonversi menjadi estriol .
Pada awal siklus ovulasi - produksi estradiol akan menurun sampai
titik terendah, tetapi karena pengaruh hormon FSH estradiol akan mulai
meningkat. Sebelum fase mid cycle kadar estradiol dibawah 50 pg/mL, tetapi akan
terus meningkat sejalan dengan pematangan ovum. Estradiol akan mencapai
puncaknya sebesar 250-500 pg/mL pada hari ke 13-15 siklus ovulasi. Pada fase
luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/mL. Progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum bersarna-sarna dengan estrogen akan memberikan umpanbalik
negatif pada hipotalamus dan hipofise antenior. Kadar dibawah 30 pg/mL
menunjukan keadaan oligomenore atau amenore sebagai indikasi kegagalan gonad.
Hormon estradiol dipenganihi oleh ritme sirkadian yaitu adanya variasi diurnal
pada wanita pasca menopause yang diperkirakan. karena adanya variasi pada
kelenjar adrenal. Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El),
estradiol (E2), dan estriol (E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk
mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan
waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu
pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular
(preovulasi) dan fase luteal. Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi,
kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan
tumor adrenal. Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium,
infertilitas, sindroma
turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan
stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfer ensi
yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan
kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene
Tabel 2. Harga normal hormon estrogen pada wanita
Hormon Jenis kelamin Unitkonvensional
Estrone Wanita
|
30 - 100
|
Fase folikular
|
>150
|
Ovulasi
|
90 - 150
|
Luteal (ng/mL)
|
7
|
Tdk
hamil (ng/mL)
2
- 12
3
- 19
5
- 27
10
- 30
<2
|
Estriol Kehamilan
|
30 - 32 mgg
|
33 - 35 mgg
|
36 - 38 mgg
|
39 - 40 mgg
|
2.2 Progesteron
Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan penting
di dalam regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi
progesteron atau 17a- hidroksipregnenolone dan perubahan ini tergantung dari
fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus luteum dalam jumlah yang
besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk testoteron dan estrogen, pada
saat terjadi metabolisme 17α-hidroksiprogesteron menjadi dehidroepiandrosteron
yang dikonversi menjadi 4 andr ostenedion dengan bantuan enzim 17α hidroksilase
pregnenolon .
Pada awal menstruasi dan fase folikular kadar progesteron sekitar
1 ng/mL. Pada saat sekresi LH, konsentrasi progesteron dapat bertahan selama
4-5 hari di dalam plasma dan mencapai puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL
selama fase luteal. Pengukuran progesteron di dalam plasma dapat digunakan
untuk memonitor keadaan ovulasi. Jika konsentrasi progesteron lebih dari 4-5
ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi .
Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk kelenjar mamae
dan endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ target progesteron
yang lain adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi ovum.
Selama kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat kontraktilitas
uterus dan mempersiapkan mamae untuk proses laktasi. Pada umumnya
pemeriksaan kadar progesteron dilakukan untuk pemeriksaan fungsi
plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium pada fase luteal, dan
monitoring proses ovulasi. Pada pemeriksaaan ini sampel diambil satu sampai dua
kali pada fase luteal
Kadamya meningkat pada kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor
adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun pada keadaan amonorea,
aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
hormon progesteron adalah penggunaan steroid, progesteron, dan kontrasepsi oral
Tabel 3. Harga normal hormon progesteron wanita
Hornion Jenis kelamin Unit konvensional
Progesteron Wanita (ng/mL)
|
Fase folikular 0.3 - 0,8
|
Fase luteal 4 - 20
|
2. 3 Testoteron (Androgen)
Testoteron atau androgen merupakan hormon seks steroid yang
dominan pada pria. Hormon ini mempunyai berat molekul 288,41 Dalton. Proses
sintesis testoteron berlangsung di sel Leydig interstitial pada testis yang
memberikan respon pada interstitial cell stimulating hormone (ICSH, atau
yang lebih dikenal dengan luteinizing hormone). Pada pria sebagian
dihidrostestoteron dibentuk di jaringan perifer.
Di dalam aliran darah testoteron terikat oleh protein serum dan
sebagian tidak terikat (unbound). Sebanyak 60% testoteron terikat kuat
dengan binding protein utama yaitu SHGB dan sekitar 38% terikat lemah
dengan albumin dan corlisol binding globulin. Sekitar 2% sirkulasi
testoteron tidak terikat oleh protein serum tetapi masuk ke dalam set .
Testoteron diubah menjadi dihidrostestoteron di dalam target
jarigan testoteron yang spesifik. Metabolisme testoteron terjadi di hepar.
Testotero dikonversi menjadi androstenedion dan etiokolanolon. Testoteron masuk
ke dalam membran sel dengan cepat dan di dalam sel testoteron berubah secara
enzimatik menjadi androgen dibldrotestoteron dengan bantuan isoenzim microsomal
reduktase-2, dan isoenzim 5 -reduktase-1. Konsentrasi testoteron mulai
meningkat sebelum pematangan aksis hipotalamus-hipofise-gonad yaltu pada awal usia
6-7 tahun, meningkat selama pubertas, dan mencapal puncaknya pada usia dewasa.
Berikut tabel harga
normal testoteron
Tabel 4. Harga normal hormon testoteron pada pria dan wanita
Hormon Jenis kelamin Unit konvensional
Testoteron Wanita (ng/dL)
|
Pria
|
Prepubertas 5-13
|
Prepubertas 8-14
|
Pubertas 9-24
|
Pubertas 84-180
|
Dewasa 30-70
|
Dewasa 300-1000
|
Pada pria, testoteron memegang peranan penting dalam diferensiasi
system organ yang genital pria pada saat pertumbuhan fetus, pertumbuhan dan
fungsi organ yang diperngaruhi oleh testoteron seperti skrotum, epididimis, vas
deferens, vesika seminalis, prostat, dan penis. Testoteron juga berperan dalam
pertumbuhan organ skeletal, laring yang berperan dalam pembentukkan suara pada.
pria dan kartilago epifisial serta mempengaruhi pertumbuhan rambut pada daerah
pubis, axilla, janggut, jambang, dada, abdomen, dan daerah punggung, aktivitas
kelenjar sebasea, dan perubahan tingkah laku.
Pada wanita yang normal, ovarium akan memproduksi testoteron dalam
jumlah yang sedikit yaitu kurang dari 300 g selama 24 jam. Testoteron berperan
dalam proses pertumbuhan rambut selama masa pubertas. Penigkatan testoteron
yang berlebih akan menyebabkan amenorea, pertumbuhan rambut dan kelenjar
sebasea yang berlebih .
Kadar androgen meningkat pada hirsustisme, amenorea hipotalamus,
dan turnor sel sertoll. Dan menurun pada andropause, sindrom klinefelter,
aplasia sel leydig, dan criptorchidism .
2.4 PROLAKTIN
Prolaktin terdiri dari 199 pasang asam. amino hormon polipeptida
dengan berat molekul 23.000 Dalton dan disintesis serta disekresi oleh
laktotrop yang terdapat pada hipofise anterior. Sama seperti hormon hipofise
anterior yang lain, prolaktin juga dikontrol oleh hypothalamic-releasin
.factors. Sekresi prolaktin terutama dihambat oleh dopamin yang disekresi
oleh neuron dopaminergik tuberoinfundibular.
Prolaktin akan merangsang pengeluaran ASI pada saat sesudah
melahirkan. Selama kehamilan prolaktin akan banyak disekresi dan dipengaruhi
oleh bormon lain seperti estrogen, progesteron, human placenta lactogen (HPL),
dan cortisol untuk merangsang pertumbuhan mamae. Setelah melahirkan,
kadar estrogen dan progesteron akan menurun sehingga kadar prolaktin akan meningkat
dan merangsang mamae untuk mengeluarkan ASI. Kadar prolaktin akan
meningkat pada fetus dan bayl baru lahir terutama pada usla bulan pertama .
Dalam keadaan fisiologis, prolaktinemia dapat terjadi pada saat kehamilan, ibu
menyusui, tidur, stres, dan, konsumsi protein tinggi dan olah raga. Keadaan
patologis yang menyebabkan hiperprolaktinemi adalah tumor pituitari,
adenomapituitari, - gagal ginjal, akromegali, dan anoreksia nervosa. Dan
kadarnya menurun dalam keadaan osteoporosis, ginekomasti, nekrosis hipofise,
dan hirsutism. Pada wanita, hiper-protaktinemia dapat menyebabkan memendeknya
fase luteal sehingga dapat menyebabkan anovulasi, amenorea, bahkan infertil.
Fluktuasi prolaktin lebih nyata pada wanita premenopause dibandingkan pasca
menopause. Pemeriksaan prolaktin akan memberikan fluktuasi hasil yang berbeda
pada masing-masing individu. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan 3-4 jam
setelah pasien bangun tidur. Faktor interferensi yang mempengaruhi pemeriksaan
prolaktin adalah penggunaan steroid, kontrasepsi oral, progesteron, metil dopa,
fenotoazid, antidepresan, morfin, haloperidol, levodopa, dan ergot alkaloid
Berikut kadar prolaktin pada pria maupun wanita.
Tabel 5. Kadar prolaktin pria dan wanita pada serum
Jenis
kelamin Usia
|
Fase folikular
|
keadaan Konvensional unit (ng/mL)
|
Fase luteal
|
Wanita Bayi baru labir
|
< 500
|
Bayl
1-5 bulan
|
6-14
|
Anak-anak
|
< 20
|
Dewasa
|
<40
|
1.2 Rumusan Masalah
·
Bagaimana cara memeriksa faal genital
·
Metode apa saja yang dapat digunakan
1.3 Tujuan
Dengan membaca makalah
ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan Faal Genital
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan hormon reproduksi secara imunollogi
Pemeriksaan hormon dapat menggunakan sampel serum, plasma, saliva,
dan urine. Sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan untuk puasa dan tidak bolehmmengkonsumsi
preparat hormon seperti kortikosterold, estrogen, progesteron, anti prolaktin,
dan gonadotropin (3)
Hormon FSH dan LH dikeluarkan secara episodik sehingga dianjurkan pengambilan
BP dilakukan sebanyak 3x selang waktu 15-20 menit kemudian ketiga spesimen
dicampur, tetapi dapat juga sarnpel diambil hanya satu kali saja. Pemeriksaan
hormon reproduksi ini bertujuan untuk membuat dan menkonfirmasi diagnosis pada
kelainan organ reproduksi, keadaan fertilitas dan memantau selama masa terapi .
Pemeriksaan hormon banyak dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti(3) :
·
Waktu pengambilan
·
Usia pasien
·
Jenis kelamin
·
Keadaan stress
·
Obat-obatan
Hormon akan stabil selama 8 jam pada suhu ruangan, 40C selama dua
minggu, dan -20'C dalam jangka waktu yang lama. Sampel serum harus dalam
keadaan baik, tidak terjadi hemolisis atau ikterik. Untuk sampel urine
pemberian pengawet dan penyimpanan pada suhu -20'C harus dihindari. Pemeriksaan
hormon reproduksi dapat dilakukan secara Enzym-linked immunosobent assay (ELISA),
Radioimmunoassay (RIA), Metode Electrochemiluminescence Immunoassay (ECLIA)
dan Imunokromatografi
2.1.1. Enzym-linked immunosobent assay (ELISA)
ELISA merupakan metode immunoassay yang menggunakan enzim sebagai
label. Metode ELISA dibagi 2 jenis tehnik yaitu tehnik kompetitif dan non
kompetitif. Tehnik non kompetitif ini dibagi menjadi dua yaitu sandwich dan
indirek. Pemeriksaan hormon menggunakan tehnik kompetitif dan sandwich. Metode
kompetitif mempunyai prinsip sampel ditambahkan antigen yang berlabel dan tidak
berlabel dan terjadi kompetisi membentuk kompleks yang terbatas dengan antibodi
spesifik pada fase padat. Prinsip dasar dari sandwich assay adalah
sampel yang mengandung antigen direaksikan dengan antibodi
spesifik pertama yang terikat dengan fase padat. Selanjutnya
ditambahkan antibodi spesifik kedua yang berlabel enzim dan ditambahkan
substrat dari enzim tersebut
Keuntungan metode ELISA yaitu:
·
Cukup sensitive
·
Reagen relatif murah dan
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama
·
Dapat memeriksa beberapa
parameter sekaligus
·
Peralatan mudah didapat
·
Tidak menggunakan zat
radiasi
Kerugian metode ELISA:
Pemeriksaan menggunakan enzim sebagai label cukup kompleks
karena akvitas enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor.
2.1.2. Radioimmunoassay (RIA)
Metode radioimmunoassay (RIA) mempunyai 2 jenis prinsip yaitu kompetitif
dan non kompetitif. Prinsip non kompetitif yang paling banyak di gunakan adalah
sandwich (11)
Prinsip dasar dari sandwich adalah reaksi suatu antibodi
dalam konsentrasi yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen. Bagian
dari antigen yang bebas dan yang terikat yang timbul sebagai akibat dari
penggunaan antobodi dalam kadar yang terbatas ditentukan dengan menggunakan
antigen yang diberi label radio isotop.
Pada prinsip kompetitif bahan yang mengandung antigen yang
berlabel dan antigen yang terdapat di dalam sampel akan diberi label radio
isotop sehingga terjadi kompetisi antara antigen yang akan ditentukan kadarnya
dan antigen yang diberi label dalam proses pengikatan antibodi spesifik
tersebut sampai terjadi keseimbangan. Sisa antigen yang diberi label dan tidak
terikat dengan antibodi dipisahkan oleh proses pencucian. Setelah itu dilakukan
penambahan konyugate,
sehingga terjadi pembentukan kompleks imun dengan konjugate. Jumlah
antigen berlabel yang terikat, antibodi pada fase padat, dan konjugate dapat
ditentukan dengan suatu radiation counter atau gamma counter. Pada
pemeriksaan hormon, label radio isotop yang digunakan adalah isotop untuk hormon
LH dan progesteron estrogen dan HPL, untuk testoteron , H dan Co untuk FSH.
Keuntungan metode RIA adalah :
Sensitivitas dan presisi yang tinggi
Kerugian metode RIA adalah :
Reagen kurang stabil
Memerlukan proteksi terhadap bahan radioaktif (radioactive hazardous)
2.1.3. Metode Electrochemiluminescence Immunoassay (ECLIA)
Chemiluminescence adalah emisi atau pancaran
cahaya oleh produk yang distimulus oleh suatu reaksi kimia atau suatu kompleks
cahaya. Kompleks ikatan anti gen-antibodi yang terjadi akan menempel pada streptavidin-coated
microparticle. ECLIA menggunakan teknologi tinggi yang memberi banyak keuntungan
dibandingkan dengan metode lain. Pada metode ini menggunakan
prinsip sandwich dan kompetitif Pada. metode ECLIA yang
menggunakan metode kompetitif dipakai untuk menganalisis substrat yang
mempunyai berat molekul yang kecil seperti estradiol dan progesteron. Sedangkan
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar seperti
prolaktin, LH, dan testosteron (Roche, 2000).
Metode Electrochemiluminescence Immunoassay menggunakan
ruthenium (II) tris(bipyridyl) [Ru(bpy)3 2+] sebagai labelnya dan bereaksi
dengan tripropilamine (TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang 620nin.
Dengan menggunakan label Mi, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan,flowcytometry
dengan menggunakan butiran magnet pada fase padat. Butiran magnet akan
tertangkap permukaan elektroda dan label yang tidak terikat dibuang dengan cairan
dasar. Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah
terikat dan emisi cahaya akan dihitung melalul tabung fotomultiplier
Keuntungan dari ECLIA adalah:
·
Reagen lebih stabil
·
Waktu pengerjaan cepat
·
Tidak menggunakan label
radiasi (Roche Diagnostic, 2000)
2.1.4. Imunokromatografi
Disebut juga uji strip (Strip test). Berbeda dari metode yang
lain, metode ini tidak memerlukan peralatan untuk membaca hasilnya, tetapi
cukup dilihat dengan kasat mata, sehingga jauh lebih praktis. Metode ini
mempunyal dua jenis prinsip yang berbeda dan keduanya digunakan pada
pemeriksaan hormon.
Reaksi langsung (Double AntibodySandwich)
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur susbtrat vang besar dan
memiliki lebih dari satu epitop seperti hormon LH dan HCG. Suatu substat yang
spesifik terhadap antibodi dimobilisasi pada suatu membran. Reagen pelacak
yaitu suatu antibodi diikatkan pada partikel lateks atau
metal koloid (konyugat), diendapkan (tetapi tetap, tidak terikat)
pada bantalan konyugat (conyugate pad). Bila sampel ditambahkan pada bantalan
sampel, maka sampel tersebut secara cepat akan membasahi dan melewati bantalan
konyugat serta melarutkan konyugat. Selanjutnya reagen akan bergerak mengikuti
aliran dari sampel sepanjang strip membran, sampai mencapai daerah dimana
reagen akan terikat. Pada garis ini, kompleks antigen antibodi akan
terperangkap dan akan terbentuk warna dengan derajat vang sesuai dengan kadar
yang terdapat di dalam sampel. Pada metode ini, kadar substrat di dalam sample
tidak boleh berlebih, tetapi harus lebih sedikit daripada kadar antibody pengikat
(capture Ab) yang terdapat dalarn capture l ine sehingga mikrosfere
tidak diikat pada garis pengikat (capture line) dan mengalir terus ke
garis kedua dari antibodi yang dimobilisasi yaitu garis kontrol (control
line)
Reaksi kompetitif (Competitive inhibition)
Apabila sampel dan reagen melewati zona dimana reagen pengikat dimobilisasi,
sebagian dari substrat dan reagen palacak akan terikat pada garis capture line.
Makin banyak substrat yang terdapat di dalam sampel, makin efektif daya
kompetisinya dengan reagen.
3.1 INTERPRETASI PEMERIKSAAN HORMONAL
Saat ini dapat dilakukan pengukuran jumlah hormon yang beredar
dalam darah dengan menggunakan sejumlah teknik yang relatif mudah dan spesifik.
Namun demikian uji klinis serta pengukuran secara laboratorium harus selalu bersifat
sebagai penunjang evaluasi klinik penderita, selain melakukan pemeriksaan
hormonal penting pula melakukan pengamatan gejala dan tanda-tanda klinik yang
menyertai Pemeriksaan hormon reproduksi diperlukan sekali dalam menilai
kelainan semenjak lahir, prepubertas, pubertas, dewasa sampai menopause, dan
dari saat
tidak mempunyai keturunan sampai telah hamil, serta setelah
melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal ini.
Dalam melakukan interpretasi pemeriksaan hormonal, tidak saja
melihat nilai-nilai standarnya, juga penting perbandingan atau rasio antara
hormon yang satu dengan yang lain, juga data yang mungkin diperlukan misalnya dalam
hal timbulnya tanda-tanda pubertas, gambaran heteroseksual, hirsutismus,
riwayat pengobatan atau tindakan yang dapat mengganggu perkembangan maupun
fungsi organ seksual maupun reproduksi, adanya riwayat keluarga berupa kelainan
imaturitas seksual dan infertilitas, masalah haid, adanya riwayat aktivitas
yang berlebihan, kehilangan berat badan yang banyak, dan pola diet yang tidak
wajar, serta data-data dari hasil pemeriksaan fisik yang menunjang dalam
melakukan penilaian efek biologi hormon dalam tubuh seperti tinggi, berat badan
indeks massa tubuh, perkembangan payudara maupun gejala yang menyertai seperti galaktorea,
distribusi dan jumlah dari rambut tubuh serta gejala-gejala lain dari hirsutismus,
pemeriksaan pada genitalia eksterna maupun interna. Berikut ini akan dibahas
tentang interpretasi pemeriksaan hormonal yang dapat membantu dalam menegakkan
diagnosa klinis.
Interpretasi Pemeriksaan Hormonal Dalam Gangguan Masa Pre dan
Pubertas
1. Pubertas prekoks yaitu keadaan dimana perkembangan pubertas
(telars, adrenars, menars) muncul sebelum usia 8 tahun. Penyebab dari pubertas prekoks
ini disebabkan oleh beberapa gangguan, dimana manifestasi prekoks seksual ini
merupakan efek biologi sekunder dari peningkatan produksi hormon seks steroid
karena meningkatnya sekresi gonadotropin baik dari hipofisis maupun dari sumber
luar hipofisis, atau melalui penyakit-penyakit didalam adrenal atau ovarium.
Dari hasil pemeriksaan hormonal anak-anak perempuan yang menderita pubertas
prekoks terdapat + 2,5 standar deviasi dari nilai normal.
2. Pubertas terlambat (pubertas tarda) yaitu tidak muncul sama
sekali karakteristik seksual sekunder sebelum usia 13 tahun, menars tidak ada setelah
mencapai usia 18 tahun. Penyebabnya karena ada gangguan di daerah hipotalamus,
atau adanya penyakit sistemik, kurang gizi, atau gangguan fungsi endokrin yang
lain. Sebelum dilakukan pemeriksaan hormonal, terlebih dahulu diperiksa
pemeriksaan kromosom dan pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan
ginekologi (colok dubur) dan ultrasonografi.
Kadar hormon selama pubertas pada anak-anak perempuan dan dewasa.
Stadium Tanner FSH
(IU/L) LH (IU/L) Estradiol(ng/dl) DHA(pg/dl)
Stadium I 0,9-5,1
1,8-9,2 <10 19- 302
Stadium 2 1,4-7,0 2,0-16,6 7-37 45-1904
Stadium 3 2,4-7,7
5,6-13,6 9-59 125-1730
Stadium 4 1.5-11.2
7-14,4 10-156 153-1325
Dewasa 3-20
5-25 30-100 162-1620
|
Untuk mengetahui kadar hormonal pada siklus ovulatorik ini, maka
saat yang tepat untuk melakukan pemeriksaan hormonal adalah:
Untuk pemeriksaan hormone FSH, LH, Prolaktin dan estradiol (E2)
pada hari ke 5-10 untuk siklus 28-30 hari, hari ke 10-15 untuk siklus 35 hari,
hari ke-3-6 untuk siklus 21 hari.
Untuk pemeriksaan hormone progesterone dilakukan pada
pertengahan tahap luteal yaitu 12-14 hari sebelum terjadinya haid yang akan
datang, hari ke-21 untuk siklus 28 hari, hari ke-28 untuk siklus 35 hari, hari
ke-14 untuk siklus 21 hari. Gangguan yang sering dialami wanita dalam usia
reproduksi yang pernah mengalami haid, namun haidnya berhenti untuk sedikitnya
3 bulan berturut-turut disebut dengan amenorea sekunder.
Penyebab tidak munculnya haid ini dapat disebabkan oleh organ yang
bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid dan proses pengeluaran
darah haid, sehingga dikenal dengan:
a. Amenorea sentral (amenorea hipotalamik, amenorea hipofisis),
paling sering disebabkan oleh karena gangguan psikis dimana terjadi gangguan
pengeluaran LH-RH akibatnya pengeluaran hormon gonadotropin berkurang, sehingga
pada pemeriksaan hormon FSH, LH, estradiol kadarnya rendah.
b. Amenorea ovarium atau dikenal dengan Premature ovarian
failure , amenorea yang disertai dengan kadar estrogen yang menurun
sedangkan kadar FSH meningkat (> 40 mIU/ml) pada wanita usia < 40 tahun.
Diperkirakan 5-10% dari wanita ini mempunyai risiko < 1% mengalami menopause
sebelum usia 40 tahun, dan diperkirakan 15-20% dihubungkan dengan penyakit
auto-imun.
c. Amenorea uteriner, dapat disebabkan kerusakan pada endometrium
akibat perlengketan (sindrom Asherman) atau adanya infeksi berat (TBC), dimana endometrium
ada tetapi tidak bereaksi sama sekali terhadap hormon.
Interpretasi Pemeriksaan Hormonal Dalam Gangguan Masa Usia (Menopause)
Pramenopause adalah masa antara usia 40 tahun dan di mulainya
siklus haid tidak teratur, menoragia, haid kadang-kadang nyeri dimana muncul
keluhan vasomotorik, atau keluhan premenstrual sindrom (PMS). Pada pemeriksaan
kadar FSH, dan E dapat normal atau meninggi.
Perimenopause (klimakterium) adalah masa perubahan antara premenopause
dan posmenopause (sampai 12 bulan setelah menopause), haid mulai tidak teratur,
oligomenorea, menoragia, dismenorea, muncul keluhan klimakterik, PMS dimana
kadar FSH, LH, dan E bervariasi.
Menopause adalah haid terakhir secara permanen Paskamenopause
adalah waktu setelah menopause sampai senium (dimulai setelah 12 bulan
amenorea) dimana muncul keluhan klimakterik, kadar FSH, LH tinggi, E rendah.
Pada pra dan perimenopause, di periksa FSH,LH, dan E2 pada hari ke
3 siklus haid. Kadar hormon tersebut sangat bervariasi, dan wanita dapat atau
tanpa mengalami keluhan. Pasca menopause, atau menopause prekok, cukup di
periksa FSH dan E2 saja, dan biasanya kadar FSH > 30m IU/ml, dan kadar E2
<50 pg/ml. Hal ini khas untuk klimakterium atau pasca menopause.
Interpretasi Pemeriksaan Hormonal dalam Gangguan Fertilitas
Wanita, dengan keluhan tidak haid lebih dari 3 bulan
berturut-turut. Dianjurkan pemeriksaan hormone FSH, LH, Prolaktin (PRL), dan 17
beta estradiol (E2). Pengobatan atau tindakan lanjutan yang akan diambil sangat
tergantung dari hasil analisa hormonal yang diperoleh.
1.1. Hasil analisa hormonal yang diperoleh misalnya sebagai
berikut:
(Hipogonadotropin, Hipogonadisme) : FSH 0,3 mIU/ml, LH 0,1
mIU/ml, PRL 15 ng/ml, E2 < 30 pg/ml.
Pada hipogonadotropin, hipogonadisme hipofisis tidak cukup memproduksi
FSH dan LH, sehingga ovarium pun tidak memiliki kemampuan mensintesis estradiol
(E2). Untuk dapat mensintesis FSH dan LH, hipofisis memerlukan bantuan dari
hipotalamus, dimana hipotalamus
akan mengeluarkan hormone pelepas gonadotropin GnRH. GnRH ini memicu
hipofisis untuk mensintesis dan mengeluarkan FSH dan LH. Penyebabnya bisa di
hipotalamus atau hipofisis. Bila ada gangguan penciuman, maka pasien tersebut
menderita sindrom. Kallman. Sindrom. Kallman disebabkan oleh adanya kerusakan pada
sel-sel bulbus olfaktorius dan pada sel-sel yang memproduksi GnRH.
1.2 (Hiperprolaktinemia, FSH,LH,E2 normal )FSH 6 mIU/ml, LH
5 mIU/ml,
PRL 75 ng/ml, E2 110 pg/ml
Pada wanita dengan gangguan haid, maka harus selalu diperiksa
hormone prolaktin. Prolaktin yang tinggi paling sering menyebabkan gangguan
haid. Pada keadaan ditemukan kadar prolaktin > 50 ng/ml dan seorang wanita mengalami
gangguan haid, maka perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk menyingkirkan ada
tidaknya adenoma hipofisis (prolaktinoma). Jika ditemukan mikroadenoma, maka
pasien tersebut diperbolehkan hamil dan diberikan terapi dengan bromokriptin
mulai kehamilan > 12 minggu. Akan tetapi bila ditemukan makroadenoma, pasien
tidak dibenarkan hamil, karena dalam kehamilan makroadenoma tersebut dapat
bertambah besar,
yang pada akhirnya mengakibatkan kebutaan. Mengenai pemberian bromokriptin
dalam kehamilan masih menimbulkan kontroversi. Pasien dengan hiperprolaktin,
tanpa prolaktinoma atau dengan prolaktinoma pengobatannya ada lah dengan
pemberian bromokriptin.Selama pemberian bromokriptin perlu selalu di periksa
kadar prolaktin darah. Hormon prolaktin diperlukan untuk mensintesis progesterone
di korpus luteum. Kadar progesterone yang rendah akan menyebabkan gangguan
implantasi. Pasien dengan makroadenoma yang disertai dengan keluhan seperti
pusing, mual dan gangguan penglihatan, maka pengobatannya adalah dengan
pembedahan, yaitu mengangkat makroadenoma tersebut.
(Gonadotropin dan Gonad normal) FSH 4,8 mIU/ml, LH 5,6
mIU/ml,
PRL 14 ng/ml, E2 95 pg/ml
Hasil analisa hormonal tersebut di atas berada dalam batas normal,
namun pasien tetap saja tidak haid. Pada keadaan seperti ini perlu dipikirkan adanya
kelainan pada target or gan, yaitu kelainan pada uterus (endometrium). Kelainan
pada endometrium. paling sering adalah TBC pada endornetrium, atau sindrorn Asherman,
atau pula infeksi pada endometrium yang kronik oleh kuman-kuman tertentu. Pada
keadaan seperti ini perlu dilakukan tindakan biopsi endometrium. Kerusakan endometrium
akibat kuman TBC sangat sulit untuk diobati, karena hampir semua reseptor
steroid telah rusak. Untuk memicu pembentukan reseptor steroid, diberikan
estrogen dan progesteron jangka panjang. Estrogen dan progesterone tidak boleh
diberikan bersama sama dengan obat oral antituberkulostatika. Estrogen akan
memicu enzim enzirn tertentu di hati,
dan enzim enzim tersebut dapat membuat obat antituberkulostatika
tidak efektif.
1.4. (Hipergonadotropin, hipogonadism) FSH 35 mIU/ml, LH 33
mIU/ml, PRL 17 ng/ml, E2 20 pg/ml
Bila ditemukan kadar FSH > 30 mIU/ml, maka sudah dapat
dipastikan ke dua ovarium sudah tidak berfungsi lagi ( E2 < 20-30 pg/ml).
Diagnosisnya dapat berupa menopause prekok, ataupun sindroma ovarium resisten gonadotropin.
Untuk membedakan ke dua jenis kelainan tersebut, perlu dilakukan biopsi pada
ovarium. Pada pasien dengan menopause prekok, hasil histopataloginya ditemukan
jaringan ovarium banyak mengandung jaringan ikat dan hanya sedikit atau tidak ditemukan
folikel primordial sama sekali, namun pada pasien dengan sindroma ovarium
resisten gonadotropin, masih ditemukan folikel primordial yang normal. Pasien dengan
diagnosis menopause prekok sangat sulit untuk hamil, sedangkan dengan diagnosis
sindrom ovarium resisten gonadotropin masih mungkin untuk hamil. Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah dengan memberi obat-obat yang dapat menekan FSH dan
LH agar jumlah reseptor FSH dan LH di ovarium menjadi berkurang dan folikel
dapat tumbuh kembali. Cara sederhana untuk menekan FSH dan LH adalah dengan
pernberian kombinasi estrogen dan progesterone (pil kontrasepsi kombinasi),
namun pemberiannya harus
jangka panjang (> 1 tahun). Cara yang lebih cepat dan sangat
efektif untukmenekan FSH dan LH adalah dengan pernberian GnRH analog
(agonis/antagonis).
1.5. (Ratio LH/FSH > 3) FSH 7 mIU/ml, LH 24 mIU/ml, PRL
24 ng/ml, E2 203 pg/ml
Pada analisa hormonal di atas ditemukan kadar LH yang tinggi,
sedangkan kadar FSH normal, sehingga ditemukan rasio LH/FSH > 3. Hasil
seperti ini sering ditemukan pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik
(SOPK).
Bila ditemukan pula gambaran hirsutisme , maka perlu diperiksa
hormone testosterone (T). Kadar T yang tinggi (> 2,0 ng/ml) perlu dicari
sumber penyebab tingginya kadar T tersebut. Testosteron dapat dihasilkan oleh ovarium
ataupun oleh kelenjar suprarenal. Untuk mengetahui apakah T berasal dari
ovarium atau suprarenal, maka perlu diperiksa DHEAS. Bila ditemukan
kadar T tinggi, sedangkan kadar DHEAS normal, hal tersebut menandakan
kalau T yang tinggi tersebut berasal dari ovarium, namun bila ditemukan DHEAS
yang tinggi ( > 5 -7 ng/ml), sedangkan kadar T normal, maka hal tersebut
menandakan T yang diperoleh tinggi tersebut bukan berasal dari ovarium, tetapi
berasal dari suprarenal. Pada wanita dengan SOPK dan obes perlu juga diperiksa
insulin dan gula darah puasa. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan insulin
resisten.
Gangguan haid, atau perdarahan menyerupai haid yang tejadi pada
interval siklus haid normal ( 21-31 hari). Bila seorang wanita mengalami gangguan
haid seperti haid jarang (oligomenorea), haid 2 kali perbulan (polimenorea),
lamanya haid lebih dari 7 hari (menoragia), lamanya haid hanya satu hari saja
(brakimenorea), perdarahan bercak (spotting), baik setelah haid, pertengahan
siklus, atau prahaid, haid yang banyak (hipermenorea), maka setelah
disingkirkan tidak adanya kelainan organik, maka harus dicari penyebab
endokrinologik. Harus dicari, apakah kelainan-kelainan tersebut terjadi pada
siklus haid yang berovulasi atau tidak. Selain dilakukan pemeriksaan FSH,LH,
PRL dan E2, maka harus juga diperiksa progesterone (P). Kadar P < 10 ng/ml
menandakan tidak terjadinya ovulasi pada pasien tersebut. Kadar E2 yang tinggi
(> 300
pg/ml) juga menandakan tidak terjadinya ovulasi. Selama siklus
haid tidak berovulasi, artinya tidak terbentuk progesterone dalam jumlah yang
cukup, maka wanita tersebut memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker endometrium.
3. Infertilitas pada usia > 40 tahun Tidak jarang ditemukan wanita
menginginkan anak, namun usianya telah mencapai > 40 tahun. Selama siklus haidnya
masih normal dan analisa hormonal masih dalam batas normal, maka masih ada
kemungkinan untuk mendapatkan anak. Bila ditemukan misalnya FSH 15-20 mIU/ml,
hal tersebut menandakan telah terjadi kelai nan dalam pertumbuhan folikel, dan kemungkinan
untuk menjadi hamil sangatlah rendah. Folikel yang baik akan selalu
mengeluarkan inhibin selama pertumbuhannya, dan inhibin ini akan selalu menjaga
agar kadar FSH berada dalam batas normal. Namun bila terjadi gangguan dalam
pertumbuhan folikel, maka jumlah inhibin yang dihasilkan menjadi berkurang dan
dengan sendirinya pula kadar FSH meningkat. Merupakan kontraindikasi pemberian
obat-obat pemicu ovulasi pada keadaan kadar FSH tinggi.
Interpretasi Pemeriksaan Hormonal Dalam Gangguan Masa Kehamilan
Sekitar 10-15% wanita infertil, gagal untuk berovulasi atau
setelah ovulasi, menghasilkan korpus luteum yang tidak mampu memelihara ovum
yang telah dibuahi, dimana ditemukan kadar progesteron yang menurun sehingga
dapat menyebabkan kegagalan kehamilan dini yang sering berakhir dengan abortus,
keadaan ini disebut dengan defek fase luteal (DFL). DFL dapat didiagnosis; dengan
mengukur kadar progesteron serum, dimana kadar progesteron fase luteal
madia (midluteal) atau hari ke-21 diatas 10 ng/ml dapat
menyingkirkan DFL.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Jacoeb.T.Z didapatkan bahwa
kadar progesteron serum 18,9 ng/ml dapat dipakai sebagai penduga bagi
kelangsungan kehamilan triwulan pertama dimana kadar progesteron serum <18,9
ng/ml memiliki risiko abortus 4,6 kali lipat, sedangkan penggunaan suntikan hCG
pada kehamilan triwulan pertama dengan kadar serum progesteron < 18,9 ng/ml mampu
menurunkan risiko abortus 4 kali lipat.
Interpretasi Pemeriksaan Hormonal Dalam Gangguan Masa Postpartum
Sindrom Sheehan yaitu keadaan amenorea, lemah otot, hipotermi, berkurangnya
produksi air susu, tidak ada rambut pubis atau ketiak, gangguan libido, gejala
hipotiroid yang ditemukan pada wanita postpartum yang mengalami perdarahan
postpartum dan syok yang mengakibatkan iskemik atau nekrotik adenohipofisis
dimana 3/4 dari adenohipofisis rusak yang menyebabkan semua hormon yang
diproduksi oleh adenohipofisis terganggu.
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan hormonal berguna untuk menentukan fungsi organ seksual
dan reproduksi. Pemeriksaan hormon dipengaruhi oleh berbagai faktor dan harus
dilakukan pada saat yang tepat. Ada banyak vang metoda digunakan untuk menguji
hormon ini seperti enzim linked immunosorbant assay (ELISA), radioimmunoassay
(RIA), imunokromatografi, dan electrochemiluminescence immunoaassay
(ECLIA). ECLIA menggunakan suatu metode pemeriksaan yang berteknologi
tinggi dan memberi banyak keuntungan dibanding pemeriksaan lain. Dalam
interpretasi pemeriksaan hormonal disamping memperhatikan nilai-nilai normal
juga diperlukan peran anamnesis , pemeriksaan fisik dan penunjang serta rasio
hormone yang satu dengan yang lain.
4.2 Daftar
Pustaka
Braunstein, G.D.. Testes. In Francis S.G and ordon J.S (eds), Basic
and Clinical Endocrinology. 5th ed. 1997.London: Prentice-Hall
International Inc.
Aron, D.C, dan Findling, J.W. Hipothalannus & pituitary. In
Francis S.G and Gordon J.S (eds), Basic and Clinical Endocrinology. 5th ed.
1997.London Prentice-Hall International Inc.
Howaritz, B dan Henrv J.B. Evaluation of endocrine function. In
John, B.H (eds), (7117iCUl Diagnosis and Management by Laboratory Methods.
2 1 st ed. 2001 Philadelphia: WB Saunders Company.
Demers, L.M. Pituitary function. In Carl- A.13 dan Edward, R.A
(eds), The textbook of Clinical Chemistry. 3rd ed. 1999.Philadelphia :
WB. Saunders Company.
Greenspan, F.S dan Strewler, G.D. Appendix. In Francis S.G and
Gordon J. S (eds), Basic and Clinical Endocrinology. 5th ed. 1997
London: Prentice-Hall International Inc
Gronowski, A.M dan Landau-Levine,M. Reproductive endocrine
fuction. In Carl, A.B dan
Edward, R.A (eds), The textbook of Clinical Chemistry. 3
rd ed. 1999.Philadelphia: WB. Saunders Company.
Linde. R dan Goshin J.P. Reproduction. In James P.G. Lawrence V.B (eds),
immunoassay Laboratory Analysis and Clinical Application. 1994. Boston
Butterworth-Heineman
Bodlaender. 1995. Progesteron : Physiology and Clinical
Utility. Melalui www.dpcweb.com
Vankrinken, L, dkk. 2000. HCG and Subunit : DPC Assay
Specificities and Clinical Utility in Obstetrical Care and Oncology. Melalui
www.dvcweb.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar