Minggu, 24 Januari 2016

Faal Pencernaan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya menjadi molekulnutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam aliran darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan. Organ yang termasuk dalam sistem Description: hal02pencernaan terbagi menjadi dua kelompok.
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d3/Stomach_colon_rectum_diagram-en.svg/220px-Stomach_colon_rectum_diagram-en.svg.png
Diagram sistem pencernaan manusia bagian perut
1.2  Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus.
1.3  Organ Pencernaan Tambahan (Aksesoris)
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
1.    Mulut (cavum oris) dan faring
Mulut merupakan alat (organ) pencernaan pertama, di dalamnya terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah. Macam gigi adalah gigi seri, gigi taring dan gigi geraham. Fungsi gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk merobek, gigi geraham untuk mengunyah makanan. Susunan gigi secara umum dari luar ke dalam meliputi lapisan email (sebagai pelindung lapisan gigi).

mulut

Lidah di dalam mulut berfungsi untuk mengecap rasa makanan, memindahkan makanan pada saat dikunyah dan membantu menelan makanan.
lidah

Kuncup pengecap di lidah disebut papilla. Daerah lidah yang peka terhadap rasa manis terletak di bagian ujung lidah, peka asam dan asin di pinggir lidah serta yang peka terhadap rasa pahit terletak di pangkal lidah. Saliva atau air ludah yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, berfungsi untuk melunakkan makanan serta membantu dalam menelan makanan. Saliva mengandung enzim ptialin. Makanan dari rongga mulut menuju ke kerongkongan melalui faring. Faring berupa saluran memanjang di belakang rongga mulut. Pada pangkal faring terdapat epiglotis, untuk menutup saluran pernapasan pada saat menelan makanan.
2.    Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan berupa saluran panjang yang terdapat di dalam leher, berfungsi untuk memasukkan makanan dari mulut menuju lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong makanan menuju lambung.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-hDIvJX_fAPNz6vGeuvNc8Sz4PWq59DqAlUZ5wS8jm8inneaQnF202iS4b9ec07pu3Qd2xmLc-OJA_84zAvkdp7o9icez6IJieg2ApUSuRlmmSGGNax4rCvoQt7ZUDWwhlEZe7zW-4yY/s1600/esophagus.jpg
Gambar saluran pencernaan bagian esofagus
1.      Lambung (ventriculus)
Description: http://learning.ecc-eurika.com/wp-content/uploads/2013/01/lambung.jpg
Gambar lambung
Lambung terdapat di dalam rongga perut di sebelah bawah difragma, berupa kantong penyimpanan makanan. Lambung terdiri dari tiga bagian : kardiak (bagian atas), fundus (bagian tengah) dan pilorus (bagian akhir). Lambung melakukan gerakan peristaltik dan pendular untuk meremas dan mengaduk makanan yang masuk. Di dalam lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan seperti asam khlorida (HCl), enzim pepsin dan enzim renin. Enzim ptialin dalam air ludah tidak dapat bekerja di dalam lambung karena terlalu asam (pH sekitar 1,5 sampai 3). Makanan berada di lambung kira-kira 3 sampai 4 jam atau sampai 7 jam untuk bahan makanan yang mengandung banyak lemak. Makanan yang sudah hancur sedikit demi sedikit masuk ke usus halus.

2.    Usus halus (intestinum)
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSUdP3C8Ge_Uyz-jY2JwasGPBwG0BSfEofkIyeiJUBL6QuTNtYLOf7LsLX8egXtj691EtP0IS5hecp-kDYNskw4eAUCIvtpfyn62WaGf2DJJczhQ6kLh3gjp5SXVKGyi19KZ7xV0auXlY/s1600/usus-halus.jpg
Gambar bagian usus halus
Usus halus terdapat 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (yeyenum) dan usus penyerap (ileum). Duodenum memiliki panjang sekitar dua belas jari, terdapat muara dari dua saluran saluran dari kelenjar pankreas dan saluran dari kantung empedu. Di dalam duodenum makanan dicerna dengan bantuan enzim pencernaan menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada duodenum sudah terjadi penyerapan (absorbsi) asam amino yang berlangsung cepat. Selanjutnya makanan melewati yeyenum (sekitar 7 meter) menuju ileum. Di dalam ileum terjadi penyerapan sari makanan hasil pencernaan. Dinding dalam dari ileum berlipat-lipat yang disebut dengan jonjot (villi). Villi berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan sari makanan. Sari makanan yang larut dalam air (seperti glukosa, asam amino, vitamin B dan C) diserap oleh darah dalam pembuluh kapiler kemudian diedarkan ke seluruh sel yang membutuhkan. Molekul glukosa diserap secara difusi dengan kecepatan maksimum 120 gram tiap jam. Sedangkan sari makanan yang larut dalam lemak (seperti asam lemak, gliserol, vitamin A, D dan E ) diserap dan diangkut oleh cairan getah bening (limfe) di dalam pembuluh kill. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna seperti zat serat (sellulosa) dan bahan yang telah diserap sarinya menuju ke usus besar. Makanan berada di dalam usus kira-kira 12 sampai 24 jam
3.    Usus Besar (Colon)
usus besar
Gambar bagian usus besar
Pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Belum diketahui fungsi utama appendiks. Usus besar memiliki ukuran yang lebih pendek dari pada usus halus, tetapi memiliki diameter lebih lebar sampai 3X usus halus (mencapai 7 cm). Pada usus besar terjadi penyerapan garam-garam mineral dari sisa makanan serta penyerapan air (reabsorbsi) dalam jumlah tertentu. Apabila sisa makanan kekurangan air, maka air dilepaskan kembali. Di alam usus besar terdapat banyak mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa makanan, seperti Escherichia coli. Sisa makanan yang telah busuk ini disebut faeces. Colon terdiri dari colon ascendens (naik), colon transcendens (mendatar) dan colon menurun.
4.    Rectum dan muara pelepasan (anus).
Description: http://medicastore.com/images/Prolapsus_Rektum.jpg
Faeces melalui rectum dilepaskan di anus.
1.4                 Kelenjar Pencernaan
Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim. Enzim pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Macam kelenjar pencernaan pada manusia diantaranya :
  • kelenjar ludah (parotis),
  • kelenjar lambung,
  • kelenjar pankreas dan hati.
a.       Kelenjar Ludah (parotis)
ludah
Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebelah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase ludah.
b.      Kelenjar Lambung
Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsin, enzim renin dan asam khlorida (HCl). Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau pengeluaran asam lambung dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan yang masuk ke dalam lambung, serta dipengaruhi oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Produksi asam lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.
c.       Kantong empedu
empedu
Kantong empedu menempel di hati, sebagai tempat menampung cairan empedu. Empedu dihasilkan dari perombakan sel darah merah yang tua atau rusak oleh hati. Cairan empedu dialirkan ke dalam duodenum. Pengeluaran cairan empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin. Hormon ini dihasilkan oleh duodenum.
d.      Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di rongga perut di dekat lambung. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan yang dialirkan menuju duodenum, yaitu:enzim amilase, enzim tripsinogen, enzim lipase dan NaHCO3. Sekresi enzim dari pankreas dipengaruhi oleh hormon sekretin. Hormon sekretin dihasilkan oleh duodenum pada saat makanan masuk duodenum (usus dua belas jari).
e.       Kelenjar di usus halus
Kelenjar pada usus halus menghasilkan enzim enterokinase, enzim erepsin (peptidase), enzim maltase, enzim sukrase, enzim laktase dan enzim nuklease serta lipase. Pengeluaran enzim-enzim ini dipengaruhi oleh hormon enterokrinin yang dihasilkan oleh duodenum.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Parameter Faal Pencernaan Manusia

a.       Melalui Feses

Pengertian Feses
Feses adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna, feses dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal. Maka dari itu feses dapat dijadikan salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses masih sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Sehingga feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Menurut dr. Banundari Rachmawati, (SpPK), feses terdiri dari Sisa makanan yang tidak dapat dicerna, pigmen dan garam empedu, sekresi intestinal termasuk mucus, leukosit yang bermigrasi dari aliran darah, epitel, bakteri, material inorganic terutama kalsium dan fosfat, makanan yang tercerna (dalam jumlah yang sangat sedikit) dan gas.
Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam feses, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan pemeriksaan feses sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh feses dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum. Bahan ini selalu harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi, berhati-hatilah dalam bekerja.
Untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Feses hendaknya diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja menjadi rusak. Untuk pemeriksaan feses, wadah yang sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik. Kalau konsistensi feses keras, dos karton berlapisan parafin juga boleh dipakai dan wadah harus bermulut lebar.
Jika akan memeriksa feses, pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya bagian yang bercampur darah atau lendir, dsb. Oleh karena unsur-unsur patologik biasanya tidak merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopik tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda negatif (-) , +, ++, atau +++ saja.
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah, pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan. Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap protozoa, telur cacing, epitel, kristal, makrofag, amilum, lemak, sel ragi, dan jamur selain itu juga leukosit, eritrosit apabila ada perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Alasan paling umum pengujian feses adalah untuk menentukan apakah ada satu jenis bakteri atau parasit yang menginfeksi usus. Banyak organisme sangat kecil yang hidup di dalam usus. Hal ini normal saja karena organisme ini memang diperlukan untuk pencernaan. Tetapi, kadang usus dapat terinfeksi oleh bakteri atau parasit jahat yang menjadi penyebab beberapa macam kondisi seperti diare berdarah. Jika begitu, mungkin akan diperlukan pemeriksaan terhadap feses di bawah mikroskop, membiakkannya (kultur), dan melakukan tes-tes lain untuk mencari penyebab dari masalah yang terjadi.
Terkadang feses juga dianalisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalamnya. Contoh dari analisa feses juga untuk memeriksa kandungan lemak dalam feses. Normalnya lemak akan habis diserap dari usus sehingga feses sama sekali tidak mengandung lemak. Namun di beberapa gangguan pencernaan, lemak tidak sepenuhnya diserap dan terbuang bersama feses.
Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
No.
Jenis pemeriksaan
Nilai normal
Keterangan
A.
1.
Makroskopis
Warna

Kuning kehijauan

Tergantung makanan /obat yang dikonsumsi
2.
Bau
Bau indol,scatol dan asam butirat
Bau busuk, asam, dan tengik menunjukan adanya proses pembusukan makanan atau gangguan pencernaan.
3.
Konsistensi
Agak lunak dan berbentuk
4.
Volume
100-300 gr/hari,70% air dan 30% sisa makanan
5.
Lendir
Tidak ada
Lendir banyak ada rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau ileokolitis.
6.
Darah
Tidak ada
B.
1.
Mikroskopis
Sel epitel

Ditemukan sedikit
2.
Lekosit dan makrophag
Ditemukan sedikit
Ditemukan banyak : peradangan
3.
Darah(tesben sidin)
Negative
4.
Telur dan jentik cacing
Negative
5.
Protozoa
Negative
6.
Bilirubin
Negative
+ : diare atau gangguan flora usus
7.
Urobilin
Positif
-      : obstruksi empedu


2.2  Makroskopis
Analisa Makroskopis Tinja
No.
Makroskopis Tinja
Kemungkinan penyabab
1.
Berbutir kecil,keras,warna tua
Kostipsi
2.
Volume besar,berbau,mengembang
Malabsorpsi lemak atau protein karena penyebab dari usus pancreas atau empedu
3.
Rapuh dengan lendir tanpa darah
Sindroma pada usus besar
4.
Rapuh dengan darah dan lendir (darah,lebih terlihat daripada lendir)
Radang usus besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas pada usus
5.
Hitam,mudah melekat seperti ter,volume besar,cair ada sisa padat sedikit
Kholero,E.coli keracunan
6.
Rapuh, ada nanah dan jaringan nekrotik,agak lunak berwarna sedikit putih abu-abu
Devertikulitis,abses pada usus,tumor usus,parasit,obstruksi saluran

1.        Warna
Warna feses yang di biarkan pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain urobilin yang normal ada,warna feses di pengaruhi oleh jenis makanan,oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning bertalian dengan susu,jagung,obat santonin atau bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang mengandung banyak sayur mayur jarang oleh biliverdin yang belum berubah. Warna abu-abu mungkin di sebabkan oleh karena tidak ada urobilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga setelah di pakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna depisiensi enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat di pertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan coklat,kopi dan seterusnya. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
Analisa Tinja Berdasarkan Warnanya
No.
Warna tinja
Penyebab patoligis
Penyebab tak patologis
1.
Coklat tua agak kuning
Tak ada
-warna pigmen empedu
-banyak makan daging
2.
Hitam
Perdarahan saluran empedu
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
3.
Abu-abu muda
Obstruksi saluran empedu
Banyak makan coklat atau kokoa
4.
Hijau atau kuning kehijauan
Tidak ada
Bnyak makan sayuran
5.
Merah
Perdarahan saluran usus bagian distal
Terlalu banyak makanan lobak merah atau biet

2.        Baunya
Bau normal feses di sebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan di rombak oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga feses berbau asam : keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentesai) zat-zat gula yang tidak di cerna karna umpamanya diare. Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam feses di sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.

3.        Konsistensi
       Feses normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses keras peragian karbon hidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas (CO2).

4.        Lendir
Adanya lendir berarti rangsangan atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu hanya di dapat di bagian luar feses,lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar jika bercampur bau dengan feses mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri, intususepsi dan ileocilitis mungkin di dapat lendir saja tanpa feses. Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi nanah.
5.        Darah
Perhatikanlah  apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan apakah bercampu baur atau hanya di bagian luar feses saja. Makin proximal terjadinya pendarahan, makin bercampurlah darah dengan feses dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagus atau hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
No.
Keadaan darah pada tinja/perdarahan
Kemungkinan penyabab
1.
Samar-samar sampai kuat di sertai rasa nyeri perut
Ulkus peptikum (lambung dan duodenum)
2.
Ringan,kadang-kadang menjadi berat
Gastritis erosive
3.
Perdarahan berat dan sekonyong-konyong
Pecahnya varices oesophagus atau Hipertensi portal pada serosis hepatis
4.
Perdarahan ringan tetapi tanpa nyeri terus menerus
-   peminum alcohol
-   sindroma mallori weiss
-   hernia hiatus
5.
Perdaraha sedang,tinja warna merah atau sawp matang
-   Devertikulum
-   Ulkus peptikum
6.
Perdarahan ringan berselang-seling kadang-kadang disertai diare dan lendir
Polip usus
7.
Perdarahan ringan sampai berat,disertai diare,nyeri perut, berat badan turun
-    Amubiasis
-    infeksi shigelia
-    infeksi usus besar (kolisis)
8.
Perdarahan ringan dan berselubung
Devertikulitis
9.
Perdarahan berat,terselubung dan pada orng tua
Karsinoma usus distal
10.
Perdarahan ringan warna merah muda,konstipasi dan dengan atau tanpa nyeri pada orang dewasa atau tua
Hemoroid

6.        Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dan lain-lain mungkin terlihat.

2.3  Mikroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis Tinja
No
Jenis pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan
1.
Pemeriksaan parasit (diambil tinja segar pada bagian yang ada darah atau lendir)
Untuk melihat keberadaan parasit (telur) dari cacing dan amuba
2.
Sisa makanan
-    melihat proses pencernaan
-    gangguan proteolisis (kberadaan serat otot atau bergaris )
-    gangguan malabsorpsi (missal:lemak,protein,dll)
3
Seluler
-      Sel epithel: iritasi mukosa
-      Loekosit:proses inflamasi usus
-      Eritrosit:perdarahan usus


Pemeriksaan Mikroskpis Secara Langsung
Pemeriksaan sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan pemeriksaan langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila feses sangat padat dapat ditambahkan sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat dua atau lebih sediaan.
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain itu larutan asam acetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipun begitu selalu akan dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi.

A.  Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus itu.



B.   Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu menyerupai ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.

C.   Leukosit
 Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada dysentri basiler, colitis ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar.

D.  Eritrosit
Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus. Pendapat ini selalu abnormal.

E.   Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.

F.    Sisa makanan
 Hampir seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elestik, dan lain-lain.
Untuk isentifikasi lebih lanjut emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Larutan jenuh sudan III atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga

G.  Sel ragi
Khusus glastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan kista ameba.


2.4  KIMIAWI
Darah Samar
Tes terhadap darh samar penting sekali untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yahng tidak dapat dinyatakan secara makroskopi atau mikroskopi. Banyak prosedur tes yang dipakai semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat sensiitif ada yang kurang sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering dipakai addalah tes guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses diapus di atas kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan guaiac, 1 tetes asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila dalam waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain atau timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti telah diterangkan dulu:
Negatif – tidak perubahan warna atau warna yang samar-samar hijau
Positif + hijau
Positif 2 + biru bercampurr hijau
Positif 3 + biru
Positif 4 + biru tua

Urolobin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin, hasil tes ini yang merah berarti fositip, jumlah urobil berkurang pada ikterus obsruktif, jika obstruksi total, hasil tes menjadi negatif.
Tes terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan penetapan kuantitatif urobilin nogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinnogen yang diekresikan per 24 jam sehingga permakna dalam keadaan seperti anemia himolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler.

Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.

























BAB III
PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA


R. Ganda Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Catatan Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sutedjo, AY. (2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM190904081601401


Tidak ada komentar:

Posting Komentar