BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive
system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang
lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan,
memecahnya menjadi molekulnutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut
ke dalam aliran darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan. Organ
yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok.
Diagram sistem
pencernaan manusia bagian perut
1.2 Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu
berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan,
memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju
pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar
tubuh melalui anus.
1.3 Organ Pencernaan Tambahan
(Aksesoris)
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu
saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam
rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan
kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan
akan memproduksi sekret yang berkontribusi
dalam pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar
pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
1.
Mulut (cavum oris)
dan faring
Mulut merupakan alat
(organ) pencernaan pertama, di dalamnya terdapat gigi, lidah dan kelenjar
ludah. Macam gigi adalah gigi seri, gigi taring dan gigi geraham. Fungsi gigi
seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk merobek, gigi geraham untuk
mengunyah makanan. Susunan gigi secara umum dari luar ke dalam meliputi lapisan
email (sebagai pelindung
lapisan gigi).
Lidah di dalam mulut berfungsi untuk mengecap rasa makanan, memindahkan makanan pada saat dikunyah dan membantu menelan makanan.
Kuncup pengecap di lidah disebut papilla. Daerah lidah yang peka terhadap rasa manis terletak di bagian ujung lidah, peka asam dan asin di pinggir lidah serta yang peka terhadap rasa pahit terletak di pangkal lidah. Saliva atau air ludah yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, berfungsi untuk melunakkan makanan serta membantu dalam menelan makanan. Saliva mengandung enzim ptialin. Makanan dari rongga mulut menuju ke kerongkongan melalui faring. Faring berupa saluran memanjang di belakang rongga mulut. Pada pangkal faring terdapat epiglotis, untuk menutup saluran pernapasan pada saat menelan makanan.
2. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan berupa saluran panjang yang terdapat di dalam leher, berfungsi
untuk memasukkan makanan dari mulut menuju lambung. Di dalam kerongkongan
terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong makanan menuju lambung.
Gambar saluran
pencernaan bagian esofagus
1.
Lambung (ventriculus)
Gambar lambung
Lambung
terdapat di dalam rongga perut di sebelah bawah difragma, berupa kantong
penyimpanan makanan. Lambung terdiri dari tiga bagian : kardiak (bagian atas), fundus (bagian tengah)
dan pilorus (bagian akhir). Lambung melakukan
gerakan peristaltik dan pendular untuk meremas dan mengaduk makanan yang masuk.
Di dalam lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan seperti
asam khlorida (HCl), enzim pepsin dan enzim renin. Enzim ptialin dalam air ludah
tidak dapat bekerja di dalam lambung karena terlalu asam (pH sekitar 1,5 sampai
3). Makanan berada di lambung kira-kira 3 sampai 4 jam atau sampai 7 jam untuk
bahan makanan yang mengandung banyak lemak. Makanan yang sudah hancur sedikit demi
sedikit masuk ke usus halus.
2. Usus halus (intestinum)
Gambar
bagian usus halus
Usus halus
terdapat 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (yeyenum)
dan usus penyerap (ileum). Duodenum memiliki panjang sekitar dua belas
jari, terdapat muara dari dua saluran saluran dari kelenjar pankreas
dan saluran dari kantung empedu. Di dalam duodenum makanan dicerna dengan
bantuan enzim pencernaan menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada duodenum
sudah terjadi penyerapan (absorbsi) asam amino yang berlangsung cepat.
Selanjutnya makanan melewati yeyenum (sekitar 7 meter) menuju ileum. Di dalam
ileum terjadi penyerapan sari makanan hasil pencernaan. Dinding dalam dari
ileum berlipat-lipat yang disebut dengan jonjot (villi). Villi
berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan sari makanan. Sari makanan yang
larut dalam air (seperti glukosa, asam amino, vitamin B dan
C) diserap oleh darah dalam pembuluh kapiler kemudian diedarkan ke seluruh sel
yang membutuhkan. Molekul glukosa diserap secara difusi dengan
kecepatan maksimum 120 gram tiap jam. Sedangkan sari makanan yang larut dalam
lemak (seperti asam lemak, gliserol, vitamin A, D dan E ) diserap dan diangkut
oleh cairan getah bening (limfe) di dalam pembuluh kill. Sisa
makanan yang tidak dapat dicerna seperti zat serat (sellulosa) dan
bahan yang telah diserap sarinya menuju ke usus besar. Makanan berada di dalam usus
kira-kira 12 sampai 24 jam
3. Usus Besar (Colon)
Gambar
bagian usus besar
Pertemuan antara usus halus dan usus
besar terdapat usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Belum
diketahui fungsi utama appendiks. Usus besar memiliki ukuran yang lebih pendek
dari pada usus halus, tetapi memiliki diameter lebih lebar sampai 3X usus halus
(mencapai 7 cm). Pada usus besar terjadi penyerapan garam-garam mineral dari
sisa makanan serta penyerapan air (reabsorbsi) dalam jumlah tertentu.
Apabila sisa makanan kekurangan air, maka air dilepaskan kembali. Di alam usus
besar terdapat banyak mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa makanan,
seperti Escherichia coli. Sisa makanan yang telah busuk ini disebut faeces.
Colon terdiri dari colon ascendens (naik), colon
transcendens (mendatar) dan colon menurun.
4. Rectum dan muara pelepasan (anus).
Faeces melalui rectum dilepaskan di anus.
1.4
Kelenjar
Pencernaan
Pencernaan makanan di
dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim. Enzim pencernaan dihasilkan oleh
kelenjar pencernaan. Macam kelenjar pencernaan pada manusia diantaranya :
- kelenjar
ludah (parotis),
- kelenjar
lambung,
- kelenjar
pankreas dan hati.
a.
Kelenjar Ludah (parotis)
Kelenjar ludah terdapat di bawah
lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebelah
kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva).
Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan
tertentu serta refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam
mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase ludah.
b.
Kelenjar Lambung
Lambung
memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsin,
enzim
renin dan asam khlorida (HCl). Enzim pepsin
berasal dari pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau
pengeluaran asam lambung dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan
yang masuk ke dalam lambung, serta dipengaruhi oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Produksi asam
lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.
c.
Kantong empedu
Kantong empedu menempel di hati,
sebagai tempat menampung cairan empedu. Empedu dihasilkan dari perombakan sel
darah merah yang tua atau rusak oleh hati. Cairan empedu dialirkan ke dalam duodenum.
Pengeluaran cairan empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin.
Hormon ini dihasilkan oleh duodenum.
d.
Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di
rongga perut di dekat lambung. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan yang
dialirkan menuju duodenum, yaitu:enzim amilase, enzim tripsinogen,
enzim lipase dan NaHCO3. Sekresi enzim dari pankreas
dipengaruhi oleh hormon sekretin. Hormon sekretin dihasilkan
oleh duodenum pada saat makanan masuk duodenum (usus dua
belas jari).
e.
Kelenjar di usus halus
Kelenjar pada
usus halus menghasilkan enzim enterokinase, enzim erepsin (peptidase), enzim maltase, enzim sukrase, enzim laktase dan enzim nuklease serta lipase. Pengeluaran enzim-enzim ini
dipengaruhi oleh hormon enterokrinin
yang dihasilkan oleh duodenum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Parameter
Faal Pencernaan Manusia
a. Melalui
Feses
Pengertian
Feses
Feses adalah sisa
makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan tubuh
dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam
saluran cerna, feses dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan
yang abnormal. Maka dari itu feses dapat dijadikan salah
satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu
penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan
laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan
diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium yang canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses
masih sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses,
cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan dan interpretasi yang
benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Sehingga
feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada
system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan
gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.
Dalam keadaan normal dua pertiga
tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran
pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol,
skatol dan sterkobilinogen. Menurut dr.
Banundari Rachmawati, (SpPK), feses terdiri dari Sisa makanan yang tidak dapat
dicerna, pigmen dan garam empedu, sekresi intestinal termasuk mucus, leukosit
yang bermigrasi dari aliran darah, epitel, bakteri, material inorganic terutama
kalsium dan fosfat, makanan yang tercerna (dalam jumlah yang sangat sedikit)
dan gas.
Pada keadaan patologik seperti
diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam feses, karena
makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat
diabsorpsi secara sempurna.
Bahan pemeriksaan feses sebaiknya
berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan
contoh feses dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.
Bahan ini selalu harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,
berhati-hatilah dalam bekerja.
Untuk pemeriksaan biasa dipakai
feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Feses
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali
unsur-unsur dalam tinja menjadi rusak. Untuk pemeriksaan feses, wadah yang
sebaiknya ialah yang terbuat dari kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat
ditembus seperti plastik. Kalau konsistensi feses keras, dos karton berlapisan
parafin juga boleh dipakai dan wadah harus bermulut lebar.
Jika akan memeriksa feses,
pilihlah selalu sebagian dari feses itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untuk menemui kelainan, umpamanya bagian yang bercampur darah
atau lendir, dsb. Oleh karena unsur-unsur patologik biasanya tidak merata, maka
hasil pemeriksaan mikroskopik tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda negatif (-) , +, ++, atau +++ saja.
Pemeriksaan feses
dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis
dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan
warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir,
pemeriksaan darah, pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan
adanya sisa makanan. Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan darah samar,
urobilin, urobilinogen dan bilirubin. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri
dari pemeriksaan terhadap protozoa, telur cacing, epitel, kristal, makrofag,
amilum, lemak, sel ragi, dan jamur selain itu juga leukosit, eritrosit apabila
ada perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna
merah pada tinja khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah
akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi warna coklat kehitaman.
Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Alasan paling umum pengujian feses
adalah untuk menentukan apakah ada satu jenis bakteri atau parasit yang
menginfeksi usus. Banyak organisme sangat kecil yang hidup di dalam usus. Hal
ini normal saja karena organisme ini memang diperlukan untuk pencernaan. Tetapi,
kadang usus dapat terinfeksi oleh bakteri atau parasit jahat yang menjadi
penyebab beberapa macam kondisi seperti diare berdarah. Jika begitu, mungkin
akan diperlukan pemeriksaan terhadap feses di bawah mikroskop, membiakkannya
(kultur), dan melakukan tes-tes lain untuk mencari penyebab dari masalah yang
terjadi.
Terkadang feses juga dianalisa
untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalamnya. Contoh dari analisa feses
juga untuk memeriksa kandungan lemak dalam feses. Normalnya lemak akan habis diserap
dari usus sehingga feses sama sekali tidak mengandung lemak. Namun di beberapa
gangguan pencernaan, lemak tidak sepenuhnya diserap dan terbuang bersama feses.
Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
No.
|
Jenis pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Keterangan
|
A.
1.
|
Makroskopis
Warna
|
Kuning kehijauan
|
Tergantung makanan /obat yang dikonsumsi
|
2.
|
Bau
|
Bau indol,scatol dan asam butirat
|
Bau busuk, asam, dan tengik menunjukan adanya proses pembusukan makanan
atau gangguan pencernaan.
|
3.
|
Konsistensi
|
Agak lunak dan berbentuk
|
|
4.
|
Volume
|
100-300 gr/hari,70% air dan 30% sisa makanan
|
|
5.
|
Lendir
|
Tidak ada
|
Lendir banyak ada rangsangan.
Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus halus
Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau ileokolitis.
|
6.
|
Darah
|
Tidak ada
|
|
B.
1.
|
Mikroskopis
Sel epitel
|
Ditemukan sedikit
|
|
2.
|
Lekosit dan makrophag
|
Ditemukan sedikit
|
Ditemukan banyak : peradangan
|
3.
|
Darah(tesben sidin)
|
Negative
|
|
4.
|
Telur dan jentik cacing
|
Negative
|
|
5.
|
Protozoa
|
Negative
|
|
6.
|
Bilirubin
|
Negative
|
+ : diare atau gangguan flora usus
|
7.
|
Urobilin
|
Positif
|
- : obstruksi empedu
|
2.2 Makroskopis
Analisa Makroskopis Tinja
No.
|
Makroskopis Tinja
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Berbutir kecil,keras,warna tua
|
Kostipsi
|
2.
|
Volume besar,berbau,mengembang
|
Malabsorpsi lemak atau protein karena penyebab dari usus pancreas atau
empedu
|
3.
|
Rapuh dengan lendir tanpa darah
|
Sindroma pada usus besar
|
4.
|
Rapuh dengan darah dan lendir (darah,lebih terlihat daripada lendir)
|
Radang usus besar,tipoid,amubiasis,tumor ganas
pada usus
|
5.
|
Hitam,mudah melekat seperti ter,volume besar,cair ada sisa padat sedikit
|
Kholero,E.coli keracunan
|
6.
|
Rapuh, ada nanah dan jaringan nekrotik,agak lunak berwarna sedikit putih
abu-abu
|
Devertikulitis,abses pada usus,tumor usus,parasit,obstruksi saluran
|
1.
Warna
Warna feses yang di biarkan pada udara menjadi lebih tua karna terbentuknya lebih
banyak urobilin dari urobilinogen yang diexkresikan lewat usus. Urobilinogen tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat tua.selain
urobilin yang normal ada,warna feses di pengaruhi oleh jenis makanan,oleh kelainan
dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang di berikan.
Warna kuning
bertalian dengan susu,jagung,obat santonin atau bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang mengandung banyak sayur mayur jarang oleh
biliverdin yang belum berubah. Warna abu-abu mungkin di sebabkan oleh
karena tidak ada urobilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada
ikterus obstroktip (tinja acholik ) dan juga setelah di pakai garam barium pada
pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itupun mungkin terjadi
kalau makanan mengandung banyak lemak yang tidak di cernakan karna depisiensi
enzim pancreas. Merah muda biasanya oleh perdarahan
yang segar dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat di pertalikan dengan perdarahan proximal atau dengan makanan
coklat,kopi dan seterusnya. Warna hitam oleh carbo medicinalis,
oleh obat-obatan mengandung besi dan mungkin juga oleh melena.
Analisa Tinja Berdasarkan Warnanya
No.
|
Warna tinja
|
Penyebab patoligis
|
Penyebab tak patologis
|
1.
|
Coklat tua agak kuning
|
Tak ada
|
-warna pigmen empedu
-banyak makan daging
|
2.
|
Hitam
|
Perdarahan saluran empedu
|
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
|
3.
|
Abu-abu muda
|
Obstruksi saluran empedu
|
Banyak makan coklat atau kokoa
|
4.
|
Hijau atau kuning kehijauan
|
Tidak ada
|
Bnyak makan sayuran
|
5.
|
Merah
|
Perdarahan saluran usus bagian distal
|
Terlalu banyak makanan lobak merah atau biet
|
2.
Baunya
Bau normal feses di sebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak
dicernakan dan di rombak oleh kuman-kuman. Reaksi feses menjadi lindi
pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga feses berbau asam :
keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentesai) zat-zat gula yang tidak di
cerna karna umpamanya diare. Reaksi feses dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam feses di sebabkan oleh perombakan zat lemak pelepasan asam-asam lemak.
3.
Konsistensi
Feses normal agak
lunak dengan mempunyai bentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau
cair, sedangkan sebaliknya pada konstipasi di daat feses keras peragian
karbon hidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas (CO2).
4.
Lendir
Adanya lendir berarti rangsangan
atau radang ding-ding usus. Kalau lendir itu hanya di dapat di bagian luar feses,lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar jika bercampur bau dengan feses mungkin sekali usus kecil. Pada dysenteri,
intususepsi dan ileocilitis mungkin di dapat lendir saja tanpa feses. Kalau lendir berisi banyak leukosit terjadi
nanah.
5.
Darah
Perhatikanlah
apa darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan apakah bercampu
baur atau hanya di bagian luar feses saja. Makin proximal terjadinya pendarahan, makin
bercampurlah darah dengan feses dan makin hitamlah warnanya. Jumlah darah yang
besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam oesophagus atau hemorhoid.
Analisa keberadaan darah pada tinja
No.
|
Keadaan darah pada
tinja/perdarahan
|
Kemungkinan penyabab
|
1.
|
Samar-samar sampai kuat di
sertai rasa nyeri perut
|
Ulkus peptikum (lambung dan
duodenum)
|
2.
|
Ringan,kadang-kadang menjadi
berat
|
Gastritis erosive
|
3.
|
Perdarahan berat dan
sekonyong-konyong
|
Pecahnya varices oesophagus
atau Hipertensi portal pada serosis hepatis
|
4.
|
Perdarahan ringan tetapi
tanpa nyeri terus menerus
|
- peminum alcohol
- sindroma mallori weiss
- hernia hiatus
|
5.
|
Perdaraha sedang,tinja warna
merah atau sawp matang
|
- Devertikulum
- Ulkus peptikum
|
6.
|
Perdarahan ringan
berselang-seling kadang-kadang disertai diare dan lendir
|
Polip usus
|
7.
|
Perdarahan ringan sampai
berat,disertai diare,nyeri perut, berat badan turun
|
- Amubiasis
- infeksi shigelia
- infeksi usus besar (kolisis)
|
8.
|
Perdarahan ringan dan
berselubung
|
Devertikulitis
|
9.
|
Perdarahan berat,terselubung
dan pada orng tua
|
Karsinoma usus distal
|
10.
|
Perdarahan ringan warna
merah muda,konstipasi dan dengan atau tanpa nyeri pada orang dewasa atau tua
|
Hemoroid
|
6.
Parasit
Cacing ascaris, ancylostoma, dan
lain-lain mungkin terlihat.
2.3 Mikroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis Tinja
No
|
Jenis pemeriksaan
|
Tujuan pemeriksaan
|
1.
|
Pemeriksaan parasit (diambil tinja segar pada bagian yang ada darah atau
lendir)
|
Untuk melihat keberadaan parasit (telur) dari cacing dan amuba
|
2.
|
Sisa makanan
|
- melihat proses pencernaan
- gangguan proteolisis
(kberadaan serat otot atau bergaris )
- gangguan malabsorpsi
(missal:lemak,protein,dll)
|
3
|
Seluler
|
- Sel epithel: iritasi mukosa
- Loekosit:proses inflamasi usus
- Eritrosit:perdarahan usus
|
Pemeriksaan Mikroskpis Secara Langsung
Pemeriksaan sederhana
dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan pemeriksaan
langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila
feses sangat padat dapat ditambahkan sedikit air selanjutnya ditutup dengan
deck glass, buat dua atau lebih sediaan.
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha
mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan
pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain itu larutan asam acetat 10% dipakai
untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan
rutin.
Sediaan hendaknya tipis,
agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipun begitu selalu akan
dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin
lagi.
A. Sel epitel
Beberapa sel
epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan
dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal,
sel-sel itu sebagian atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak
kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus itu.
B. Makrofag
Sel-sel besar
berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel
lain (leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel
itu menyerupai ameba; perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C. Leukosit
Lebih jelas
terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes
larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan,
tidak ada artinya. Pada dysentri basiler, colitis ulcerosa dan peradangan
lain-lain, jumlahnya menjadi besar.
D. Eritrosit
Hanya dilihat kalau
lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus. Pendapat ini selalu
abnormal.
E. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak
banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin terlihat
kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan
mungkin dijumpai kristal chacot-leyden adan kristal hematoidin.
F. Sisa makanan
Hampir
seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu
sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal
dari hewan, seperti serat otot, serat elestik, dan lain-lain.
Untuk isentifikasi lebih lanjut
emulsi tunja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum) yang tidak sempurna
dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Larutan jenuh sudan III
atau sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes
merah atau jingga
G. Sel ragi
Khusus glastocystis
hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya
jangan kista ameba.
2.4 KIMIAWI
Darah Samar
Tes terhadap darh samar penting
sekali untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yahng tidak dapat dinyatakan
secara makroskopi atau mikroskopi. Banyak prosedur tes yang dipakai
semuanya mempunyai keterbatasan ada yang sangat sensiitif ada yang kurang
sensitif dan selalu nonspesifik. Yang paling sering dipakai addalah
tes guaiac, yang mempunyai reasksi palsu kecil. Stetes kecil feses diapus di
atas kertas-kertas saring selanjutnya di tambaahkan 1 tetes larutan guaiac, 1
tetes asam aselat glasial dan 1 tetes hidrogen peroksida, tes positif bila
dalam waktu 30 detik timbul warna biru atau hijau gelap, bila timbul warna lain
atau timbul setelah 30 detik reaksi dinyatakan negatif.
Catatan
Hasil dinilai dengan cara seperti
telah diterangkan dulu:
Negatif – tidak perubahan warna atau
warna yang samar-samar hijau
Positif + hijau
Positif 2 + biru bercampurr hijau
Positif 3 + biru
Positif 4 + biru tua
Urolobin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin, hasil tes ini yang merah berarti
fositip, jumlah urobil berkurang pada ikterus obsruktif, jika obstruksi total,
hasil tes menjadi negatif.
Tes terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan
penetapan kuantitatif urobilin nogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif itu
dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinnogen yang diekresikan per
24 jam sehingga permakna dalam keadaan seperti anemia himolitik, ikterus
obstruktif dan ikterus hepatoseluler.
Urobilinogen
Penetapan kuantitatif
urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen
yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia
hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes
tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium.
Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan urobilin urin.
Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan
beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah
menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif
pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi
urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang
diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode
pemeriksaan Fouchet.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
R. Ganda Soebrata.
(1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Catatan
Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar
Lampung
Sutedjo, AY.
(2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM190904081601401
Tidak ada komentar:
Posting Komentar