BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Faal
paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti menguji
apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaaan normal atau abnormal.
Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan
tertentu. Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat menimbulkan
keadaan yang disebut gagal napas dan dapat mendatangan kematian kepada
penderita. ( Blondshine,2000)
Sejumlah
gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di paru-paru dan saluran
pernafasan. Efek yang paling penting adalah pada saluran napas dan elastisitas
paru-paru. Pengujian Spirometri adalah penting dalam mendeteksi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometri merupakan alat
skrining untuk penyakit paru dan paling sering dilakukan untuk menguji fungsi
paru serta mendeteksi kelainan pada saluran pernapasan. Spirometri adalah tes
fungsi paru yang paling sering digunakan untuk menapis (screening) penyakit
paru. Indikasi lain penggunaan spirometri adalah untuk menentukan kekuatan dan
fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan terutama akibat
pencemaran lingkungan dan asap rokok.
Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi dan efek pengobatan. Banyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi
atau restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini terhadap gangguan
fungsi paru yang kemungkinan dapat terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan
pencegahan secepatnya. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume
ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.( Alasagaff,2005)
1.2 TUJUAN
Ø Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi paru
Ø Untuk
mengetahui uji faal paru
Ø Untuk
mengetahui spirometri
.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Anatomi Dan Fisiologi Paru
2.1.1.
Sistem Pernapasan
Organ
pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai tempat
pertukaran gas. Bagian penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari
bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Struktur saluran
udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan
serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk (Plopperdan Adams, 1993;
Bergman et al 1996).
2.1.2.
Rongga hidung
Udara
dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.(
Evelyn, Pearce, 1992)
2.1.3.
Faring (Tenggorokan)
Udara
dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan
orofaring pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior)
terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring
juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan ( Evelyn,
Pearce, 1992).
2.1.4
Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan
berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di
rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang
tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di
dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang
sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang
disebut gelembung paru-paru (alveolus).
2.1.5.
Pangkal Tenggorokan (Laring)
Laring
merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal
laring. Laring diselaputi oleh
membrane
mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat
untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah
menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal
tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal
tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu
bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan
bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
2.1.6.
Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan
(trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu
bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer)
bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus
sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Dinding alveolus mengandung
kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan
udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan
bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru ( Evelyn, Pierce, 1992).
Gambar 2.1 : Anatomi Paru
Sumber : (Evelyn. Pearce, Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis, Tahun 1992, Hal 219)
2.1.7.
Fisiologi Pernapasan
Paru-paru
dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru
dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan
berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung
terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada
berkerut kearah yang berlawanan (Guyton, 2006).
Otot
diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya
bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam
paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan
luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar
interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma kearah
atas membantu mengembalikan volume rongga pleura (Guyton, 2006).
Pada
waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan
napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan
bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas
bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas
dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin, 2001).
Paru-paru
merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang mengeluarkan semua
udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan
pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan dinding
rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan
tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam
rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru
dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata (Ganong, 2005).
Inspirasi
merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg
relatif terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan
paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan
udara sehingga menjadi sedikit negatif
dan
udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada
kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada
seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga
udara mengalir ke luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001).
Pada
saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti
sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi
atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang
karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem
pernapasan (Syaifuddin, 2001).
Selama
pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot-otot
yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi,
kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan
ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai
30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih
besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru-paru meningkat dengan
kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks (Syaifuddin,
2001).
2.1.8 Uji Faal Paru
Uji
faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu
dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan
berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan
diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi
penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan mengalami
pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru obstruktif
menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang bersangkutan menderita
penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.
Secara
lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas,
perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Fungsi
pam disebut normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg
dan disebut gagal napas apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 lebih dari
50mmHg. Apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg, dikatakan
bahwa fungsi difusi gas berlangsung normal.
Untuk
keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru seseorang cukup
dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi nilainya
baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru
lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian
mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan spirometer untuk
mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar
atau masuk ke dalam spirometer (Alsagaff,dkk, 2005).
Volume paru
manusia rata-rata adalah 6 liter udara dan hanya sedikit saja yang digunakan
dalam pernapasan biasa. Volume paru menunjukkan adanya perbedaan fisik,
kapasitas paru menunjukkan beberapa kombinasi volume paru yang berbeda,
sehubungan dengan aktifitas pernafasan (menghirup dan mengeluarkan).
Kapasitas
total paru yang paling besar yang dicatat oleh seorang peneliti Inggris, Peter
Reed adalah 11,6 liter. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi volume paru, beberapa diantaranya dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Jenis kelamin ( laki-laki memiliki kapasitas paru yang
lebih besar dari pada
perempuan) .
2. Tinggi badan
( orang yang berbadan tinggi memiliki kapasitas paru yang lebih
besar dari
pada orang yang pendek)
3.
Status merokok ( tidak merokok memiliki kapasitas paru
yang lebih besar dari
pada
perokok)
4.
Pergerakan fisik (atlit lebih besar memiliki kapasitas
paru dari pada tidak)
5.
Tinggi permukaan tanah (orang yang tinggi di dataran
tinggi lebih besar kapasitas parunya dari pada orang yang tinggal di daerah
dataran rendah). Seseorang
yang lahir pada daerah yang memiliki ketinggian yang rendah, memiliki kapasitas
paru yang lebih kecil dari pada orang yang tinggal pada daerah yang lebih
tinggi. Hal ini terjadi karena atmosfir kurang padat pada permukaan yang lebih
tinggi dan karena itu pada volume yang sama akan mengandung molekul gas yang
lebih sedikit termasuk oksigen. Karena itu paru akan lebih besar untuk
menghasilkan lebih banyak udara.
2.1.9 Parameter pemeriksaan faal paru
2.1.9.1 AGD (Analisa Gas Darah)
Pemeriksaan
Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri. Pengukuran gas darah arteri
memberikan informasi dalam mengkaji dan memantau respirasi klien dan metabolisme asam-basa, serta homeostatis
elektrolit. AGD juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah
penting yang harus diketahuidalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH,
PCO2,HCO3-,PO2,dan SaO2.
Pemeriksaan gas darah
dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar
karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah penting untuk menilai
keadaan fungsi paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah
astrup dari arteri radialis, brakhialis, atau femoralis.
2.1.9.2 Cara Kerja
Tujuan
Tujuan
dari analisa gas darah ada 3, yaitu :
1.
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2.
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3.
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Ø Pre Analitik
1. Persiapan Pasien
a.
Jelaskan
prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b.
Jelaskan
bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c.
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
2.
Bahan Pemeriksaan :
1.
Darah
2.
Serum
3.
Plasma
3.
Parameter :
A. Blood
Gas Parameters :
pH, PCO2, PO2
B.
Electrolyte Parameters : Sodium (Na+),
Potassium (K+), Chloride (Cl–), Calcium (Ca2+)
C. Hematocrit
(Hct)
4. Persiapan Sampel
A.
Lakukan pengambilan sampel darah
arteri yang letaknya dapat dilakukan pada:
1. Arteri Radialis,
merupakan pilihan pertama yang
paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan
atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis,
merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan
ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan
terakhir apabila pada
semua arteri diatas tidak dapat
diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke
seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang
dapat
mengakibatkan berlangsung lama dapat
menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar,
sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
B.
Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1
cc darah.
C.
Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus
D.
Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
E.
Pengecekan BGA dan reagen
Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah :
1.
Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar
dan memancar.
2.
Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
3.
Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen yang
diberikan.
4.
Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
Ø Analisis
·
Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke
setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan
gas standar melalui pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan perbedaan
panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal analog (420).
·
Cara Kerja
1.
Nyalakan power ON
2. Setiap
pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate
kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila
ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk
mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK.
Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan pemeriksaan, alat
ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4. Apabila
alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan
pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis
kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap
secara otomatis selang akan masuk sendiri. Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan
dengan kondisi.
5.
Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB,
suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen
yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
6.
Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan
keluar melalui printer.
Ø Post Analitik
1.
Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati
2.
hasil pemeriksaan
dicetak
3.
hasil pemeriksaan pada
data pasien
dicatat pada log book
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faal
paru adalah kerja
atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti menguji apakah fungsi paru
seseorang berada dalam keadaaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru
biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu. Penurunan
fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat menimbulkan keadaan yang disebut
gagal napas dan dapat mendatangan kematian kepada penderita.
Parameter faal paru diantaranya adalah
dengan pemeriksaan analisa gas darah.analisa gas darah adalah
mengetahui fungsi jantung dengan pemeriksaan dapat dilakukan melalui
pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis,selain
itu Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa dan terakhir Menilai
kondisi fungsi metabolisme tubuh. Pemeriksaan
analisa gas darah dapat mengindikasikan penyakit Pasien dengan penyakit
obstruksi paru kronik, dema pulmo, pasien akut respiratori distress sindrom
(ARDS) , Infark miokard, Pneumonia.
3.2 Saran
Dalam pemeriksaan analisa gas darah harus diperhatikan
pre instrumentasi, proses pemeriksaan dan pasca instrumentasi agar didapatkan
hasil yang akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar