BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Otak
(bahasa
Inggris: encephalon)
adalah pusat sistem saraf (bahasa
Inggris: central
nervous system, CNS) pada vertebrata
dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang
memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak
mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku
dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan
darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab
terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh
karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf
didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi
manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab
atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan,
pembelajaran
motorik dan segala bentuk pembelajaran
lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel:
glia dan neuron. Glia
berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa
informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka
berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan
berbagai macam bahan kimia
yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan
pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga
mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga
seratus miliar neuron.
Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak
PUFA (bahasa Inggris: polyunsaturated fatty acids),
yaitu asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang terletak
pada posisi sn2 dari molekul fosfogliserida dalam membran sel
neuron. PUFA dapat terlepas dari fosfogliserida oleh
stimulasi fosfolipase PLA-2. Molekul
AA yang terlepas akan diproses oleh enzim siklo oksigenase menjadi prostaglandin
dan tromboksana, atau diproses
oleh enzim
5-lipo oksigenase menjadi lipoksin. Baik AA maupun
DHA dapat diproses oleh enzim lipo oksigenase guna
membentuk senyawa turunan hidroksi dan leukotriena.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa anatomi fisiologi dari otak?
2. Apa saja parameter pemeriksaan faal otak?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui anatomi fisiologi dari otak
2. Mengetahui parameter pemeriksaan otak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Otak
Otak merupakan bagian sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua informasi, tindakan, sikap, pikiran, dan emosi diolah di otak. Walaupun massa otak tidak lebih dari sepersepuluh keseluruhan berat manusia, tapi otak mengkonsumsi energi lebih dari dua per tiga dari keseluruhan konsumsi eneri manusia. Dengan kata lain, otak bekerja lebih aktif jika dibandingkan dengan organ-organ lain.
Bagian
utama otak adalah korteks yang memiliki berat tiga per empat dari berat otak.
Korteks terdiri dari enam lapis sel, dendrit, dan beberapa akson. Ahli
neurologi membagi korteks menjadi daerah-daerah (lobe) yang memiliki
fungsi tersendiri (Wolfe: 22). Berdasarkan fungsinya, Luria (dalam Dharmaperwira-Prins,
2004) membedakan bagian otak menjadi tiga tingkatan fungsional.
Tingkatan
fungsional pertama adalah fermatio reticularis yang bertanggung jawab
atas kesiagaan dan kewaspadaan. Bagian ini terletak pada balok otak. Semua
informasi yang masuk melalui pancaindra (baik informasi visual, auditif, dan
taktil) melewati fermatio reticularis yang akan mengaktifkan korteks
sehingga informasi dapat dianalisis. Dengan kata lain, bagian ini berperan
dalam perhatian dan konsentrasi. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 9)
Tingkatan
fungsional kedua meliputi korteks posterior yang berfungsi menganalisis,
mengintegrasikan, dan mengumpulkan informasi dari pancaindra. Bagian ini
terdiri dari lobus oksipital yang berfungsi menerima dan mengolah informasi
visual, lobus parietal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi taktil,
dan lobus temporal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi auditif. Pada
setiap lobus, bagian otak dibagi menjadi tiga zona. Bagian pertama adalah zona
korteks primer yang merupakan bagian yang pertama kali mendapat rangsangan.
Pada bagian inilah informasi dari pancaindra disusun. Bagian kedua adalah zona
korteks sekunder yang berfungsi mengintegrasikan informasi yang masuk sehingga
dapat mengenali informasi tersebut. Cedera pada zona ini menyebabkan
penderitanya tidak dapat mengenali informasi yang diterima dari pancaindranya.
Bagian ketiga adalah zona tersier yang berfungsi mengintegrasikan informasi
dari ketiga pancaindera dan informasi dari daerah otak yang lain sehingga
meghasilkan bentuk yang lebih abstrak. Misalnya, ketika mendengar “sisir”, kita
tahu bagaimana bentuknya, bagaimana rasanya, dan apa fungsinya.
(Dharmaperwira-Prins, 2004: 10)
Tingkatan
fungsional ketiga adalah korteks frontal yang berfungsi dalam inisiasi dan
koordinasi sadar. Bagian ini berperan dalam organisasi gerakan-gerakan otot.
Lobus frontal menerima dan menginregrasikan rangsangan dari luar,
memformulasikan aktivitas motorik dan mental, serta merkam reaksi sensoris dari
hasil aktivitas (Dharmaperwira-Prins, 2004: 11). Dengan kata lain, daerah ini
berperan dalam mengatur perbuatan kita.
Selain
bagian tersebut, terdapat juga bagian-bagian penunjang. Hypothalamus
yang berada di atas balok otak berperan dalam proses biokimia badan, terutama
dalam mengatur kelenjar endokrin dan sistem imun. Di atasnya terdapat thalamus
yang mengandung banyak nukleus yang merupakan persinggahan informasi pancaindra
dari dan ke otak. Di dekat thalamus dan hypothalamus terdapat amygdala
yang berfungsi sebagai pengontrol emosi. Tepat di samping amygdala terdapat
Hippcampus yang berfungsi menyimpan memori langsung (immediate past
memory). Selain itu organ ini juga berperan mendistribusikan informasi ke
kortek, yang bertanggung jawab terhadap memori jangka panjang. Dengan kata
lain, hippocampus memiliki peranan penting dalam membangun memori jangka
panjang. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 12)
Otak
kecil (Cerebellum) berfungsi sebagai kontrol ketepatan, keseimbangan
serta integrasi gerakan. Aksi atau gerakan yang dilakukan berulang-ulang akan tersimpan
di otak kecil, sehingga ketika aksi atau gerakan tersebut berulang, maka otak
kecil mengambil alih fungsi pikiran sadar (Wolfe, 2010: 26). Dengan kata lain,
otak kecil juga berperan dalam koordinasi aksi atau gerakan refleks.
Bagian yang tidak kalah penting adalah batang otak (Brainstem) yang
berfungsi sebagai kendali aksi atau gerakan bawah sadar, seperti bernafas,
detak jantung, tekanan darah, gerakan bola mata, gerakan pulil, dan expresi
wajah. Di dalam batang otak terdapat jaringan saraf dan serat yang disebut Reticular
Formation (RF) yang berfungsi menerima informasi dari seluruh tubuh. Setiap
kali tubuh bergerak, maka batang otak menyesuaikan fungsi pernapasan, detak
jantung, dan tekanan darah
Berat otak pada manusia dewasa:1200-1300 gram atau 2%
dari berat badan. Otak manusia dibentuk pada minggu ke 2 saat kehamilan. Otak pada manusia mengalami
perkembangan baik dalam berat maupun fungsinya. Otak manusia terletak didalam tulang kepala dan dilindungi oleh 3 lapisan otak
serta cairan otak. Berat otak
manusia waktu lahir adalah sekitar 350 gram, kemudian berkembang menjadi 1000
gram pada saat umur satu tahun. Menjadi 1300 - 1400 gram pada masa pubertas.
Pada saat seseorang berumur 7 tahun, berat dan volume otak anak relatif sama
dengan yang dimiliki oleh orang dewasa (95 persen perkembangan otak telah
selesai). Namun demikian, tidak selalu sama antara satu orang dengan orang
lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh: status gizi, umur, bentuk tubuh, berat
badan, jenis kelamin dan ras.
2.2.
Parameter Pemeriksaan Otak
1.
LCS
LCS
adalah suatu cairan yang menyerupai cairan limfe yang terdapat di dalam otak.
Cairan ini memiliki komposisi yang hampir sama dengan plasma darah, yaitu
Natrium, Kalium, Urea, Asam laktat dan Sulfonamid, serta 12 zat lain yang komposisinya
berbeda dengan plasma darah. Komposisi LCS dapat berubah-ubah. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya :
1.
Perubahan jumlah dan zat dalam darah dan
plasma darah
2.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah
dan selaput otak
3.
Eksudat inflamasi pada selaput meningeal
4.
Perubahan permeabilitas dari flexus
meningeal
LCS
memiliki 4 fungsi yaitu :
1.
Menerima hasil metabolisme otak dan
susunan saraf pusat
2.
Memberi nutrisi pada susunan saraf pusat
3.
Sebagai bantalan yang dapat mencegah
terjadinya kerusakan otak akibat benturan
4.
Sebagai regulator tekanan volume
intracranial
LCS
diperoleh melalui punksi. Punksi bertujuan untuk membantu diagnosa seperti
mencari penyebab keracunan otak, untuk therapi dan juga untuk evaluasi hasil
therapi. Punksi ada 5 macam, yaitu :
1.
Lumbal Punksi
Yaitu
pengambilan punksi pada vertebra lumbal dan systerna lumbal IV dan V. Cara ini
sering dikerjakan di laboratorium karena mudah dan tidak berbahaya.
2.
Thoraco Punksi
Yaitu
punksi yang dilakukan pada vertebra thorakalis
3.
Systernal Punksi
Punksi
yang dilakukan pada daerah tengkuk yang menuju langsung ke arah systerna magna.
Punksi ini memiliki lebih mudah dikerjakan karena lubang yang terjadi lebih
besar, tetapi juga lebih berbahaya. Karena di depan systerna magna terdapat
medula colongata yang akan terluka jika tertusuk.
4.
Ventrikulo Punksi
Punksi
yang dilakukan pada ventrikel lateralis.
5.
Fontanella punksi
Punksi
yang dilakukan pada fontanella capitis. Biasanya dilakukan pada bayi yang
bagian tulang tengkoraknya belum tertutup.
Penampungan
LCS hampir sama dengan penampungan transudat-eksudat. Hanya yang berbeda adalah
jumlah botol yang digunakan, yaitu :
·
Botol I :
Dibuang karena banyak mngandung sel-sel
·
Botol II : Untuk pemeriksaan kimia
·
Botol III : Untuk pemeriksaan mikrobiologi
·
Botol IV :
Untuk pemeriksaan rutin (dengan anticoagulant plasma citrat 1:9)
Pemeriksaan
LCS harus dilakukan dalam waktu <30 menit. Karena bila waktunya >30 menit
maka jumlah sel akan berkurang yang disebabkan karena :
a. Sel-sel
mengalami cytolisis
b. Sel-sel
mengendap sehingga sulit mendapatkan sampel yang homogen
c. Sel-sel
terperangkap dalam bekuan
d. Sel-sel
mengalami perubahan morfologi
Ø Indikasi
a. Koma
yang tidak diketahui jelas penyebabnya
b. Iritasi
pada selaput meningeal
c. Tanda-tanda
pendarahan subarachnoid
d. Gejala
poliomyelitis
e. Diagnosa
neurolues (syphillis stadium IV)
f.
Tanda-tanda meningitis bacterial
g. Penurunan
tekanan intracranial
Ø Kontra
indikasi
a. Kenaikan
tekanan intracranial
b. Deformitas
columna vertebrals pada daerah tusukan
c. Septichemia
d. Tumor
cerebrum
e. Infeksi/decubitas
pada daerah tusukan
METODE PEMERIKSAAN
Makroskopik
R Metode : Visual (Manual)
R Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna,
kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
R Alat dan Bahan :
•
Tabung
reaksi
•
Beaker
gelas
•
Kertas
indikator pH universal
•
Refraktometer
abbe
R Spesimen : Cairan LCS
R Cara Kerja :
1. Cairan LCS dimasukkan dalam tabung
bersih dan kering.
2. Diamati warna, kejernihan, adanya
bekuan pada cahaya terang.
3. Dicelupkan indikator pH universal
pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.
4. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada
refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
R Hasil dan Interpretasi
No
|
Parameter
|
Penilaian
|
Interpretasi Normal
|
1.
|
Warna
|
Tidak berwarna, Kuning muda,
Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklat,abu – abu
|
Tidak berwarna
|
2.
|
Kejernihan
|
Jernih,
agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan
|
Jernih
|
3.
|
Bekuan
|
Tidak
ada bekuan, ada bekuan
|
Tidak ada bekuan
|
4.
|
pH
|
7,3
atau setara dengan pH plasma/serum
|
|
5.
|
BJ
|
1.000
– 1.010
|
1.003 – 1.008
|
Hal yang perlu diperhatikan :
o
LCS
yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat
diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama
bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku.
o
Adanya
bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas
benang fibrin.
o
Dalam
keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan patologis cairan otak
berwarna :
-
Kekuning-kuningan
Warna
ini dapat disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan yang telah lama
terjadi ( minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu), brasal dari bilirubin darah bila
intensitas ikterus hebat. Cairan otak xanthocrome karena kadar protein yang sangat
tinggi atau pendarahan dapat membeku
-
Merah
Warna
merah disebakan oleh karena:
a.
Pendarahan
artifisialyang merupakan komplikasi dari punksi
b.
Pendarahan
sub arachnoidal
-
Coklat
Warna
coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan adanya hemolisis , maka
LC akan berwarna coklat
-
Keabu-abuan
Warna
keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah besar
Mikroskopis
A. Hitung Jumlah Sel
R Metode : Bilik Hitung
R Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk
pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya
dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
R Tujuan
: Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
R Alat dan Reagensia
:
•
Mikroskop
•
Hemaocytometer
: Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
•
Tissue
•
Larutan
Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90
mL.
R Spesimen
: LCS
R Cara Kerja
:
-
Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
-
Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
-
Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
-
Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua
kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
R Perhitungan
:
PDP : 1/10 = 0,1x
TKP : 1/0,1 = 10x
KBH : 4 kotak leukosit
Ʃ Sel : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan
dengan inti dan sitoplasma)
Sel = PDP x TKP x
Jumlah sel ditemukan
KBH
=
0,1 x 10 x Ʃ
4
= 2,5
x Ʃ
=
……..sel/mm3 LCS
R Interpretasi
: Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS
B. Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
R Metode
: Giemsa Stain
R Tujuan
: Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS
R Alat dan Reagensia :
•
Objek
Gelas
•
Kaca
Penghapus
•
Sentrifuge
•
Tabung
reaksi
•
Metanol
absolut
•
Giemsa
•
Timer
R Spesimen
: LCS
R Cara Kerja
:
1. Cairan LCS di masukkan dalam tabung
secukupnya.
2. Disentrifugasi selama 5 menit 2000
rpm
3. Supernatant dibuang dan endapan
diambil.
4. Diteteskan pada objek gelas dan
dibuat preparat hapusan tebal
5. Di keringkan dan difiksasi selama 2
menit dengan metanol absolut.
6. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20
menit.
7. Dicuci dan diperiksa dimikroskop
lensa objektif 100x denga imersi.
R Perhitungan
:
Jenis
sel
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Jumlah
|
%
|
MN
|
||||||||||||
PMN
|
||||||||||||
Jumlah
|
R Interpretasi : Normal MN 100% dan
PMN 0%
Kimia
A.
Uji
Pandy
R Metode
: Pandy
R Prinsip
: Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan
hingga terjadi endapan putih.
R Tujuan
: Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS
R Alat dan Reagensia :
•
Tabung
reaksi
•
Pipet
tetes
•
Larutan
Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau
dibiarkan mengendap sisa jenuhnya)
R Spesimen
:
LCS
R Cara Kerja
:
1.
Dimasukkan
1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
2.
Ditambah
beberapa tetes larutan Pandy.
3.
Amati
adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
R Interpretasi
:
-
Negatif
: tidak terbentuk kekeruhan putih
-
Positif
: terbentuk kekeruhan putih.
B.
Uji
Nonne-Apelt
R Metode : Nonne Apelt
R Prinsip : Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat akan
mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terbentuka endapan.
R Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam LCS
R Alat dan Reagensia :
•
Tabung
reaksi
•
Pipet
tetes
•
Larutan
Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila
keruh
R Spesimen
: LCS
R Cara Kerja
:
1.
Dimasukkan
1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
2.
Ditambah
beberapa tetes larutan Nonne melalui dinding tabung dengan kemiringan 45°.
3.
Amati
adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak.
R Interpretasi
:
-
Negatif
: tidak terbentuk cincin putih
-
Positif
: terbentuk cincin putih.
C.
Uji
Protein
R Metode : Biuret
R Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II)
dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan
spektrofotometer
R Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS.
R Alat
:
•
Tabung
reaksi
•
Mikropipet
20 µLdan 1000 µL.
•
Tip
kuning dan biru.
•
Fotometer
R Reagensia
:
•
Reagen
Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15
mol/L, deterjen.
•
Reagen
standard : 8,0 g/dL
•
Stabilitas : Reagensia stabil setelah
dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
R Spesimen
: LCS
R Cara Kerja :
1. Masukkan ke
dalam tabung berlabel :
Blanko
|
Standar
|
Sampel
|
|
Standar
Serum
Reagen kerja
|
-
-
1000 μl
|
20 µl
-
1000 μl
|
-
A.
l
|
2. Campur dan
inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
3. Diukur absorben
standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap
blanko reagent.
R Perhitungan :
Total Protein= Absorben sampel x
konsentrasi standar (8,0 g/dL)
Absorben standard
=
..............g/dL x 1000
= ......mg/dL
Nilai Normal : 15 – 45 mg/dL
D.
Uji
Glukosa
R Metode : GOD-PAP
R Prinsip :Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan
hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan
pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.
R Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS
R Reaksi : Glukosa + ½ O2 +
2 H2O glukosa oxidase Glukonate + H2O2.
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine +
Phenol POD Quinoneimine + 4 H2O
R Alat
:
•
Tabung
reaksi kecil
•
Timer
•
Mikropipet
10 dan 1000
µl
•
Tissue
•
Tip
kuning dan biru
•
Rak
Tabung
•
Fotometer
R Reagensia :
•
Reagen
kerja Glukosa
•
Reagen
standar Glukosa 100 mg/dl
•
Stabilitas : Reagensia stabil setelah
dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
R Spesimen : LCS
R Cara kerja:
1.
Dipipet
ke dalam tabung:
Blanko
|
Standar
|
Sampel
|
|
Standar
Serum
Reagen kerja
|
-
-
1000
µl
|
10
µl
-
1000
µl
|
-
10
µl
|
2.
Dicampur
dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
3.
Diukur absorben standar dan sampel pada
Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
R Pengamatan dan
Pembacaan :
-
Absorben blanko aquabidest :
0,000
-
Dicatat Absorben pengukuran reagent
blanko, standar dan sampel
R Perhitungan :
Glukosa = Absorben
sampel x konsentrasi standard (100 mg/dL)
Absorben standard
= ..............mg/dL
Nilai
Normal : 45 – 70 mg/dL
E.
Uji
Chlorida
R Metode : TPTZ
R Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II),
2,4,4-tri-(2-pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II)
chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru
kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
R Tujuan : Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS
R Alat :
•
Tabung
reaksi kecil
•
Timer
•
Mikropipet
10 dan 1000 µl
•
Tissue
•
Tip
kuning dan biru
•
Rak
Tabung
•
Fotometer
R Reagensia :
•
Reagen
warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96
mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
•
Standard
Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
R Spesimen : LCS
R Cara Kerja
:
1.
Dipipet
ke dalam tabung:
Blanko
|
Standar
|
Sampel
|
|
Standar
Serum
Reagen kerja
|
-
-
1000
µl
|
10
µl
-
1000
µl
|
-
10 l
|
2.
Dicampur
dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
3.
Diukur absorben standar dan sampel pada
Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
R Perhitungan :
Chlorida =Absorben sampel x konsentrasi
standard (100 mmol/L)
Absorben
standard
=
..............mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L
2.
CK-NAC
R
Alat
1.
Spuit 3 cc
2.
Torniquet
3.
Plakon
4.
Eppendorf
5.
Sentrifugator
6.
Tabung reaksi 3 ml
7.
Mikropipet (10 µl – 100 µl)
8.
Mikropipet (10 µl – 1000µl)
9.
Yellow tip
10.
Blue tip
11.
Kuvet
12.
Spektofotometer
R
Bahan :
1.
Sampel (serum)
2.
Working reagen (4 bagian enzim + 1 bagian substrat)
R Cara Kerja :
1.
Persiapan sampel:
a.
Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b.
Dimasukkan darah ke dalam tabung vacum met (tutup ungu dengan EDTA) dan
sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian ambil plasma
untuk sampel
c.
Sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reagen CK NAC
sebanyak 1000µl (4 : 1) dan inkubasi 5 menit à homogenkan
d.
Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektofotometer pada £ 340 nm
dan nilai faktor 8095.
|
|
||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
R
Nilai Normal :
Laki-laki
: 24 – 190 mg/dl.
Wanita : 24 – 170 mg/dl
3.
Gambaran Radiologi
v CT SCAN(3,10)
Pemeriksaan
ct scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial. Pada pembesaran
ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau
dalam ruang subarachnoid
v Magnetic
resonance imaging (MRI)
Perdarahan subarachnoid akut: perdarahan
subarachnoid akut tidak biasanya terlihat pada T1W1 dan T2W1 meskipun bisa
dilihat sebagai intermediate untuk pengcahayaan sinyal tinggi dengan proton atau
gambar FLAIR. CT pada umunya lebih baik
daripada MRI dalam mendeteksi perdarahan
subarachnoid akut. Control perdarahan subarachnoid: hasil tahapan control perdarahan subarachnoid kadang-kadang tampak MRI lapisan tipis
pada sinyal rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki
volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak
mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh
homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan
suhu tubuh.
3.2.Saran
Kita sebagai manusia harus pintar – pintar menjaga kesehatan, kebersihan, menjaga pola makan dan
pola hidup kita agar terhindar dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar