Minggu, 24 Januari 2016

Faal Otak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris: central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia  adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga seratus miliar neuron.
Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak PUFA (bahasa Inggris: polyunsaturated fatty acids), yaitu asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang terletak pada posisi sn2 dari molekul fosfogliserida dalam membran sel neuron. PUFA dapat terlepas dari fosfogliserida oleh stimulasi fosfolipase PLA-2. Molekul AA yang terlepas akan diproses oleh enzim siklo oksigenase menjadi prostaglandin dan tromboksana, atau diproses oleh enzim 5-lipo oksigenase menjadi lipoksin. Baik AA maupun DHA dapat diproses oleh enzim lipo oksigenase guna membentuk senyawa turunan hidroksi dan leukotriena.



1.2.            Rumusan Masalah
1.      Apa anatomi fisiologi dari otak?
2.      Apa saja parameter pemeriksaan faal otak?

1.3.            Tujuan
1.      Mengetahui anatomi fisiologi dari otak
2.      Mengetahui parameter pemeriksaan otak




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.        Pengertian Otak
Description: http://staff.unand.ac.id/handoko/wp-content/uploads/sites/1009/2014/06/brain.jpg

Otak merupakan bagian sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua informasi, tindakan, sikap, pikiran, dan emosi diolah di otak. Walaupun massa otak tidak lebih dari sepersepuluh keseluruhan berat manusia, tapi otak mengkonsumsi energi lebih dari dua per tiga dari keseluruhan konsumsi eneri manusia. Dengan kata lain, otak bekerja lebih aktif jika dibandingkan dengan organ-organ lain.
Bagian utama otak adalah korteks yang memiliki berat tiga per empat dari berat otak. Korteks terdiri dari enam lapis sel, dendrit, dan beberapa akson. Ahli neurologi membagi korteks menjadi daerah-daerah (lobe) yang memiliki fungsi tersendiri (Wolfe: 22). Berdasarkan fungsinya, Luria (dalam Dharmaperwira-Prins, 2004) membedakan bagian otak menjadi tiga tingkatan fungsional.
Tingkatan fungsional pertama adalah fermatio reticularis yang bertanggung jawab atas kesiagaan dan kewaspadaan. Bagian ini terletak pada balok otak. Semua informasi yang masuk melalui pancaindra (baik informasi visual, auditif, dan taktil) melewati fermatio reticularis yang akan mengaktifkan korteks sehingga informasi dapat dianalisis. Dengan kata lain, bagian ini berperan dalam perhatian dan konsentrasi. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 9)
Tingkatan fungsional kedua meliputi korteks posterior yang berfungsi menganalisis, mengintegrasikan, dan mengumpulkan informasi dari pancaindra. Bagian ini terdiri dari lobus oksipital yang berfungsi menerima dan mengolah informasi visual, lobus parietal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi taktil, dan lobus temporal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi auditif. Pada setiap lobus, bagian otak dibagi menjadi tiga zona. Bagian pertama adalah zona korteks primer yang merupakan bagian yang pertama kali mendapat rangsangan. Pada bagian inilah informasi dari pancaindra disusun. Bagian kedua adalah zona korteks sekunder yang berfungsi mengintegrasikan informasi yang masuk sehingga dapat mengenali informasi tersebut. Cedera pada zona ini menyebabkan penderitanya tidak dapat mengenali informasi yang diterima dari pancaindranya. Bagian ketiga adalah zona tersier yang berfungsi mengintegrasikan informasi dari ketiga pancaindera dan informasi dari daerah otak yang lain sehingga meghasilkan bentuk yang lebih abstrak. Misalnya, ketika mendengar “sisir”, kita tahu bagaimana bentuknya, bagaimana rasanya, dan apa fungsinya. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 10)
Tingkatan fungsional ketiga adalah korteks frontal yang berfungsi dalam inisiasi dan koordinasi sadar. Bagian ini berperan dalam organisasi gerakan-gerakan otot. Lobus frontal menerima dan menginregrasikan rangsangan dari luar, memformulasikan aktivitas motorik dan mental, serta merkam reaksi sensoris dari hasil aktivitas (Dharmaperwira-Prins, 2004: 11). Dengan kata lain, daerah ini berperan dalam mengatur perbuatan kita.
Selain bagian tersebut, terdapat juga bagian-bagian penunjang. Hypothalamus yang berada di atas balok otak berperan dalam proses biokimia badan, terutama dalam mengatur kelenjar endokrin dan sistem imun. Di atasnya terdapat thalamus yang mengandung banyak nukleus yang merupakan persinggahan informasi pancaindra dari dan ke otak. Di dekat thalamus dan hypothalamus terdapat amygdala yang berfungsi sebagai pengontrol emosi. Tepat di samping amygdala terdapat Hippcampus yang berfungsi menyimpan memori langsung (immediate past memory). Selain itu organ ini juga berperan mendistribusikan informasi ke kortek, yang bertanggung jawab terhadap memori jangka panjang. Dengan kata lain, hippocampus memiliki peranan penting dalam membangun memori jangka panjang. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 12)
Otak kecil (Cerebellum) berfungsi sebagai kontrol ketepatan, keseimbangan serta integrasi gerakan. Aksi atau gerakan yang dilakukan berulang-ulang akan tersimpan di otak kecil, sehingga ketika aksi atau gerakan tersebut berulang, maka otak kecil mengambil alih fungsi pikiran sadar (Wolfe, 2010: 26). Dengan kata lain, otak kecil juga berperan dalam koordinasi aksi atau gerakan refleks.  Bagian yang tidak kalah penting adalah batang otak (Brainstem) yang berfungsi sebagai kendali aksi atau gerakan bawah sadar, seperti bernafas, detak jantung, tekanan darah, gerakan bola mata, gerakan pulil, dan expresi wajah. Di dalam batang otak terdapat jaringan saraf dan serat yang disebut Reticular Formation (RF) yang berfungsi menerima informasi dari seluruh tubuh. Setiap kali tubuh bergerak, maka batang otak menyesuaikan fungsi pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah
Berat otak pada manusia dewasa:1200-1300 gram atau 2% dari berat badan. Otak manusia dibentuk pada minggu ke 2 saat kehamilan. Otak pada manusia mengalami perkembangan baik dalam berat maupun fungsinya. Otak manusia terletak didalam tulang  kepala dan dilindungi oleh 3 lapisan otak serta cairan otak. Berat otak manusia waktu lahir adalah sekitar 350 gram, kemudian berkembang menjadi 1000 gram pada saat umur satu tahun. Menjadi 1300 - 1400 gram pada masa pubertas. Pada saat seseorang berumur 7 tahun, berat dan volume otak anak relatif sama dengan yang dimiliki oleh orang dewasa (95 persen perkembangan otak telah selesai). Namun demikian, tidak selalu sama antara satu orang dengan orang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh: status gizi, umur, bentuk tubuh, berat badan, jenis kelamin dan ras.

2.2.        Parameter Pemeriksaan Otak
1.      LCS
LCS adalah suatu cairan yang menyerupai cairan limfe yang terdapat di dalam otak. Cairan ini memiliki komposisi yang hampir sama dengan plasma darah, yaitu Natrium, Kalium, Urea, Asam laktat dan Sulfonamid, serta 12 zat lain yang komposisinya berbeda dengan plasma darah. Komposisi LCS dapat berubah-ubah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya :
1.      Perubahan jumlah dan zat dalam darah dan plasma darah
2.      Perubahan permeabilitas pembuluh darah dan selaput otak
3.      Eksudat inflamasi pada selaput meningeal
4.      Perubahan permeabilitas dari flexus meningeal
LCS memiliki 4 fungsi yaitu :
1.      Menerima hasil metabolisme otak dan susunan saraf pusat
2.      Memberi nutrisi pada susunan saraf pusat
3.      Sebagai bantalan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan otak akibat benturan
4.      Sebagai regulator tekanan volume intracranial
LCS diperoleh melalui punksi. Punksi bertujuan untuk membantu diagnosa seperti mencari penyebab keracunan otak, untuk therapi dan juga untuk evaluasi hasil therapi. Punksi ada 5 macam, yaitu :
1.      Lumbal Punksi
Yaitu pengambilan punksi pada vertebra lumbal dan systerna lumbal IV dan V. Cara ini sering dikerjakan di laboratorium karena mudah dan tidak berbahaya.
2.      Thoraco Punksi
Yaitu punksi yang dilakukan pada vertebra thorakalis
3.      Systernal Punksi
Punksi yang dilakukan pada daerah tengkuk yang menuju langsung ke arah systerna magna. Punksi ini memiliki lebih mudah dikerjakan karena lubang yang terjadi lebih besar, tetapi juga lebih berbahaya. Karena di depan systerna magna terdapat medula colongata yang akan terluka jika tertusuk.
4.      Ventrikulo Punksi
Punksi yang dilakukan pada ventrikel lateralis.
5.      Fontanella punksi
Punksi yang dilakukan pada fontanella capitis. Biasanya dilakukan pada bayi yang bagian tulang tengkoraknya belum tertutup.
Penampungan LCS hampir sama dengan penampungan transudat-eksudat. Hanya yang berbeda adalah jumlah botol yang digunakan, yaitu :
·        Botol I    : Dibuang karena banyak mngandung sel-sel
·        Botol II   : Untuk pemeriksaan kimia
·        Botol III  : Untuk pemeriksaan mikrobiologi
·        Botol IV : Untuk pemeriksaan rutin (dengan anticoagulant plasma citrat 1:9)
Pemeriksaan LCS harus dilakukan dalam waktu <30 menit. Karena bila waktunya >30 menit maka jumlah sel akan berkurang yang disebabkan karena :
a.       Sel-sel mengalami cytolisis
b.      Sel-sel mengendap sehingga sulit mendapatkan sampel yang homogen
c.       Sel-sel terperangkap dalam bekuan
d.      Sel-sel mengalami perubahan morfologi
Ø  Indikasi
a.       Koma yang tidak diketahui jelas penyebabnya
b.      Iritasi pada selaput meningeal
c.       Tanda-tanda pendarahan subarachnoid
d.      Gejala poliomyelitis
e.       Diagnosa neurolues (syphillis stadium IV)
f.        Tanda-tanda meningitis bacterial
g.       Penurunan tekanan intracranial
Ø  Kontra indikasi
a.       Kenaikan tekanan intracranial
b.      Deformitas columna vertebrals pada daerah tusukan
c.       Septichemia
d.      Tumor cerebrum
e.       Infeksi/decubitas pada daerah tusukan

METODE PEMERIKSAAN
*      Makroskopik
R  Metode  : Visual (Manual)
R  Tujuan    : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
R  Alat dan Bahan   :
         Tabung reaksi
         Beaker gelas
         Kertas indikator pH universal
         Refraktometer abbe
R  Spesimen          : Cairan LCS
R  Cara Kerja       :
1.      Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
2.      Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
3.      Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.
4.      Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
R  Hasil dan Interpretasi
No
Parameter
Penilaian
Interpretasi Normal
1.
Warna
Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam coklat,abu – abu
Tidak berwarna
2.
Kejernihan
Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh kemerahan
Jernih
3.
Bekuan
Tidak ada bekuan, ada bekuan
Tidak ada bekuan
4.
pH
7,3 atau setara dengan pH plasma/serum
5.
BJ
1.000 – 1.010
1.003 – 1.008
  Hal yang perlu diperhatikan :
o   LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku.
o   Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin.
o   Dalam keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan patologis cairan otak berwarna :
-         Kekuning-kuningan
Warna ini dapat  disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan yang telah lama terjadi ( minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu), brasal dari bilirubin darah bila intensitas ikterus hebat. Cairan otak xanthocrome karena kadar protein yang sangat tinggi atau pendarahan dapat membeku
-         Merah
Warna merah disebakan oleh karena:
a.       Pendarahan artifisialyang merupakan komplikasi dari punksi
b.      Pendarahan sub arachnoidal
-         Coklat
Warna coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan adanya hemolisis , maka LC akan berwarna coklat
-         Keabu-abuan
Warna keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah besar

*      Mikroskopis
A.     Hitung Jumlah Sel
R  Metode        : Bilik Hitung
R  Prinsip          : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
R  Tujuan                  : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
R  Alat dan Reagensia :       
         Mikroskop
         Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
         Tissue
         Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.
R  Spesimen            : LCS
R  Cara Kerja           :
-       Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
-       Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
-       Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
-       Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
R  Perhitungan         :
PDP   : 1/10  = 0,1x
TKP   : 1/0,1 = 10x
KBH   : 4 kotak leukosit
Ʃ Sel   : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan sitoplasma)

Sel    = PDP x  TKP  x Jumlah sel ditemukan
                        KBH
         = 0,1   x  10   x Ʃ
                          4
         = 2,5   x  Ʃ
         = ……..sel/mm3 LCS
R  Interpretasi           : Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS

B.     Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
R  Metode                : Giemsa Stain
R  Tujuan                  : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS
R  Alat dan Reagensia :
         Objek Gelas
         Kaca Penghapus
         Sentrifuge
         Tabung reaksi
         Metanol absolut
         Giemsa
         Timer
R  Spesimen            : LCS
R  Cara Kerja           :
1.      Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
2.      Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
3.      Supernatant dibuang dan endapan diambil.
4.      Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
5.      Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
6.      Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
7.      Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
R  Perhitungan         :
Jenis sel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
%
MN
PMN
Jumlah

R  Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%

*      Kimia
A.     Uji Pandy
R  Metode                : Pandy
R  Prinsip                 : Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terjadi endapan putih.
R  Tujuan                  : Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS
R  Alat dan Reagensia :
         Tabung reaksi
         Pipet tetes
         Larutan Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau dibiarkan mengendap sisa jenuhnya)
R  Spesimen            :            LCS
R  Cara Kerja           :
1.      Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambah beberapa tetes larutan Pandy.
3.      Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
R  Interpretasi           :
-         Negatif  : tidak terbentuk kekeruhan putih
-         Positif   : terbentuk kekeruhan putih.

B.     Uji Nonne-Apelt
R  Metode        : Nonne Apelt
R  Prinsip          : Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga terbentuka endapan.
R  Tujuan          : Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam LCS
R  Alat dan Reagensia :
         Tabung reaksi
         Pipet tetes
         Larutan Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila keruh
R  Spesimen            : LCS
R  Cara Kerja           :
1.      Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambah beberapa tetes larutan Nonne melalui dinding tabung dengan kemiringan 45°.
3.      Amati adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak.
R  Interpretasi           :
-         Negatif  : tidak terbentuk cincin putih
-         Positif   : terbentuk cincin putih.

C.     Uji Protein
R  Metode        : Biuret
R  Prinsip          : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
R  Tujuan          : Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS.
R  Alat                      :
         Tabung reaksi
         Mikropipet  20 µLdan 1000 µL.
         Tip kuning dan biru.
         Fotometer
R  Reagensia           :
         Reagen Kerja:  Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen.
         Reagen standard : 8,0 g/dL
         Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
R  Spesimen            : LCS
R  Cara Kerja :
1.      Masukkan ke dalam tabung berlabel :
Blanko
Standar
Sampel
Standar
Serum
Reagen kerja
-
-
1000 μl
20 µl
-
1000 μl
-
A.     l
2.      Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
3.      Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent.
R  Perhitungan :
Total Protein= Absorben  sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL)      
   Absorben standard
= ..............g/dL  x 1000 
= ......mg/dL
    Nilai Normal   : 15 – 45 mg/dL

D.    Uji Glukosa
R  Metode        : GOD-PAP
R  Prinsip          :Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.
R  Tujuan          : Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS
R  Reaksi          : Glukosa + ½  O+ 2 H2glukosa oxidase Glukonate + H2O2.
    2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol  POD   Quinoneimine + 4 H2O
R  Alat                      :
         Tabung reaksi kecil                             
         Timer
         Mikropipet 10 dan 1000 µl                   
         Tissue
         Tip kuning dan biru                              
         Rak Tabung
         Fotometer
R  Reagensia :
         Reagen kerja Glukosa
         Reagen standar  Glukosa 100 mg/dl
         Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
R  Spesimen     : LCS
R  Cara kerja:
1.      Dipipet ke dalam tabung:
Blanko
Standar
Sampel
Standar
Serum
Reagen kerja
-
-
1000 µl
10 µl
-
1000 µl
-
10    µl
2.      Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
3.      Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
R  Pengamatan dan Pembacaan :
-         Absorben blanko aquabidest  : 0,000
-         Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel
R  Perhitungan :
Glukosa = Absorben  sampel     x konsentrasi standard (100 mg/dL)
       Absorben standard
                                                      = ..............mg/dL
Nilai Normal : 45 – 70 mg/dL

E.     Uji Chlorida
R  Metode        : TPTZ
R  Prinsip          : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2-pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
R  Tujuan          : Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS
R  Alat              :
         Tabung reaksi kecil                             
         Timer
         Mikropipet 10 dan 1000 µl         
         Tissue
         Tip kuning dan biru                              
         Rak Tabung
         Fotometer
R  Reagensia     :
         Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
         Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
R  Spesimen     : LCS
R  Cara Kerja           :
1.      Dipipet ke dalam tabung:
Blanko
Standar
Sampel
Standar
Serum
Reagen kerja
-
-
1000 µl
10 µl
-
1000 µl
-
10    l
2.      Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
3.      Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
R  Perhitungan :
Chlorida =Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L)           
Absorben standard
= ..............mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L

2.      CK-NAC
R  Alat
1.        Spuit 3 cc
2.        Torniquet
3.        Plakon
4.        Eppendorf
5.        Sentrifugator
6.        Tabung reaksi 3 ml
7.        Mikropipet (10 µl – 100 µl)
8.        Mikropipet (10 µl – 1000µl)
9.        Yellow tip
10.    Blue tip
11.    Kuvet
12.    Spektofotometer
R  Bahan :
1.        Sampel (serum)
2.        Working reagen (4 bagian enzim + 1 bagian substrat)
R  Cara Kerja :
1.        Persiapan sampel:
a.         Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b.        Dimasukkan darah ke dalam tabung vacum met (tutup ungu dengan EDTA) dan sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian ambil plasma untuk sampel
c.         Sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reagen CK NAC sebanyak 1000µl (4 : 1) dan inkubasi 5 menit à homogenkan
d.        Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektofotometer pada £ 340 nm dan nilai faktor 8095.


Serum 20 µl
 
Reagen 1000 µl
 
Dihomogenkan &                                        Inkubasi selama 5 menit
 
Baca di spektrofotometer
 
 





















R  Nilai Normal            :
Laki-laki      : 24 – 190 mg/dl.
Wanita          : 24 – 170 mg/dl

3.      Gambaran Radiologi
v  CT  SCAN(3,10)
Pemeriksaan ct scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial. Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5pwUP3GOk3hRmQ-qlAQ7qMh6mTAaLwLj6f1natBzP2b7ynNFN3HGd43xmIuGQTjQT15RHgHDBqanXpzHeXfzFqbqFWW0ttNKKHoSHyrr5iXFxVxFRnFFyZWyybnEBYLwHrn2HnCgJ_OjN/s1600/New+Picture+%25281%2529.png

v  Magnetic resonance imaging (MRI)
 Perdarahan subarachnoid akut: perdarahan subarachnoid akut tidak biasanya terlihat pada T1W1 dan T2W1 meskipun bisa dilihat  sebagai intermediate untuk  pengcahayaan sinyal tinggi dengan proton atau gambar FLAIR. CT  pada umunya lebih baik daripada MRI  dalam mendeteksi perdarahan subarachnoid akut. Control perdarahan subarachnoid: hasil  tahapan control  perdarahan subarachnoid   kadang-kadang tampak MRI lapisan  tipis  pada sinyal rendah.






BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Otak manusia  adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.

3.2.Saran
Kita sebagai manusia harus pintar – pintar menjaga kesehatan, kebersihan, menjaga pola makan dan pola hidup kita agar terhindar dari penyakit.




DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar